Dalam Alkitab Perjanjian Baru, nama Rabab disebutkan tiga kali. Pertama, Rahab disebutkan sebagai nenek buyut Daud, raja Israel yang sangat berkenan kepada Tuhan. Matius mencatat silsilahnya, “Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,” (Mat. 1:4-6). Kedua, Rahab disebut orang beriman lewat tindakan imannya. Penulis kitab Ibrani berkata, “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena dia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik,” (Ibr. 11:31). Karena tindakan imannya menyembunyikan pengintai-pengintai yang diutus oleh Yosua, Rahab menjadi barisan tokoh pahlawan iman yang disebutkan dalam kitab Ibrani. Yang ketiga, Rahab disebut karena pekerjaannya sebagai pelacur, tetapi juga bahwa imannya kepada Allah ditunjukkan lewat perbuatan. Yakobus menuliskannya, “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika dia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati,” (Yak. 2:25-26).
Siapa Rahab? Mengapa seseorang yang pekerjaannya sering dianggap rendah dan hina justru menjadi pahlawan iman yang layak diteladani? Bagaimana kisahnya?
Oleh Iman, Rahab Bertindak dan Selamat
Awalnya, nama Rahab muncul dalam kitab Yosua 2, saat pengintaian pasukan Israel terhadap kota Yerikho, sebelum mereka merebut kota itu dan menduduki tanah perjanjian: Kanaan. “Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: ‘Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho.’ Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ,” (Yos. 2:1-2). Rahab adalah pelacur yang rumahnya dijadikan tempat bermalam oleh para pengintai Israel di kota Yerikho. Memang ini strategi yang lebih tak mengundang perhatian, daripada para pengintai itu menginap di rumah penduduk kota yang tergolong “orang baik-baik” yang memiliki pergaulan luas. Namun, raja Yerikho juga memiliki mata-mata, dan rumah Rahab berada di dekat tembok kota maka mudah dipantau, sehingga dia mengetahui keberadaan kedua pengintai itu. Kata raja Yerikho kepada Rahab melalui utusannya, “Bawalah ke luar orang-orang yang datang kepadamu itu, yang telah masuk ke dalam rumahmu, sebab mereka datang untuk menyelidik seluruh negeri ini,” (Yos 2:3). Para pengintai itu ketahuan.
Pada saat yang mendebarkan itu, iman Rahab melambung tinggi melebihi iman para pengintai. Rahab, seorang kafir sekaligus pelacur, percaya penuh dan mengakui bahwa Allah Israel adalah satu-satunya Allah yang berdaulat atas langit dan bumi, yang sanggup menolong dia dan keluarganya agar selamat walaupun risiko besar atas nyawa mereka semua sudah di depan mata. Rahab memutuskan untuk menyembunyikan para pengintai itu, sehingga utusan-utusan raja Yerikho tidak menemukan mereka. Setelah utusan-utusan itu pergi dengan tangan hampa, Rahab menyuruh para pengintai lari dengan bantuan tali melewati jendela tembok kota. Mereka lolos dan seisi rumah Rahab aman, karena tindakan Rahab yang lahir dari iman di hatinya. Karena iman Rahab itu, Allah menyatakan perkenanan-Nya kepada dia dan menjadikannya teladan. Allah menjamin bahwa seruan iman kepada Tuhan akan mendatangkan keselamatan kepada siapa pun, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Roma 10:13).
Oleh Iman, Rahab Berani dan Mendapat Hikmat Cemerlang
Rahab “hanyalah” perempuan kafir sundal yang tinggal di kota Yerikho, tetapi tindakan dan ide-ide briliannya benar-benar berani. Ketika utusan raja Yerikho menyuruh Rahab untuk menyerahkan kedua pengintai Israel, iman di hati Rahab berbuah. Kepercayaannya akan perlindungan dan keselamatan dari Allah memberinya keberanian untuk melindungi para pengintai Israel yang datang karena janji Allah itu.
Hikmatnya cemerlang dalam perkataannya meyakinkan para utusan raja Yerikho, “Memang, orang-orang itu telah datang kepadaku, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka, dan ketika pintu gerbang hendak ditutup menjelang malam, maka keluarlah orang-orang itu; aku tidak tahu, ke mana orang-orang itu pergi. Segeralah kejar mereka, tentulah kamu dapat menyusul mereka.” Tidak ada yang terpikir bahwa Rahab telah menyembunyikan kedua pengintai itu di bawah tebaran batang rami, di sotoh rumahnya. Perkataannya yang berkuasa itu langsung dipercayai oleh para utusan raja. Mereka pergi tanpa menaruh curiga sedikit pun. Memang, Rahab mengucapkan kebohongan, tetapi ini adalah sebuah kesalahan yang dilakukannya saat dia bertindak oleh iman. Bukan kebohongan Rahab itu yang Tuhan puji dan jadikan teladan, tetapi imannya berkenan di mata Tuhan, dan tindakan oleh imannya membuat dia dan keluarganya diselamatkan.
Oleh Iman, Rahab Menjadi Agen Keselamatan untuk Orang Lain
Dari ucapan Rahab, kita melihat Rahab menunjukkan imannya. Ternyata, iman itu telah bertumbuh sejak awal dia mendengar tentang Allah Israel dan dia percaya, “Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.” Saat kedatangan para pengintai Israel dalam rangka strategi perebutan kotanya, Rahab tidak mau kehilangan momentum untuk mendapat keselamatan dari Allah Israel. Dia beriman dan kini berharap tindakan yang dilakukannya sesuai imannya itu dapat menyelamatkan dia dan seisi rumahnya, “Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut.” Selanjutnya, Rahab memberikan arahan yang bijak kepada para pengintai itu, “Pergilah ke pegunungan, supaya pengejar-pengejar itu jangan menemui kamu, dan bersembunyilah di sana tiga hari lamanya, sampai pengejar-pengejar itu pulang; kemudian bolehlah kamu melanjutkan perjalananmu.” Rahab menolong mereka untuk meloloskan diri melalui jalan lain, dan mereka pun selamat.
Setibanya para pengintai ke perkemahan Israel, iman yang terpancar lewat tindakan dan kata-kata Rahab menjadi bagaikan percikan api yang mengobarkan lagi iman Yosua. Laporan Yosua tentang pengintaian itu sangat kuat dan berani, “TUHAN telah menyerahkan seluruh negeri ini ke dalam tangan kita, bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita.” Kemudian, tercatat saat Israel akhirnya merebut Yerikho, “Lalu masuklah kedua pengintai muda itu dan membawa ke luar Rahab dan ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan kepadanya tempat tinggal di luar perkemahan orang Israel. Tetapi kota itu dan segala sesuatu yang ada di dalamnya dibakar mereka dengan api.” Rahab, keluarganya, serta semua orang yang bersama-sama dia, selamat dan dapat terus hidup, oleh karena iman Rahab.
Iman Rahab bukan iman yang sesekali atau hilang timbul. Imannya tegas dan berani, sehingga dia bertindak dan membawa keselamatan bagi dirinya sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Karena itulah, nama Rahab dicatat dalam jajaran saksi-saksi atau pahlawan iman dalam Ibrani 11. Masa lalunya yang kelam atau status sosialnya yang hina, atau bahkan kesalahannya saat berbohong, tidak diperhitungkan Tuhan. Dia bahkan dipandang layak menjadi nenek moyang Raja Daud dan nenek moyang Yesus sendiri, Sang Juru Selamat seluruh umat manusia. Oleh karena imannya, Rahab menjadi pahlawan iman yang patut kita teladani.
Dari kisah kehidupan Rahab, kita belajar bahwa benarlah yang dikatakan di Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman Rahab menjadi dasar keselamatan yang dia harapkan dan keselamatannya menjadi bukti bahwa Allah berkenan kepada orang yang mencari-Nya dengan sungguh hati.