Kitab Ibrani adalah salah satu kitab di dalam Perjanjian Baru yang paling sulit dimengerti, terutama jika kita tidak mengerti latar belakang agama dan budaya orang Yahudi dalam Perjanjian Lama. Membaca Kitab Ibrani tanpa mengerti konteks Yahudi akan membingungkan, khususnya tentang kepastian keselamatan kita dalam Kristus. Karena itu sebelum kita merenungkan Kitab Ibrani, baiklah kita mengerti lebih dalam konteks tersebut.
Tema Kitab Ibrani adalah tentang superioritas Kristus, yaitu keutamaan Kristus atas segala sesuatu dan atas setiap orang. Penulis kitab ini tidak jelas tertulis, dan ada beberapa pendapat tentang kemungkinannya: Paulus, Apolos, Petrus, atau seorang rasul berlatar belakang Yahudi yang mengenal Timotius (Ibr.13:23). Namun yang jelas, bahwa kitab ini ditulis oleh tuntunan Roh Kudus.
TIGA JENIS ORANG YAHUDI YANG MENJADI TUJUAN PENULISAN SURAT
Yang pertama-tama perlu kita mengerti adalah latar belakang orang-orang yang merupakan tujuan penulisan surat ini. Surat ini ditulis untuk sekelompok kecil komunitas orang Yahudi, yang kemungkinan bermukim di sekitar daerah Yunani. Dalam surat ini tidak disinggung tentang konflik Kristen dengan latar belakang Yahudi dan non-Yahudi. Artinya, sangat mungkin surat ini ditujukan kepada komunitas Yahudi sebelum bangsa non-Yahudi masuk dalam iman, bukan ditujukan kepada jemaat yang terdiri dari campuran latar belakang Yahudi dan non-Yahudi. Karena masih ada penyebutan tentang ritual dan ruang-ruang bait Allah, jelas surat ini tertulis sebelum bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus pada tahun 70 M.
Dari isi surat ini, kita dapat melihat lebih jelas bahwa ada tiga jenis orang Yahudi yang menjadi tujuan surat ini:
1. Orang Yahudi yang telah percaya tetapi dianiaya berat oleh sesama orang Yahudi dan oleh orang non-Yahudi (Ibr. 11:35-40; 13:13-14)
Penulis berusaha menguatkan iman orang-orang Yahudi yang dianiaya agar tetap setia kepada Kristus Sang Mesias. Tujuan nasihat yang diberikan bukanlah karena mereka berada dalam bahaya terancam kehilangan keselamatan atau hidup kekal, tetapi mereka berada dalam bahaya kembali lagi kepada ajaran agama Yahudi yang legalistik. Mereka berada dalam bahaya mencampur-adukkan pola ibadah perjanjian lama dengan pola perjanjian baru di dalam Kristus. Mereka masih berusaha mengandalkan ritual-ritual ibadah pola perjanjian lama. Karena itulah penulis harus menjelaskan tentang superioritas Kristus atas segala sesuatu dan setiap orang. Penulis harus menjelaskan bahwa di dalam perjanjian baru ada perjanjian, imamat, bait Allah, serta korban yang baru dan yang lebih baik.
2. Orang Yahudi yang secara intelektual “mengenal” Kristus tetapi belum memiliki iman sejati (Ibr. 4:1-2; 6:4-8; 10:29-39)
Jika surat ini ditulis hanya untuk orang-orang non-Yahudi tentu isinya akan sangat berbeda. Namun, karena orang Yahudi telah lama dijanjikan akan dan menanti-nantikan datangnya Sang Mesias, tentu jika menolak Sang Mesias mereka berbuat dosa penolakan yang sangat serius. Walaupun sudah mengetahui secara intelektual akan datangnya Sang Mesias, mereka menolak menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka, sehingga mereka berada dalam bahaya “sengaja berbuat dosa”, “menginjak-injak Anak Allah”, “menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya”, dan “menghina Roh kasih karunia” (Ibr. 10:26;29). Penulis menjelaskan bahwa mereka hanya “pernah diterangi, dan mengecap karunia surgawi”, tetapi belum sungguh-sungguh percaya (Ibr. 6:4-6). Namun kepada kelompok yang pertama yang percaya, penulis berkata, “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup,” (Ibr. 10:38).
3. Orang orang Yahudi yang tidak percaya kepada Mesias (Ibr. 9:23-28)
Kepada kelompok ketiga ini, penulis memberitakan bahwa hanya melalui korban yang dipersembahkan oleh imam besarlah (Kristus) mereka dapat memperoleh keselamatan. “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia,” (Ibr. 9:27-28).
Dengan memahami ketiga kelompok orang Yahudi yang menjadi tujuan penulisan surat, kita tidak bingung lagi dalam membaca kitab ini, khususnya tentang isu murtad (Ibr. 6:6-8; 10:26-39). Kita harus mengerti kebenaran yang diungkapkan oleh penulis dan kepada kelompok mana penjelasan itu
dimaksudkan. Sebagai orang beriman, kita harus belajar mengevaluasi diri: apakah kita seperti orang Yahudi yang kembali kepada ajaran-ajaran yang legalistik? Kita juga harus selalu belajar mengevaluasi diri apakah kita termasuk kelompok kedua atau ketiga? Demikianlah surat Ibrani ini sangatlah penting dan bermanfaat bagi kita.
PENERAPAN DAN NASIHAT UNTUK KETIGA KELOMPOK
Di dalam surat Ibrani ada jaminan dan kepastian keselamatan bagi orang percaya sejati, asalkan mereka tetap percaya sampai akhir (Ibr. 3:14; 6:9-12; 10:38-39). Selanjutnya bagi kelompok orang Yahudi yang hanya percaya secara intelektual, sedangkan mereka diukur dari waktu seharusnya sudah pantas menjadi guru tetapi ternyata masih perlu diajarkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus, mereka dinasihati untuk beralih kepada perkembangannya yang penuh agar memperoleh iman sejati, bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu. Jika tidak, mereka berada dalam bahaya “murtad” atau “sengaja berbuat dosa” (dosa menolak Mesias), yang berujung kebinasaan (Ibr. 6:4-8; 10:26-35). Di samping itu, kelompok kedua dinasihati agar jangan meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah, supaya mereka terhindar dari dosa murtad (Ibr. 10:19-25).
Sedangkan bagi orang Yahudi yang belum percaya, mereka harus melihat bahwa Yesus yang mati di kayu salib untuk menebus dosa mereka dengan darah-Nya adalah penggenapan dari semua ritual yang hanya merupakan lambang dari kenyataan yang ada di surga. Kristus adalah penggenapan imam besar yang masuk ke dalam tempat mahakudus di surga dan melakukan grafirat bagi dosa-dosa mereka. Jika mereka percaya, mereka akan diselamatkan (Ibr. 9:1-28).
GARIS BESAR ISI SURAT IBRANI
Dengan memahami latar belakang ketiga kelompok yang menjadi tujuan penulisan surat, mari kita telusuri bagian-bagian dalam isi kitab Ibrani. Kita juga akan bersaat teduh dengan kitab Ibrani di sepanjang bulan ini, merenungkan butir-butir Firman Tuhan untuk kita terapkan secara praktis dalam kehidupan kita sendiri, agar kita mengalami manfaat dan berkat yang terkandung di dalamnya.
• Prolog: Keutamaan penyataan yang baru tentang Allah (Ibr. 1:1–4)
• Keutamaan Kristus di atas tokoh-tokoh besar yang hidup dalam Perjanjian Lama (Ibr. 1:5—7:28)
◦ Kristus lebih utama daripada malaikat (Ibr. 1:5—2:18)
1. Bukti keutamaan Kristus menurut kitab suci (Ibr. 1:5–14)
2. Peringatan agar kita tidak mengabaikan penyataan Allah melalui Anak-Nya (Ibr. 2:1–4)
3. Yesus untuk sementara dibuat lebih rendah daripada malaikat (Ibr. 2:5–9)
4. Karena telah dijadikan sama seperti kita, Yesus dimampukan untuk menyelamatkan kita (Ibr. 2:10–18)◦ Kristus lebih utama daripada Musa (Ibr. 3:1—4:13)
1. Keutamaan Kristus ditunjukkan (Ibr. 3:1–6)
2. Peringatan untuk masuk ke dalam tempat perhentian dan keselamatan (Ibr. 3:7—4:13)◦ Kristus lebih utama daripada imam-imam keturunan Harun (Ibr. 4:14—7:28)
1. Yesus adalah Sang Imam Besar Agung (Ibr. 4:14–16)
2. Kualifikasi imam (Ibr. 5:1–10)
3. Peringatan untuk tekun bertumbuh menjadi dewasa Ibr. (Ibr. 5:11—6:12)
4. Kepastian janji Allah (Ibr. 6:13–20)
5. Imamat Kristus yang lebih utama (Ibr. pasal 7)
• Keutamaan korban persembahan Imam Besar kita (Ibr. 8:1—10:18)
◦ Tempat kudus yang baru dan perjanjian yang baru (Ibr. pasal 8)
◦ Tempat kudus yang lama (Ibr. 9:1–10)
◦ Korban persembahan yang lebih baik (Ibr. 9:11—10:18)
• Panggilan untuk setia dan tekun mengikut Yesus (Ibr. 10:19—12:29)
◦ Keberanian iman untuk memasuki tempat kudus (Ibr. 10:19–25)
◦ Peringatan terhadap dosa yang disengaja (Ibr. 10:26–31)
◦Tekun di dalam iman di tengah-tengah kesengsaraan (Ibr. 10:32—12:3)
1. Masa lampau dan masa yang akan datang (Ibr. 10:32–39)
2. Iman dan teladan-teladan iman (Ibr. pasal 11)
3. Yesus sebagai teladan yang utama (Ibr. 12:1–3)
◦ Dorongan untuk bertekun dalam menghadapi penderitaan (Ibr. 12:4–13)
◦ Peringatan untuk hidup kudus (Ibr. 12:14–17)
◦ Mahkota yang tersedia dan peringatan serius (Ibr. 12:18–29)
• Kesimpulan (Ibr. pasal 13)
◦ Aturan hidup sebagai orang Kristen (Ibr. 13:1–17)
◦ Permintaan dukungan doa (Ibr. 13:18–19)
◦ Ucapan berkat (Ibr. 13:20–21)
◦ Perkataan pribadi (Ibr. 13:22–23)
◦ Salam dan berkat penutup (Ibr. 13:24–25)