Beberapa hari yang lalu, saluran air wastafel rumah kami mampet. Aliran air pembuangannya tidak berjalan dengan semestinya sehingga selalu ada genangan air di wadah wastafel. Karena kesibukan, kami tidak pernah serius mengurus masalah ini, sampai suatu ketika air makin banyak menggenang karena saluran pembuangannya benar-benar mampet total.
Setelah mempelajari beberapa cara tentang cara memperlancar saluran ini, akhirnya kami menemukan bahan kimia tertentu yang dapat digunakan untuk memperlancar saluran air. Kami membelinya dan mengikuti sesuai petunjuk penggunaannya. Langkah-langkahnya cukup jelas. Setelah wastafel dikeringkan, bahan kimia dimasukkan ke dalam pipa saluran pembuangan sesuai takarannya, dan setelah beberapa saat ditunggu agar bahan kimia itu bekerja, bagian terakhir adalah menumpahkan air banyak-banyak dalam pipa saluran itu. Hasilnya? Plop! Aliran air kembali lancar.
Sebenarnya, apa penyebab mampetnya pipa saluran itu? Kami juga tidak tahu persis. Yang pasti, kemampetan itu tidak terjadi tiba-tiba begitu saja, karena awalnya aliran air lancar. Kami menduga ada tumpukan kotoran kecil yang menyumbat pipa saluran itu secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Sebenarnya kotoran itu masing-masing tidak besar, tetapi karena ditumpuk terus lambat laun jadi membesar dan membuat saluran mampet. Syukurlah, dengan bantuan bahan kimia yang tepat dan guyuran air banyak-banyak, kini saluran pembuangan kembali lancar.
Belajar dari kejadian saluran wastafel yang mampet, saya jadi merenungkan pengampunan dari Bapa yang diberikan melimpah atas hidup kita. Pengampunan yang diberikan Bapa itu sangat besar nilainya, dan dicurahkan langsung atas kita. Seperti yang diceritakan melalui perumpamaan di dalam Injil, ada hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta kepada raja, lalu karena raja itu penuh kasih, raja itu langsung membebaskan semua utangnya secara langsung tanpa dicicil. Inilah pengampunan yang sesungguhnya telah kita terima sebagai anak Tuhan.
Yesus Kristus telah mati di kayu salib untuk membayar lunas semua utang dosa-dosa kita, sehingga kita semua bisa hidup dengan lancar, lega, dan penuh damai sejahtera. Selanjutnya karena pengampunan itu dicurahkan melimpah atas hidup kita, sudah selayaknyalah kita juga mencurahkan pengampunan itu kepada sesama. Siapa saja sesama kita? Sesama berarti pasangan, anak, saudara, orang tua, teman, atau siapa pun di sekeliling kita. Mereka mungkin pernah bersalah pada kita, tetapi respons kitalah yang menentukan: apakah kita mau mencurahkan pengampunan sehingga kasih karunia Bapa bisa mengalir atas hidup mereka, atau kita membiarkan mereka hidup dalam penghakiman kita, karena kita tidak mengampuni kesalahannya.
Mengampuni membuat kita lebih lega (“plong”) dan orang yang diampuni pun lega. Daripada kita sibuk mencari kesalahan orang dan menuntut orang melakukan banyak hal untuk memperbaiki kesalahannya, lebih baik kita berikan dan curahkan pengampunan itu, sambil mengingat pengampunan berlimpah yang telah Tuhan curahkan atas kita. Lagipula, sesungguhnya kita pun tidaklah lebih baik dari orang itu.
Ketika saluran hubungan tidak mampet akibat tumpukan penghakiman, penilaian, dan kesalahan-kesalahan manusia, kasih akan mudah dicurahkan. Dengan kasih yang tercurah berlimpah, berkat pun akan turun deras melimpah. Kasihlah yang membangun, yang menegakkan, yang melancarkan, bukan karena pengetahuan atau usaha kita. Kasih dan berkat mengalir lancar atas hidup kita, hidup orang-orang di sekeliling kita, dan sampai pada bangsa-bangsa.
Mari bebersih. Jangan biarkan kotoran-kotoran batin yang kecil menumpuk sehingga memampetkan aliran kasih dan berkat dalam dan melalui kita. Ingat, Tuhan siap memberkati kita dan memberkati banyak orang melalui diri kita.
“… kita semua mempunyai pengetahuan. Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.” – 1 Korintus 8:1