///Tergantung pada Cara Pandang

Tergantung pada Cara Pandang

Suatu saat, saya bersama beberapa teman diajak seorang teman untuk menikmati beberapa lukisan hasil karyanya sendiri. Pada kesempatan itu, sang teman menanyakan cara kami memandang beberapa lukisan, terutama tentang apa yang kami masing-masing lihat dan apa daya tarik lukisan bagi kami masing-masing.

Saya memandang lukisan demi lukisan yang terpajang. Semuanya menarik dan bagus di pandangan mata saya, tetapi memang saya agak kesulitan untuk benar-benar menikmati indahnya lukisan itu atau untuk menemukan unsur apa tepatnya dari lukisan itu yang menjadi daya tarik utama. Namun, salah seorang teman yang diundang rupanya juga punya kesukaan menikmati dan ia bahkan mengoleksi lukisan. Setiap hasil karya lukisan yang ditunjukkan dengan mudah ia komentari dan apresiasi secara khusus.

Apa yang berbeda; mengapa kami memandang lukisan demi lukisan yang sama, tetapi saya tak berhasil menikmati keindahannya seperti teman itu?

Sebenarnya memang lukisan yang diamati sama, tetapi cara pandang kami masing-masinglah yang berbeda. Kemampuan saya memandang sebuah lukisan relatif terbatas dibandingkan dengan kemampuan teman saya yang melukis atau dengan teman lain yang mengoleksi lukisan itu.

Melihat dan mengapresiasi sebuah lukisan memerlukan pengalaman dalam cara memandang dan pemahaman akan nilai seni yang terkandung di dalam lukisan itu. Cara pandang yang benar inilah yang tidak saya miliki. Alhasil, penilaian saya akan lukisan itu hanya bersifat “permukaan” dan tidak menunjukkan nilai lukisan itu. Untuk memiliki cara pandang yang benar, saya butuh waktu dan proses belajar tentang nilai seni dalam sebuah lukisan.

Pengalaman ini membuat saya teringat akan kehidupan keseharian kita di dunia. Sebagai orang Kristen, kita juga menghadapi situasi yang sama dengan yang dihadapi mereka yang bukan orang Kristen. Yang seharusnya berbeda ialah cara pandang kita dengan cara pandang mereka. Iman yang kita miliki dalam Kristus sudah seharusnya membuat kita memandang setiap situasi dalam kehidupan secara berbeda; sudah seharusnyalah kita mengerti dan melihat nilai isi hati dan rencana Tuhan yang sesungguhnya dalam setiap situasi atau pengalaman yang Tuhan izinkan terjadi. Dengan cara pandang dan pengertian inilah kita bisa hidup dalam rasa tenteram dan damai sejahtera, karena kita tahu isi hati-Nya dan rencana-Nya baik semata-mata, bahkan sempurna.

Sama seperti urusan lukisan dan seni, jika saat ini kita masih sering gagal melihat isi hati Tuhan dan rencana Tuhan dalam berbagai situasi, apalagi memang situasi dunia di akhir zaman ini semakin kacau, ini berarti kita perlu belajar dan berlatih. Caranya? Kita harus menerima dan melakukan kebenaran yang kita terima sebagai iman yang teguh. Belajarlah dalam kehidupan yang kita lewati, amati bagaimana Tuhan dengan ajaib telah menyertai dan menyatakan kebaikan-Nya bagi kita, perhatikan betapa semua yang Ia rencanakan dan kerjakan itu baik semata-mata, bahkan sempurna. Bersyukurlah atas semuanya itu, bahkan bersyukurlah di tengah-tengah situasi dunia yang mungkin belum kita pahami karena tahu bahwa ujungnya nanti rencana Tuhan akan terbukti sempurna; inilah yang akan membuat iman kita makin kuat dan dewasa.

Segala sesuatu di dunia saat ini memang sedang tidak pasti, perubahan dalam berbagai hal makin pesat dan gencar, dan banyak hal buruk yang tidak diduga oleh para pakar justru terjadi akhir-akhir ini. Stres, putus asa, frustrasi, dan depresi seolah telah menjadi amat biasa bagi orang-orang yang hidup di masa sekarang. Namun sebagai orang percaya yang hidup oleh iman, kita akan kuat dan tetap bersyukur karena percaya dan tahu ada kasih dan penyertaan Tuhan yang nyata dalam setiap situasi. Semuanya tergantung pada cara pandang kita. Situasi yang tidak pasti dan kacau justru menjadi kesempatan bagi kita untuk menyatakan iman dan menguatkan banyak orang lain. Kita harus menjadi saksi iman dalam hal cara pandang terhadap setiap situasi.

Mari mulai memandang segala sesuatu dengan cara yang berbeda; jangan ikut larut dalam cara pandang dunia. Ketika dunia memandang situasi makin memburuk dan kebaikan seolah makin menghilang, inilah kesempatan bagi kita orang beriman untuk hadir dan menjadi berkat. Mari kita tetapkan hati untuk beriman dan menyatakan iman itu di hadapan dunia, dengan memandang bahwa kesempurnaan rencana Tuhan bagi kita yang dikasihi-Nya.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” – Ibrani 11:1

2020-03-27T12:47:16+07:00