Bulan lalu, diadakan lomba lari di area tempat tinggal saya. Lomba ini disponsori oleh salah satu perusahaan dan diikuti oleh banyak peserta dalam beberapa kategori. Kebetulan, rute yang digunakan adalah rute yang sama dengan yang biasa saya gunakan untuk lari pagi, sehingga dalam beberapa kesempatan saat lari pagi pada hari itu saya sempat berpapasan atau bahkan bersamaan lari dalam beberapa kelompok peserta lomba. Rutenya sama, aktivitasnya sama, tetapi yang berbeda di antara saya dan setiap peserta lomba hanya satu: pakaian seragam. Para peserta lomba berlari mengenakan seragam dengan nomor peserta di dadanya, sementara saya tidak.
Hal lain yang saya amati adalah perbedaan di antara para peserta lomba itu sendiri. Dalam lomba perorangan ini, mereka semua memang mengenakan seragam yang sama, tetapi masing-masing berlari sesuai dengan kecepatannya. Mereka tidak berlari dengan kecepatan yang sama semuanya. Ada peserta yang sudah menempuh jarak cukup jauh dalam waktu singkat, tetapi ada juga yang belum terlalu jauh karena kecepatan larinya rendah. Dengan kecepatan lari yang berbeda-beda, mereka pun saling memberi semangat sambil tetap berlomba untuk menyelesaikan pertandingan dengan capaian terbaik. Karena ini adalah lomba perorangan, tidak ada peserta yang bisa “menitipkan” kewajiban larinya kepada peserta lain atau “menumpangi” kemenangan peserta lain yang setim. Capaian setiap peserta adalah urusan pribadinya masing-masing, dan dalam usaha penyelesaian tanggung jawab ini mereka punya cara masing-masing. Kebanyakan peserta berusaha berlari dengan cepat, meski ada pula yang berstrategi menyimpan tenaga dengan berlari dengan kecepatan sedang saja agar tidak kelelahan sampai garis akhir. Peserta yang berlari lebih lambat biasanya akan termotivasi melihat peserta lain yang lebih cepat dan mendahuluinya, sementara peserta yang berlari mengebut seolah diingatkan untuk mengelola tenaganya dengan lebih baik setelah melihat peserta yang berkecepatan sedang. Yang pasti, mereka semua tidak membawa beban berat apa pun yang merintangi mereka untuk berlari. Semuanya berfokus pada strategi masing-masing dengan satu tujuan: menyelesaikan perlombaan dan tiba di garis akhir.
Sambil merenungkan perlombaan lari ini, saya teringat akan nasihat Rasul Paulus bahwa kita semua ini seperti sedang mengikuti lomba lari dalam pertandingan iman. Setiap “peserta”, yaitu kita masing-masing, punya tanggung jawab untuk berlari hingga menyelesaikan pertandingan dengan baik. Kita punya seragam yang sama, yaitu status sebagai anak Bapa, dan kita bisa berlomba bersama sebagai komunitas sesama anak Bapa. Dalam perjalanan berlomba, kita bisa saling meneguhkan dan menguatkan, khususnya ketika ada sahabat yang sedang lemah iman.
Namun, kita semua harus berlari sesuai dengan panggilan kita masing-masing.
Dalam pertandingan iman, kita tidak bisa mengandalkan teman, saudara atau bahkan pasangan kita. Kita juga tidak bisa asal memakai ukuran atau strategi orang lain untuk berlomba dalam pertandingan iman kita sendiri. Iman itu sifatnya sangat pribadi; iman seseorang tidak bisa dipakai menjadi ukuran iman orang lain. Saya dan Anda masing-masing punya tanggung jawab iman untuk menyelesaikan pertandingan yang Bapa telah siapkan. Kita semua harus menanggalkan beban dan dosa yang merintangi kita, tetapi menemukan panggilan kita masing-masing dan melakukan strategi yang ditetapkan Bapa bagi kita masing-masing.
Untuk bisa menyelesaikan pertandingan iman ini, meski dengan strategi sesuai panggilan khusus masing-masing, saya harus berlari dalam kawanan yang akan siap saling meneguhkan dan menguatkan. Saya harus menjejakkan tiap langkah sambil siap ditolong dan menolong bersama sesama pelari dalam kelompok. Bahkan, saya harus meneladani arahan atau naungan rohani dari mereka yang telah berlari hingga jauh di depan capaian perjalanan iman saya, yaitu para pemimpin rohani. Dengan berlomba seperti ini, saya dan kita semua bisa makin teguh maju dalam perlombaan iman ini sampai pada garis akhir hingga akhirnya menerima upah yang Bapa telah sediakan.
Tetaplah berfokus pada garis akhir, sambil siap mengikuti arahan pemimpin rohani. Gunakan strategi yang tepat sesuai panggilan kita masing-masing, dan selesaikan tanggung jawab kita dengan baik dalam pertandingan iman ini. Ingat, Bapa menanti kemenangan anak-anak-Nya.
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”
Ibrani 12:1