Dalam ulasan tentang para pahlawan iman dalam kitab Ibrani pasal 11, nama Yosua tak disebut. Yang tertulis terkait Yosua hanyalah peristiwanya, “Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya,” (Ibr. 11:30). Namun, kita tahu perbuatan Yosualah yang membawa peristiwa itu terjadi sebagai buah imannya. Dua artikel bersambung yang dimulai pada edisi kali ini akan membahas teladan iman Yosua.
Kepahlawanan yang Mulai Dikenal
Riwayat kepahlawanan iman Yosua bermula sejak lama sebelum peristiwa runtuhnya tembok kota Yerikho. Setelah orang Israel keluar dari Mesir, Tuhan berfirman kepada Musa untuk membelah laut Kolsum (Laut Merah), supaya orang Israel berjalan menyeberang di tanah kering, sedangkan tentara Firaun yang mengejar mereka tenggelam.
Beberapa hari kemudian, Israel berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, menyusuri jalur tuntunan Tuhan di padang gurun yang luas. Pada suatu titik, mereka tidak menemukan air untuk diminum, sehingga mereka bertengkar dengan Musa. Orang Israel marah dan menuduh Musa membawa mereka semua untuk mati kehausan saja di padang gurun, padahal dulu di Mesir mereka cukup minum. Tuhan pun menyuruh Musa menunjuk batu karang agar mengeluarkan air. Singkatnya, air keluar untuk diminum, lalu datanglah orang Amalek, yang berperang melawan orang Israel di Rafidim. Di sinilah nama Yosua disebut, sebagai seseorang dari suku Efraim, anak Yusuf di Mesir.
Musa, sang pemimpin bangsa, berkata kepada Yosua, “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku,” (Kel. 17:9). Keesokan harinya, Israel meraih kemenangan dalam peperangan itu. Allah pun berfirman kepada Musa, “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit,” (Kel. 17:14). Allah menyebut nama Yosua kepada Musa.
Mata Iman yang Memandang pada Kemenangan
Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk memilih 12 orang dari setiap suku Israel untuk mengintai tanah Kanaan, Hosea bin Nun terpilih dari suku Efraim. Hosea itulah nama asli Yosua; nama ayahnya ialah Nun. Musa mengganti nama Hosea menjadi Yosua, dan mengutusnya dalam tim pengintai berisi 12 orang ke tanah Kanaan, untuk mencari tahu keadaan negeri yang dijanjikan Tuhan bagi mereka semua. Menurut Bilangan 14, mereka kembali dengan membawa kabar yang berbeda. Dari 12 pengintai, sepuluh orang membawa kabar buruk dan menebar ketakutan, sehingga menyebabkan orang Israel bersungut-sungut akan keadaan mereka. Di sisi lain, dua orang pengintai, Kaleb dan Yosua, setia pada visi perjanjian Tuhan bagi umat-Nya, dan membawa kabar baik bagi bangsa Israel.
Memang benar, ketika mengintai tanah Kanaan, seluruh pengintai menjumpai orang-orang Enak, karena orang-orang Enak mendiami daerah Hebron. Orang Enak dikenal dengan perawakan fisik yang besar dan tinggi, dan penampilan fisik yang tampak menakutkan. 10 pengintai ketakutan melihat orang-oranng Enak, dan lupa menjaga mata iman mereka untuk tetap memandang janji Tuhan akan kemenangan, sehingga pulang membawa kabar ketakutan itu. Bukan lagi sekadar kabar buruk, tetapi kabar busuklah yang mereka sebarkan: mereka mengatakan diri mereka seperti belalang dan orang-orang Enak seperti raksasa yang akan membinasakan dan memakan mereka. Namun, tidak demikian halnya dengan iman Yosua dan Kaleb. Meski melihat situasi yang sama, Yosua dan Kaleb tetap memakai mata imannya untuk memandang pada janji kemenangan dari Tuhan. Mereka berdua melihat keindahan negeri itu, yang akan menjadi bagian mereka kelak saat janji Tuhan digenapi. Perhatikan ucapan Yosua dan Kaleb yang menyemangati bangsa Israel, “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka,” (Bil 14:8-9). Iman membuat cara pandang Yosua tetap teguh pada kebenaran janji Tuhan. Tidak ada kegentaran di dalam hatinya, karena bukan situasi yang diperhatikannya. Dia hanya memperhatikan keindahan janji Tuhan.
Mendapat Kepercayaan Tuhan karena Iman
Iman dan kesetiaan Yosua membawa dirinya terus naik untuk mengalami janji-janji Allah. Tuhan sendiri pada akhirnya mempromosikan Yosua untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian. Bahkan, tidak hanya itu, Allah juga memberkati Yosua dengan roh kebijaksanaan untuk memimpin bangsa Israel, “Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya, suruhlah ia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat, lalu berikanlah kepadanya perintahmu di depan mata mereka itu dan berilah dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat Israel mendengarkan dia,” (Bil. 27:18-20). Selanjutnya, Tuhan meneguhkan lagi Firman-Nya, “Yosua bin Nun, pelayanmu, dialah yang akan masuk ke sana. Berilah kepadanya semangat, sebab dialah yang akan memimpin orang Israel sampai mereka memiliki negeri itu,” (Ul. 1:38). Yosua mendapat kepercayaan besar dari Tuhan, karena imannya.
Pada waktunya, Musa menyuruh Yosua berdiri di hadapan Imam Eleazar dan segenap umat Israel. Musa meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan kepadanya perintahnya, seperti yang difirmankan TUHAN kepada dirinya, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan membawa orang Israel ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka, dan Aku akan menyertai engkau,” (Ul. 31:23).
Musa tidak diizinkan Tuhan untuk memasuki sendiri tanah perjanjian itu, tetapi Tuhan tetap menyelesaikan rancangan-Nya dengan cara yang indah. Setelah itu, Musa mati. Seluruh Israel menangisi Musa selama tiga puluh hari. Lalu setelah masa berkabung karena kematian Musa selesai, Yosua sah menjadi pemimpin Israel berikutnya. ”Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa,” (Ul. 34:9). Era baru bagi Israel di bawah pimpinan Yosua pun dimulai.
Iman membuat Yosua senantiasa memandang pada perkataan Tuhan saja, tanpa goyah oleh ancaman musuh atau ketidakpastian situasi. Kepadanya, oleh karena imannya, Tuhan memberikan kepercayaan yang besar. Inilah kepercayaan Tuhan atas orang yang setia dan beriman. Demikian pula, Tuhan juga dapat memberikan kepercayaan yang besar kepada kita asalkan kita setia dan beriman kepada-Nya.
(bersambung)