Nama Gideon disebut dalam Ibrani pasal 11 sebagai salah satu pahlawan iman, “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon,” (Ibr. 11:32). Singkat sekali karena kisahnya tidak dijelaskan dengan rinci, tetapi jelas namanya tercatat sebagai pahlawan iman.
Gideon adalah tokoh pemimpin yang tidak dapat diabaikan dalam sejarah bangsa Israel. Dia adalah anak Yoas, pria dari bani Abiezer, suku Manasye. Nama “Gideon” berarti “penghancur”, “pahlawan perkasa”, atau “penebang/penebas (pohon)”. Ayah Gideon miskin, tetapi rupanya dia punya visi besar untuk kehidupan putranya. Pada masa itu, bangsa Israel telah tinggal di wilayah Kanaan, tetapi telah lama pula mengikuti ilah-ilah dan dewa-dewa sesembahan suku-suku dan bangsa-bangsa setempat. Akibatnya, Tuhan membiarkan bangsa Israel dikuasai oleh suku-suku dan bangsa-bangsa penyembah berhala itu. Secara khusus, Israel saat itu dikuasai oleh Midian dan orang-orang Israel hidup dalam ketakutan akan orang-orang Midian. Lewat proses iman yang sama sekali tidak mudah, Gideon akhirnya dicatat sebagai salah seorang hakim di Israel kuno. “Hakim” adalah istilah untuk pemimpin Israel pada periode setelah memasuki Kanaan di bawah pimpinan Yosua dan sebelum kerajaan Israel (tahun 1405-1025 SM). Seorang hakim berperan sebagai penguasa atau pemimpin militer, sekaligus orang yang memimpin pengadilan hukum serta mengambil keputusan bagi bangsa Israel. Gideon adalah hakim yang riwayatnya diceritakan paling panjang di dalam Alkitab; kisahnya tercatat sepanjang hampir tiga pasal di dalam kitab Hakim-Hakim (pasal 6, 7, dan 8), sementara kisah setiap hakim Israel lainnya masing-masing hanya dicatat sepanjang satu pasal.
Dikenali dan Dipilih oleh Tuhan
Di dalam kitab Hakim-hakim, dikisahkan tentang bangsa Israel berpaling dari Allah setelah hidup damai selama 40 tahun berkat kemenangan Debora atas musuh. Pada masa itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Semua orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yaitu di gua-gua dan kubu-kubu. Biasanya, pada tiap masa panen orang Israel, orang-orang Midian, Amalek, serta orang-orang dari sebelah timur datang dan merusak hasil panen serta membantai ternak orang Israel. Perbuatan mereka itu tidak meninggalkan bahan makanan di Israel dan membuat Israel makin lama makin melarat. Lalu, mulailah orang Israel berseru-seru kembali kepada Tuhan dan Tuhan mendengarkan seruan umat-Nya.
Untuk menjawab seruan Israel, Tuhan memilih Gideon. Tuhan mengenal jati diri Gideon yang sesungguhnya dan Dia berniat membangkitkan Gideon untuk memimpin Israel kembali ke jalan hidup yang berkemenangan. Melalui malaikat yang diutus-Nya, Tuhan menemui Gideon saat sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur yang tersembunyi. Malaikat Tuhan itu menyapa Gideon, “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Itulah jati diri Gideon yang Tuhan kenali, yang menjadi sebutan-Nya atas Gideon: “pahlawan yang gagah berani”. Tuhan ingin Gideon mendengar dan mengenal dirinya menurut pengenalan-Nya ini, sehingga tumbuh iman di dalam diri Gideon bahwa dia memang adalah seorang pahlawan. Dari panggilan inilah, Tuhan memproses Gideon untuk siap memimpin bangsa Israel berperang melawan bangsa Midian.
Dipercaya dan Ditugasi Misi Tuhan
Tuhan menugasi Gideon, “Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!” (Hak. 6:14). Awalnya, Gideon tidak yakin bahwa dia sanggup membebaskan Israel dari bangsa Midian. Hal itu merupakan angan-angan yang terkesan tak mungkin terwujud baginya, apalagi dengan segala latar belakang dirinya serta keluarganya. Gideon menepis panggilan Tuhan dengan berbagai cara; mulai dari penolakan, keraguan, rasa tidak layak, sampai meminta tanda. Gideon beralasan, “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku,” (Hak. 6:15). Seolah lebih tahu tentang dirinya sendiri daripada Tuhan, Gideon lupa bahwa Tuhan adalah Allah seluruh semesta yang telah membebaskan nenek moyangnya dari perbudakan di Mesir. Menjawab penolakan Gideon, dengan sabar Tuhan meyakinkan iman Gideon, “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis,” (Hak. 6:16). Dalam perdebatan antara Tuhan dan Gideon, Tuhan membuat Gideon mengerti dan percaya bahwa dirinya adalah benar-benar orang pilihan Tuhan dan Tuhan akan menyertainya. Dia pun mulai menerima misi Tuhan itu menjadi tugasnya.
Dibawa Tuhan Meraih Kemenangan
Perjalanan iman Gideon dimulai dari ketaatannya. Tugas pertamanya adalah menghancurkan mezbah milik ayahnya sendiri yang biasa digunakan untuk menyembah Baal, lalu mendirikan mezbah bagi Tuhan. Masih terpengaruh oleh rasa takut kalau-kalau dia ketahuan dan dihakimi orang-orang, Gideon pun melakukan tugas ini dengan diam-diam di malam hari. Memang, dia ketahuan. Namun, Tuhan telah siap dengan rencana-Nya. Bukannya ikut menghukum Gideon, ayah Gideon yang juga pemilik mezbah Baal yang dihancurkan itu justru membela Gideon di hadapan kemarahan orang-orang. Ayah Gideon menyerahkan putranya itu ke penghakiman Baal saja dan justru mengatakan kepada orang banyak bahwa Baal semestinya mampu mempertahankan dirinya serta mezbahnya sendiri (Hak. 6:28-32). Ayah Gideon tidak serta merta kembali beriman kepada Tuhan, tetapi dia mulai melihat bahwa Baal bukanlah allah.
Setelah peristiwa itu, Gideon dikuasai oleh Roh Tuhan dan mulai bergerak sebagai pemimpin. Meski dia masih meminta tanda untuk meneguhkan imannya, dia kini berani menggerakkan orang-orang di bawah pimpinannya. Mulai dari kaumnya dan sukunya sendiri, Gideon akhirnya memanggil pasukan dari suku-suku Israel lainnya. Gideon bahkan menyeleksi orang-orang yang masuk dalam pasukannya. Dia percaya, dan bertindak. Dalam perjalanan ketaatannya oleh iman akan perintah Tuhan untuk menunaikan tugasnya itu, kemenangan yang Tuhan sediakan itu pun diserahkan-Nya ke tangan Gideon. Puncaknya dapat kita baca di Hakim-Hakim 7:7–8:21. Dengan pasukan beranggotakan 300 orang saja, Gideon menumpas bangsa Midian dalam suatu serangan malam. Di bawah pimpinan Gideon, Israel berhasil menawan dua raja Midian: Oreb dan Zeeb; yang keduanya lalu dibunuh. Oreb tewas di gunung batu Oreb dan Zeeb tewas di tempat pemerasan anggur Zeeb. Selanjutnya, dua raja Midian lainnya, Zebah dan Salmuna, pun dikejar, ditangkap, dan dibantai oleh Gideon. Midian kalah. Israel menang dan bebas dari musuhnya.
Karena kemenangan dari Tuhan melalui peperangan yang dipimpin Gideon itu, orang Israel ingin menjadikan Gideon raja atas mereka. Luar biasanya, Gideon mengembalikan segala kejayaan itu kepada Tuhan saja, “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi Tuhan yang memerintah kamu,” (Hak. 8:23). Gideon masih sempat berbuat kesalahan yang menjeratnya dan menjerat keluarganya setelah kemenangan yang gemilang itu, tetapi dia juga menuntaskan misi Tuhan sekaligus membawa bangsa Israel kembali tenteram serta sejahtera. Berkat ketaatan Gideon oleh iman, “Demikianlah orang Midian tunduk kepada orang Israel dan tidak dapat menegakkan kepalanya lagi; maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon,” (Hak. 8:28).
Dari teladan Gideon, biarlah tumbuh pula iman kita akan Tuhan yang Maha Besar itu. Tuhan tidak memusingkan latar belakang kita, tetapi Dia siap berfirman dan menetapkan misi-Nya bagi kita, sesuai dengan jati diri kita yang sesungguhnya menurut penciptaan-Nya. Oleh iman, kita pun bisa taat hingga menjadi pahlawan yang gagah berani dan mengalami kemenangan dari Tuhan.