40 Tahun Ketiga Kehidupan Musa
Pada usia 80 tahun, Musa menerima panggilan khusus dari Tuhan atas hidupnya. Pertemuan langsung antara Allah dengan Musa dalam rangka panggilan ini diawali ketika Musa hendak menggiring kambing domba mertuanya di padang gurun Sinai. Musa terkejut dan penasaran ketika melihat api yang menyala keluar dari segerumbul semak duri tetapi semak duri itu tidak dimakan api. Rasa penasaran membawa Musa untuk mengamati semak duri itu lebih dekat. Saat situlah Tuhan berbicara kepada Musa, dan mengutus Musa untuk mengemban misi yang diberikan-Nya, yaitu membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke negeri perjanjian, Kanaan.
“Siapakah aku ini sehingga harus menghadap Firaun untuk membawa bangsa Israel pergi dari negeri Mesir?” Itulah pertanyaan sekaligus penolakan spontan Musa terhadap tugas yang diberikan Allah kepadanya, yang kisahnya dapat kita baca di Keluaran pasal 3 dan 4. Bagaimana pun juga, Musa pernah ditolak oleh bangsa Israel, sekaligus dibuang oleh kerajaan Mesir, sehingga pengalaman buruk tentulah masih membekas di dalam ingatan Musa dan membuat gentar hatinya. Dia merasa dirinya kecil dan tak pantas menjalankan misi yang besar itu. Karena itu, dia membuat banyak dalih agar Allah memilih orang lain saja untuk menjalankan visi tersebut. Tuhan telah berkata tegas tentang diri-Nya,
“AKULAH AKU,” tetapi Musa tetap menolak panggilan Tuhan. Penolakan demi penolakan Musa rupanya tidak diterima oleh Tuhan, bahkan Tuhan menyodorkan jawaban dan solusi untuk setiap dalih penolakan itu. Tuhan pun menempatkan Harun untuk menjadi penolong bagi Musa, sambil tetap menetapkan peran utama untuk Musa. Akhirnya, iman Musa mengalahkan kegentaran dan keengganannya. Dia memutuskan untuk taat menjalankan misi Tuhan. Musa membuang “kemustahilan” dari pemikirannya sendiri dan menerima “keajaiban” dari Tuhan, oleh iman. Selanjutnya, perjalanannya menunjukkan bahwa iman kepada Tuhan sungguh dapat diandalkan.
Keluar dari Mesir dengan iman
Setelah menerima panggilan Tuhan untuk menjalankan misi membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Kanaan, Musa konsisten dalam ketaatannya. Dia memboyong istri dan anak-anaknya kembali ke Mesir, ke tempat bangsa Israel berada. Karena ketaatan Musa ini, Tuhan membuat banyak mukjizat dan tanda-tanda heran melalui Musa di tanah Mesir, sehingga pada akhirnya bangsa Israel berhasil meninggalkan wilayah Mesir. Demikian pula, keajaiban terus terjadi setelah bangsa Israel berada dalam perjalanan dari Mesir ke Kanaan. Pertunjukan pertama yang sangat spektakuler terjadi oleh iman Musa dan tangan Tuhan, di hadapan seluruh bangsa Israel dan dengan diketahui langsung pula oleh pasukan Mesir yang mengejar, ketika Tuhan menggunakan tongkat Musa untuk membelah Laut Teberau menjadi tanah kering sehingga bangsa Israel bisa melewatinya. “Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga,” (Ibr. 11:29). Berjalan di tengah laut yang kering dengan berdinding laut yang luas di kanan-kiri tentu merupakan perjalanan iman ajaib yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel. Pelajarannya sangat jelas, bahwa jika Allah memimpin perjalanan hidup kita, Dia akan berperang bagi kita dan menjaga kita dengan kebesaran-Nya. Bangsa Israel akhirnya keluar dari tanah Mesir dan perbudakan atas perkenan dan disertai kuasa Tuhan.
Berbagai mukjizat dalam perjalanan menuju tanah perjanjian
Perjalanan Musa bersama bangsa Israel berlanjut. Selama 40 tahun, Musa memimpin bangsa Israel berjalan kaki melewati rute yang panjang menuju tanah perjanjian. Tuhan menuntun mereka dengan memberikan tiang awan yang meneduhkan pada siang hari serta tiang api yang menerangi pada malam hari. Selama perjalanan ini, banyak sekali mukjizat Tuhan terjadi dan dialami oleh bangsa Israel, walaupun mereka sering bersungut-sungut kepada Tuhan tentang berbagai ketidaknyamanan atau akibat ulah mereka sendiri. Mudah sekali hati bangsa Israel berubah tidak setia atau tidak percaya kepada Allah ketika muncul persoalan-persoalan. Namun, Tuuhan tetap setia akan janji-Nya. Dia tetap mengasihi bangsa Israel dengan memberikan berkat-berkat-Nya yang tidak pernah berkesudahan. Bangsa Israel mengalami mukjizat air pahit menjadi manis di Mara, manna “roti dari Tuhan” yang manis seperti kue madu turun setiap pagi seperti embun beku, burung puyuh datang menjadi pasokan daging , dan banyak lagi lainnya. Selain urusan makanan, bangsa Israel juga mengalami banyak kemenangan saat berperang melawan bangsa lain hingga memasuki tanah perjanjian. Penyertaan Tuhan tidak pernah berhenti atau berubah, sesuai janji-Nya.
Pertemuan di Gunung Sinai
Pada suatu waktu di masa perjalanan menuju Kanaan, Tuhan memanggil Musa untuk naik ke Gunung Sinai. Musa, didampingi oleh Yosua sampai titik tertentu, naik ke gunung itu untuk berbicara dengan Tuhan secara pribadi. Di sanalah Tuhan memberikan perjanjian Taurat dengan segala perintah, termasuk hukuman dan janji-Nya bagi umat-Nya. Bukan hanya memercayakan urusan membawa umat-Nya keluar dari perbudakan ke tanah perjanjian, Tuhan juga memercayakan hukum-hukum-Nya kepada Musa untuk diajarkan dan dihidupi sebagai cara hidup yang baru bangsa Israel, umat pilihan yang dikasihi-Nya.
Akhir perjalanan iman Musa
Dalam perjalanan di padang gurun, Musa pun sempa berbuat dosa, dan oleh pertimbangan Tuhan soal dosa Musa ini, Tuhan tidak mengizinkan Musa memasuki tanah perjanjian. Betapa tragisnya, setelah bersusah payah puluhan tahun melakukan misi Tuhan, kini Musa mendapati keputusan Tuhan yang pahit atasnya. Hebatnya, Musa tidak kecewa atau marah kepada Tuhan. Imannya yang telah dihidupinya puluhan tahun itu menguatkan hatinya untuk tetap mengasihi dan percaya penuh pada keputusan Tuhan. Musa justru makin akrab dengan Tuhan dan makin mendalam dalam hubungan pribadinya dengan Tuhan. Dalam percakapan berdua saja dengan Tuhan, Musa menikmati diizinkan Tuhan untuk melihat tanah Kanaan dari seberang, ditunjukkan dan dijelaskan tentang tanah perjanjian itu oleh Tuhan sendiri. Pengalaman yang seolah tragis pun berubah menjadi pengalaman yang indah. Bahkan selanjutnya, dalam usia tua Musa mati di tanah Moab dan Alkitab mencatat bahwa Tuhan sendirilah yang menemani Musa di saat-saat terakhir kehidupannya, lalu menguburkan mayat Musa (Ul. 34:9). Musa tidak dapat memasuki tanah perjanjian, tetapi imannya yang tidak pernah gugur membuat dia mendapat tempat istimewa di hati Tuhan. Dia menjadi seorang pengantara antara Allah dan bangsa Israel. Kepada Musa-lah Tuhan menyampaikan Firman-Nya untuk bangsa Israel hingga bangsa Israel memasuki tanah perjanjian. Sepeninggal Musa, sesuai rencana Tuhan dan melanjutkan persiapan yang telah dilakukan Musa, Yosua dan Kaleb menggantikan Musa memimpin bangsa Israel memasuki negeri yang telah dijanjikan Tuhan, yang berlimpah susu dan madu.
Musa mendapat panggilan Tuhan pada fase yang kurang ideal secara manusiawi, hingga dia awalnya merasa tua, tidak pantas, serta menolak rencana Tuhan. Namun, ketika dia akhirnya memilih untuk berpegang pada iman dan taat oleh iman itu untuk melakukan kehendak Tuhan, Tuhan memakai dia secara luar biasa. Bahkan, Musa mengalami Tuhan menjadi sahabat akrabnya, yang berinteraksi langsung secara berhadapan muka dengan dirinya. Apa yang dikerjakan oleh tangan Musa dibuat Tuhan berhasil. Bagaimana dengan kita?
Saat ini, apakah kita juga merasa ingin menolak, seperti Musa, ketika Tuhan memanggil kita untuk melakukan tugas-Nya? Percayalah bahwa ketika kita memilih berpegang pada iman, taat dan melakukan kehendak Allah, kita pasti akan melihat pekerjaan Tuhan yang hebat dan luar biasa itu terjadi. Bukan awal yang luar biasa, melainkan perjalanan bersama Tuhan dan akhir yang sesuai dengan rencana Tuhan itulah yang terutama. Oleh iman, Musa menjadi lembut hati dan bersedia taat senantiasa kepada Tuhan. Melewati banyak kerisauan di pikirannya, Musa setia melangkah di dalam perjalanan melakukan misi Tuhan. Tuhan yang sama itu pula setia memimpin hidup kita. Dia akan membalikkan yang mustahil menjadi keajaiban. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Mari kita mengikuti teladan iman Musa dalam menjalani panggilan Tuhan dengan taat. Keberhasilan hidup dimulai dari ketaatan iman untuk melangkah.