//Seri Paulus : Bersaksi Tanpa Mengenal Lelah

Seri Paulus : Bersaksi Tanpa Mengenal Lelah

Perjalanan misi Paulus yang kedua masih terus berlanjut. Dalam edisi ini, kita akan melihat kunjungan Paulus dan Silas ke tiga kota: Tesalonika, Berea, dan Atena. Di tiga kota ini, misi Paulus dan Silas pun mengalami banyak tantangan, tetapi kesetiaan dan tekad mereka untuk memberitakan injil Kerajaan Allah tidak pernah padam. Mari kita ikuti kelanjutan perjalanan misi Paulus yang kedua bersama Silas ini, dan bagaimana mereka bersaksi tanpa mengenal lelah.

 

Kunjungan ke Tesalonika: Merintis jemaat yang penuh iman

Dari Filipi, Paulus dan Silas melanjutkan perjalanan melewati Amfipolis dan Apolonia, sampai tiba di Tesalonika. Tesalonika merupakan satu dari kota-kota utama dalam kekaisaran Romawi yang makmur. Sebagian besar penduduk Tesalonika adalah orang-orang Yunani dan di sana banyak terdapat sinagoge. Paulus dan Silas tidak menyia-nyiakan hal ini, seperti biasa mereka masuk ke sinagoge dan memberitakan injil di sana dengan mengajarkan isi kitab suci. Dikatakan, “Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari kitab suci.”

 

Respons sebagian orang yang mendengarkan khotbah Paulus dan Silas sangat baik. Mereka menjadi yakin akan kebenaran dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas; di antara mereka ini bahkan ada pula orang-orang Yunani yang takut akan Allah, termasuk perempuan-perempuan terkemuka. Namun, penolakan justru datang dari orang-orang Yahudi yang iri hati. Mereka mengajak preman-preman di pasar untuk mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Pada saat kekacauan itu terjadi, Paulus dan Silas sedang tinggal menumpang di rumah Yason, salah satu murid Yesus di kota itu. Rumah Yason pun menjadi sasaran keributan dan para pengacau ingin menangkap Paulus dan Silas. Oleh tuntunan Tuhan, Paulus dan Silas telah melarikan diri. Para pengacau yang tidak menemukan Paulus dan Silas di rumah Yason akhirnya menyeret Yason dan beberapa murid ke hadapan penguasa kota dengan tuduhan telah memberi tumpangan kepada para penghasut untuk melawan ketetapan-ketetapan Kaisar. Syukurlah, atas uang jaminan, Yason dan murid-murid yang lain dilepaskan.

 

Selepas peristiwa ini, Paulus dan Silas meninggalkan Tesalonika, tetapi kunjungan singkat Paulus dan Silas ini telah menanamkan benih yang baik di Tesalonika, yang kemudian bertumbuh kuat dan subur, bahkan berbuah lebat. Sepeninggal Paulus dan Silas, jemaat Tesalonika mengalami banyak penganiayaan, tetapi mereka tetap setia dan bertekun di dalam iman kepada Tuhan. Kesaksian Paulus dan Silas dalam kunjungan singkat mereka telah berbuah dalam wujud jemaat rintisan yang penuh iman. Itulah sebabnya Paulus di kemudian hari memuji jemaat di Tesalonika, “Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima Firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya,” (1 Tes. 1:6-7).

 

 

Kunjungan ke Berea: Panen raya

Pada malam keributan di Tesalonika, Paulus dan Silas diungsikan ke Berea, kota lain yang tidak jauh dari Tesalonika. Kesigapan jemaat di Tesalonika sangat membantu Paulus dan tim pelayanan misinya untuk lolos dari maksud jahat orang-orang yang mengacaukan pemberitaan injil.

 

Di Berea, Paulus segera mengunjungi sinagoge dan bersaksi memberitakan Firman di sana. Kabar sukacitanya adalah orang-orang Yahudi di Berea lebih membuka hati; mereka menerima Firman dan setiap hari menyelidiki kitab suci untuk mengetahui apakah pengajaran yang mereka terima itu benar adanya. Hasilnya, banyak orang menjadi percaya, termasuk tidak sedikit juga perempuan-perempuan terkemuka dan orang-orang Yunani di kota itu.

 

Sekali lagi, Iblis tidak senang melihat orang-orang diselamatkan dalam Yesus. Iblis memanas-manasi orang-orang Yahudi dari Tesalonika untuk datang ke Berea dan menghasut orang-orang di Berea. Namun, Tuhan memberikan strategi yang tepat bagi pelayanan Paulus: Paulus segera dilarikan lagi, kali ini ke Atena (ejaan nama kota ini saat ini “Athena”, tetapi di Alkitab tetap disebut “Atena”) beserta beberapa orang Berea, sementara Silas dan Timotius masih tinggal di sana. Setelah mengantar Paulus ke Atena, saudara-saudara dari Berea kembali ke Berea dan Paulus menitip pesan agar Silas dan Timotius segera menyusulnya. Demikianlah, panen raya jiwa-jiwa di Berea tidak dapat digagalkan.

 

 

Kunjungan ke Atena: Beban hati Allah yang menghasilkan buah-buah iman

Misi Allah yang sama, yang telah dilaksanakan oleh Yesus dengan mati di salib demi penebusan manusia, kini ditaruh dalam hati Paulus. Sementara Paulus menunggu kedatangan Silas dan Timotius, dia tidak mau menyia-nyiakan sedetik pun kedatangannya di Atena. Paulus berjalan-jalan menyusuri kota itu dan hatinya begitu sedih melihat betapa banyaknya patung-patung berhala yang dia temukan. Betapa tidak sedih hati Paulus, orang-orang Atena menyembah apa yang tidak mereka kenal. Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris versi KJV, ayat yang menggambarkan suasana hati Paulus ini lebih diperjelas lagi, “Now while Paul waited for them at Athens, his spirit was stirred in him, when he saw the city wholly given to idolatry.” (Saat menunggu kedatangan Silas dan Timotius di Atena, roh Paulus bercampur-aduk melihat seluruh kota itu dipersembahkan kepada penyembahan berhala) (Kis. 17:16, KJV). Kata bahasa Inggris “stirred” di sini berarti bercampur aduk, yaitu perasaan hati Paulus bercampur antara marah dan sedih. Dia marah terhadap dosa yang melanda kota itu sehingga membuat manusia binasa, dan sedih terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Inilah hati Paulus, yang sama dengan hati Allah, yang memiliki belas kasihan terhadap jiwa-jiwa.

 

Melihat itu semua, Paulus masuk ke dalam rumah ibadat orang Yahudi untuk bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah. Dia juga masuk ke pasar setiap hari dan berdiskusi dengan orang-orang yang dijumpainya di situ, bahkan juga berargumentasi dengan para ahli pikir di sana. Setelah rangkaian percakapan kritis antara Paulus dan orang-orang Atena, akhirnya Paulus dibawa menghadap sidang Areopagus.

 

Sidang Areopagus merupakan lembaga peradilan paling tua di Atena yang telah beroperasi sejak zaman kuno. Meski wewenang dan kuasanya telah dibatasi, sidang itu masih besar wibawanya khususnya dalam perkara moral dan agama. Sidang itu disebut Areopagus karena pada masa silam lokasi pertemuannya di bukit Ares. Pada zaman Perjanjian Baru, sidang itu mengadakan pertemuan di Serambi Raja (Stoa Basileios) di pasar Atena. Setiap pemberita ajaran dewa-dewa asing akan dibawa di hadapan sidang itu, dan karena itulah Paulus dibawa ke sidang Areopagus.

 

Di sidang itu, Paulus mulai berkhotbah, “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu,” (Kis. 17:22-23, TB).

 

Dalam pemberitaan injil itu, Paulus menemukan anak kunci efektivitas penyampaian pesannya, yaitu “kepada Allah yang tidak dikenal”. Dari sorotan akan sosok sesembahan mereka itulah Paulus menyampaikan injil kepada mereka. Kata Paulus, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati,” (Kis. 17:30-31, TB).

 

Beberapa orang yang mendengarnya mengejek pesan itu, tetapi ada pula beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dan menjadi percaya. Di antara mereka yang menjadi percaya ada Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, serta beberapa orang lain yang bersama-sama dengan mereka. Demikianlah Paulus mengalami beban hati Allah yang dilaksanakannya melalui kesaksian Kerajaan Allah menghasilkan buah-buah iman di antara orang-orang yang mendengar.

 

 

Kunjungan Paulus ketiga kota ini melahirkan banyak jiwa-jiwa yang percaya Yesus, walaupun banyak kesulitan dan rintangan harus ditempuh Paulus dan rekan-rekannya dalam memberitakan Firman Tuhan. Tanpa mengenal lelah, mereka tetap bersaksi dan bekerja bagi misi Allah. Marilah kita yang membaca kisahnya hari ini pun tidak mudah menyerah dalam memberitakan injil. Firman yang ditabur oleh orang percaya bagi mereka yang belum percaya tidak pernah sia-sia. Dalam edisi mendatang, kita akan terus belajar dari kelanjutan perjalanan Paulus.

2023-09-29T13:09:00+07:00