//Simson Keperkasaan Iman dalam Kelemahan Jasmani

Simson Keperkasaan Iman dalam Kelemahan Jasmani

Cerita Simson mungkin sudah sangat sering kita dengar atau saksikan lewat berbagai media, bahkan mungkin sejak saat kita mengikuti sekolah minggu dahulu. Namun, secara khusus dalam artikel seri iman kali ini, kita akan mengenal Simson dari perspektif kekuatan imannya, menurut yang tercatat dalam kitab Hakim-Hakim 13-16.

 

Simson terkenal karena melakukan perbuatan-perbuatan yang perkasa ketika Roh Allah berkuasa atas dirinya. Dia juga seorang hakim atas orang Israel selama dua puluh tahun.  Penulis kitab Ibrani berkomentar tentang para pahlawan iman, termasuk Simson, “…. yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing,” (Ibr. 11:33-34). Simson adalah salah satu orang biasa yang bertindak dengan iman untuk melakukan sesuatu sesuai janji Tuhan, dan kita pun perlu meneladani keperkasaan imannya.

 

Lahirnya Seorang Nazir Allah

Kisah Simson dimulai dengan masa kegelapan rohani yang melanda seluruh Israel. Situasi itu dikisahkan terjadi oleh karena kejahatan orang Israel, “Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh tahun lamanya,” (Hak. 13:1). Lalu, ketika seluruh orang Israel melupakan Tuhan dalam masa kegelapan itu, Tuhan berinisiatif memberi jalan keluar dengan mengutus malaikat untuk menampakkan diri kepada istri Manoah yang mandul. Meskipun Manoah bukan berasal dari keturunan Lewi, yang memegang jabatan imam, Allah berjanji untuk memberikan seorang anak laki-laki kepadanya, yang nanti akan hidupnya akan dikhususkan bagi Tuhan. Anak Manoah itu dijanjikan akan menjadi seorang nazir Allah dan kepalanya tidak akan kena pisau cukur. Anak yang dijanjikan Allah kepada Manoah itulah Simson.

Sejak sebelum dia dijadikan dan dikandung, Simson telah ditetapkan Allah dan melalui dirinya Allah akan memulai proyek penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin. Simson dijanjikan akan menjadi nazir Allah, yaitu orang yang dikhususkan hidupnya bagi Allah dan hidup menurut standar Allah. Ini berarti Allah ingin Simson menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat menjerumuskan seseorang dalam dosa serta keinginan-keinginan yang merusak.

 

 

Godaan Hawa Nafsu yang Membawa Dosa dan Mendatangkan Maut

Singkat cerita, Simson tumbuh besar dan Tuhan memberkati dia. Keperkasaannya tidak ada yang dapat menandingi … hingga suatu waktu dia jatuh cinta kepada seorang gadis Filistin. Ini adalah percintaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan ditentang oleh orang tua Simson karena bertolak belakang dengan hukum Allah yang melarang perkawinan dengan kaum penyembah berhala (Kel. 34:16). Namun, keinginan asmara Simson terlalu menggebu. Dia memutuskan untuk tetap menikahi gadis Filistin itu. Inilah titik awal Simson mulai melenceng dari standar Allah, padahal dirinya adalah seorang nazir Allah.

Dalam perjalanan keluarga Simson untuk meminang gadis Filistin itu, Simson bertemu dengan seekor singa muda yang mengaum. Dikatakan dalam Kitab Hakim-hakim 14:6, “Pada waktu itu berkuasalah Roh Tuhan atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti mencabik anak kambing – tanpa apa-apa di tangannya. Tetapi tidak diceritakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu.” Inilah bukti kekuatan Roh Kudus yang ada di dalam diri setiap orang percaya akan memberi kita kekuatan dan kuasa untuk melakukan hal-hal yang secara manusiawi mustahil.

Di kemudian waktu, Simson melewati kembali bangkai singa tersebut, yang kini sudah dihinggapi oleh sarang lebah. Simson mengambil madu yang ada dalam bangkai singa tersebut dan memakan serta memberikan pada orang tuanya. Melalui peristiwa itu, muncullah ide teka teki yang dia lontarkan pada saat perjamuan pernikahannya dengan 30 orang teman-temannya. Simson membuat taruhan, yaitu siapa pun yang dapat menjawab teka tekinya akan mendapat hadiah, dan sebaliknya jika tak ada di antara 30 orang tersebut yang dapat menjawab teka tekinya, merekalah yang harus memberi hadiah kepada Simson. Sayang, Simson yang tengah dimabuk asmara tidak menyadari kelicikan teman-temannya tersebut. Mereka menggunakan istri yang baru dinikahi Simson untuk mendapat bocoran jawabannya. Akhirnya, jawaban teka-teki Simson terbongkar setelah istrinya merayu dengan menangis berhari-hari di pelukan Simson. Simson jatuh di hadapan godaan wanita.

Saat tahu dirinya telah dikhianati, Simson membunuh 30 orang di Askelon dan merampas pakaian mereka lalu memberikan pakaian-pakaian itu kepada 30 orang teman yang telah menjawab teka tekinya. Simson tetap menepati janjinya, yaitu memberi hadiah kepada orang yang dapat menjawab teka tekinya. Namun, hadiah itu diusahakannya dengan amarah yang menggebu, hingga menewaskan 30 orang di Askelon. Setelah itu pun kemarahannya masih juga menyala-nyala. Apalagi, saat Simson pulang ke rumah ayahnya, dia menemukan bahwa istrinya telah diberikan oleh mertuanya kepada kawannya. Murka Simson makin menjadi-jadi. Dia berkata, “Sekali ini aku tidak bersalah terhadap orang Filistin, apabila aku mendatangkan celaka kepada mereka,” (Hak. 15:3). Simson pergi membakar tumpukan gandum dan kebun-kebun zaitun milik orang-orang Filistin. Kali ini, orang-orang Filistin pun marah. Akibat peristiwa itu, istri Simson dan keluarganya dibunuh oleh orang-orang Filistin, yang kemudian makin mengobarkan sakit hati dan dendam Simson kepada orang-orang Filistin. Dalam kobaran murkanya itu, Simson membunuh 1000 orang Filistin dengan menggunakan tulang rahang keledai saja sebagai senjata. Sekali lagi, kita melihat kekuatan yang luar biasa, sekaligus kekacauan besar akibat mengikuti hawa nafsu. Orang Filistin menderita kehilangan dan kerugian besar oleh kekuatan Simson yang di luar kewajaran itu, sehingga mereka ingin sekali menaklukkan Simson.

Selanjutnya, dosa yang sama kembali diulang oleh Simson. Dia lagi-lagi jatuh cinta kepada seorang perempuan penyembah berhala. Namanya Delila, juga perempuan Filistin. Raja-raja orang Filistin memanfaatkan kebodohan Simson saat dimabuk asmara untuk menangkapnya. Dengan bujuk rayu Delila, akhirnya Simson pun jatuh hingga menceritakan rahasia kelemahannya kepada Delila: bahwa dia adalah seorang nazir Allah yang tidak boleh dicukur rambutnya. Itulah yang dilakukan orang-orang Filistin. Mereka melucuti kekuatan Simson dengan cara mencukur rambutnya lalu menangkap dia. Kali ini, setelah berulang kali Simson memilih menuruti hawa nafsunya sendiri dan mengabaikan standar Allah, Allah pun meninggalkan Simson. Simson telanjur membuka celah terhadap godaan iblis melalui hawa nafsunya. Dia terjerumus ke dalam dosa dan akhirnya ditinggalkan oleh Allah.

 

Sementara itu, orang-orang Filistin setelah menangkap Simson mencungkil kedua matanya dan membawanya ke Gaza. Simson kini buta dan dibelenggu dengan dua rantai tembaga dan ditugasi pekerjaan yang berat di penjara sebagai penggiling gandum. Namun, mereka lupa bahwa rambut Simson mulai tumbuh kembali setelah beberapa lama.

 

Suatu saat, raja-raja kota orang Filistin berkumpul untuk mengadakan perayaan korban sembelihan kepada Dagon, allah mereka. Dalam suasana sukaria, mereka memanggil Simson dari penjara untuk melawak di hadapan mereka. Simson, yang kini telah menjalani hukuman dalam kondisi lemah secara jasmani, telah berkembang dalam sikap bertobat di hatinya serta pembaharuan imannya kepada Allah. Dia tahu bahwa tugasnya sebagai nazir Allah adalah melakukan kehendak Allah, untuk tujuan penyelamatan Israel dari cengkeraman Filistin. Saat diikat dan disuruh melawak, Simson berseru dan memohon kepada Allah agar dia diberi kekuatan untuk menumpas orang-orang Filistin.

 

Tuhan mengabulkan doa iman Simson. Simson mendapat kekuatannya kembali! Imannya kepada Allah terwujud secara nyata dalam keperkasaan yang luar biasa. Dia mampu merobohkan kedua tiang penyangga bangunan tempat pertemuan raja-raja kota itu. Kitab Hakim-Hakim mencatat peristiwanya, “Lalu membungkuklah dia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.” Simson pun mati bersama dengan kehancuran yang dilakukannya, tetapi kematiannya itu sungguh menjadi penggenapan proyek penyelamatan Allah atas Israel.

 

Keinginan daging dan godaan hawa nafsu memang sering membuat orang melenceng dari iman. Pada tahap yang lebih jauh, semuanya ini bahkan dapat mengagalkan panggilan Tuhan atas hidup kita. Simson adalah contohnya. Sekalipun awalnya Tuhan telah memberkati dan memberinya kuasa, Simson lebih mengikuti keinginan daging dan hawa nafsunya daripada kehendak Allah dan arahan Firman Tuhan melalui teguran orang tuanya. Syukurlah, pada akhirnya Simson bertobat dan memilih untuk bangkit dalam imannya. Pertobatan Simson dan imannya kepada Allah membuat namanya tercatat dalam daftar tokoh iman dalam kitab Ibrani. Dalam kelemahan jasmaninya, justru imannya tumbuh erkasa dan memberinya kekuatan baru hingga tujuan Tuhan bagi hidupnya tergenapi.

2022-11-25T09:44:55+07:00