///Significant Spirituality (Kerohanian yang Signifikan)

Significant Spirituality (Kerohanian yang Signifikan)

The Eight-Dimension Matrix of Self Developmental Quotient
(Artikel berseri, Nomor 3)

 

Bagian ketiga dalam seri materi The Eight-Dimension Matrix of Self Developmental Quotient ini  membahas topik Significant Spirituality (Kerohanian yang Signifikan). Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “signifikan” sebagai “penting”, atau “berarti”. Yang dimaksud dalam artikel ini ialah kerohanian yang memberi arti penting bagi seluruh kehidupan kita, yaitu kerohanian yang selaras dengan semua aspek dalam kehidupan kita. Ini bukanlah kerohanian yang hanya menjadi salah satu aspek atau bagian di dalam hidup kita; ini justru adalah kehidupan rohani yang selaras seutuhnya, karena kerohanian memberi arti penting di dalamnya. Bagaimana kita bisa memiliki suatu kehidupan rohani yang signifikan dan selaras? Berikut tiga kuncinya:

 

 

  • Solid truth as life values (kebenaran sebagai nilai-nilai kehidupan yang mutlak)

 

Setiap keyakinan memiliki seperangkat solid truth yang dianut, yaitu kitab suci yang berisi butir-butir kebenaran prinsipil yang menjadi pegangan dalam hidup kerohanian dan beragama penganutnya. Dalam kekristenan, kita percaya bahwa Alkitab adalah pelita dan terang bagi jalan kita. Ini berarti Firman Tuhan (isi Alkitab) tidak saja kita mengerti tetapi menjadi gaya hidup setiap saat, sebagaimana dinyatakan dalam 2 Timotius 3:16-17, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” Dari ayat ini, kita dapat berpegang pada beberapa patokan supaya Firman Allah benar-benar menjadi gaya hidup kita:

 

Firman Allah bermanfaat untuk mengajar

Pada masa pandemi sekarang ini, tersaji begitu banyak materi khotbah melalui media sosial. Kita akan sangat mudah mendapatkannya tanpa harus datang ke gereja atau persekutuan. Khotbah-khotbah dari hamba-hamba Tuhan atau pendeta dari berbagai denominasi gereja disajikan dengan menarik, mudah dipahami, dan menjawab kebutuhan. Bahkan, selama pandemi ini mungkin kita sudah menemukan pendeta favorit karena khotbah-khotbahnya yang enak didengar dan sesuai dengan situasi kita, walaupun bukan pendeta atau hamba Tuhan dari gereja lokal tempat kita berjemaat selama ini. Tidak ada yang salah mengenai hal ini. Namun, perlu kita perhatikan bahwa apa pun yang kita dengar harus sesuai dengan sumber kebenaran yang hakiki, yaitu Firman Allah. Itulah sebabnya, kita juga harus mempelajari Alkitab secara mandiri dalam tuntunan Roh Kudus, agar kita dapat membedakan apakah khotbah yang kita dengar sesuai dengan Alkitab atau tidak. Jangan terjebak ke dalam pengajaran yang sepertinya sangat religius dan terkesan baik, atau mungkin disampaikan oleh pendeta yang terkenal, tetapi ternyata menyimpang dari kebenaran Alkitab. Jebakan ini mengancam kita semua yang tidak mempelajari Firman Tuhan dan hanya menelan mentah-mentah apa yang kita dengar.

 

Firman Allah bermanfaat untuk menyatakan kesalahan

Berapa banyak dari antara kita yang selama ini berpegang kepada sesuatu yang kita anggap sebagai kebenaran? Mungkin, ada hal-hal yang sudah lama diajarkan oleh orang tua kita atau guru kita atau bahkan pendeta kita, dan hal-hal itu sudah mendarah daging di dalam hidup kita. Tanpa sadar, bisa saja hal-hal yang selama ini kita anggap baik dan benar ternyata tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Ujilah segala sesuatu dengan ukuran Firman Tuhan. Hanya Firman Tuhan-lah yang sanggup menyatakan kesalahan, karena Dia adalah kebenaran itu sendiri.

 

Firman Allah bermanfaat untuk memperbaiki kelakuan

Perbaikan ialah unsur esensial yang melengkapi setiap kali kesalahan dinyatakan. Ketika kesalahan dinyatakan, kita pun tahu apa kesalahan kita, dan melalui perbaikan, kita pun tahu yang benar yang harus kita lakukan. Hal ini seperti yang tertulis dalam Efesus 4:31, Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” Dalam ayat ini, Allah menunjukkan kesalahan kita dalam area pahit hati, geram, marah, bertikai, dan memfitnah; semuanya itu harus dibuang dari hidup kita. Berikutnya, Allah juga menunjukkan tuntunan perbaikannya, yaitu kelakuan baru yang sudah diperbaiki, dalam Efesus 4:32, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

 

Firman Allah mendidik orang dalam kebenaran

Seorang yang mengikuti suatu pendidikan harus menaati segala aturan dan proses yang ditentukan. Kita adalah murid-murid Yesus dalam proses pendidikan kebenaran. Firman Allah mendidik kita dalam kebenaran karena Firman itu adalah kebenaran (Yoh. 17:17) dan kebenaran itu memerdekakan. 

 

 

  • Worship as a lifestyle (ibadah dan penyembahan sebagai gaya hidup dalam keseharian)

 

Worship as a lifestyle adalah sebuah gaya hidup yang takut akan Tuhan. Inilah suatu kehidupan yang didasari oleh kesadaran penuh bahwa Tuhan ada dan menyertai kita kapan pun dan di mana pun kita berada. Kesadaran inilah yang menjadikan seseorang bisa menikmati suatu kehidupan beribadah, penyembahan, dan keintiman dengan Tuhan senantiasa tanpa dibatasi oleh cara, sikap, tempat, atau waktu tertentu. Ibadah dan penyembahan bukan lagi sebuah aktivitas agamawi yang diatur dengan liturgi-liturgi khusus, melainkan sebuah gaya hidup yang terus-menerus mengalir setiap saat dan setiap hari. Untuk membangun gaya hidup yang demikian, dasarnya ialah persekutuan pribadi dengan Bapa yang timbul dari rasa hormat kepada Allah. 

 

 

  • Fellowship and interactions as a life essential (bersekutu dan berinteraksi sebagai unsur esensial dalam kehidupan)

 

Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Kita memerlukan interaksi sosial dengan sesama. Mungkin kita merasa bahwa pandemi menghalangi kita dalam hidup bersosialisasi, dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang seakan mengubah makhluk sosial menjadi makhluk individual. Anggapan ini tidaklah sepenuhnya benar. Kita tetap perlu dan bisa bersosialisasi dengan memperhatikan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah dan otoritas kesehatan dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19, yaitu dengan pemakaian masker dan menjaga jarak aman. Kita juga perlu dan bisa tetap bersosialisasi dengan sahabat serta keluarga yang tinggal berjauhan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi berbasis teknologi yang tersedia di media-media, seperti Zoom atau aplikasi video group call lainnya, termasuk untuk berdoa bersama dan melakukan pertemuan komunitas kecil melalui aplikasi-aplikasi tersebut.

 

Kerohanian bukanlah suatu bagian dalam hidup kita yang terpisah dari bagian-bagian lainnya. Kerohanian haruslah signifikan dan memberi arti penting di dalam seluruh bagian hidup kita. Lakukan ketiga kunci penting yang kita bahas ini dan terimalah pertumbuhan rohani sehingga seluruh kehidupan Anda menjadi makin selaras sesuai yang Tuhan rancangkan. Tuhan memberkati kita semua.

2020-10-29T13:00:44+07:00