///Tetapi aku cinta dia, Tuhan…

Tetapi aku cinta dia, Tuhan…

Perasaan cinta bisa timbul kapan saja, di mana saja, dan pada siapa saja. Namun, mencintai bukan sekadar perasaan belaka, tetapi keputusan untuk menerima pasangan dalam kondisi baik dan buruk, yang sangat memerlukan pimpinan Tuhan dalam prosesnya.

Ketika kamu mulai merasakan getar-getar cinta di hati terhadap seorang lawan jenis dan sepertinya orang tersebut merasakan hal yang sama, atau bahkan dia sudah mengungkapkan perasaannya kepadamu dan ingin membangun hubungan serius denganmu, inilah waktu yang sangat kritis. Kalau pria atau wanita tersebut tidak seiman dengan kamu atau tidak sepadan dengan kamu, atau kalau masih banyak hal pada dirinya yang perlu diproses oleh Tuhan lebih lanjut dan kamu sebenarnya menyadari hal itu, kamu perlu kembali kepada Tuhan sebelum mengambil keputusan apa pun. Sering kali, pada akhirnya orang mulai berkompromi dengan memberikan alasan-alasan kepada Tuhan yang kesimpulannya hanya satu: “Tetapi aku cinta dia, Tuhan…” Nah, bagaimana sebenarnya kamu seharusnya menyikapi perasaan seperti ini? Berikut beberapa hal yang perlu kamu pahami sebelum mengambil keputusan untuk membangun hubungan serius dengan seseorang..

1. Perasaan cinta bukanlah segalanya.

Timbulnya perasaan cinta merupakan suatu hal yang wajar, tetapi tidak bisa dijadikan alasan utama atau segalanya dalam membangun hubungan antara pria dan wanita. Perasaan cinta bisa berkurang kadarnya, bahkan hilang. Pada akhirnya, yang tinggal hanyalah komitmen.

Mazmur 127:1 berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Ibarat membangun rumah, jika kita tidak meletakkan fondasi yang kuat, rumah tersebut akan mudah roboh ketika badai menerpa. Demikian juga, hubungan yang tidak didasari oleh Tuhan akan sia-sia. Perasaan cinta tidak cukup kuat sebagai fondasinya. Tuhanlah yang harus menjadi dasar dalam membangun suatu hubungan. Maka, diperlukan hati yang murni terlebih dahulu supaya kamu bisa berdoa dan kamu dapat meminta dukungan doa kepada pembina rohanimu sebelum mengambil keputusan.

2. Ketaatan melakukan apa yang Tuhan kehendaki adalah kuncinya.

Ketika kamu sudah mendapatkan jawaban dari Tuhan secara pribadi serta peneguhan dari otoritasmu (orang tua, pembina rohani, pemimpin rohani/pendeta) bahwa dia memang bukan yang terbaik buat kamu, taatlah kepada arahan ini. Tetaplah taat untuk tidak membangun hubungan dengan dia sekalipun kamu begitu mencintainya atau meskipun kalian saling mencintai. Memang hal ini tidak mudah, tetapi jangan berpikir bahwa jika kamu menjadi pasangan dengannya, kamu bisa membuatnya berubah lebih baik atau menjadikannya seiman atau sepadan dengan kamu. Percintaan berbeda dengan penginjilan. Jangan jadikan dirimu Tuhan untuk dia, tetapi biarkan dia diproses Tuhan dengan cara Tuhan sendiri. Ingat, Tuhan berdaulat penuh atas hidupmu dan dia.

Dalam 2 Korintus 6:14, prinsip ini dinyatakan dengan tegas, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?Percayalah bahwa Tuhan sudah sediakan yang jauh lebih baik dari orang tersebut buat kamu. Ada buah yang manis dari ketaatanmu kepada Tuhan.” Taatlah kepada kehendak Tuhan, meskipun kamu belum atau tidak mengerti apa akibatnya nanti, apa salahnya mencoba, atau hal-hal lain, seperti yang tertulis dalam Amsal 3:5, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

3. Berpasangan atau tidak tidak mengubah statusmu dan keberhargaanmu sebagai anak Tuhan.

Jangan takut mengambil keputusan untuk tidak menjalin hubungan dengan orang yang tidak tepat. Jangan merasa nanti kamu akan sendiri dan kesepian karena belum tahu kapan kamu akan Tuhan pertemukan dengan pasangan yang tepat. Ingatlah bahwa kamu punya pasangan atau tidak punya pasangan, ini tidaklah mengubah statusmu atau keberhargaanmu sebagai anak Tuhan. Tuhan selalu ada bagimu dan Tuhanlah satu-satunya Pribadi yang membuatmu utuh. Jika memang Tuhan menghendaki kamu untuk menikah, pasti Ia akan mempertemukan dan mempersatukan kamu dengan orang yang tepat sesuai dengan cara dan waktu-Nya. Tetaplah pegang janji Firman Tuhan bagi dirimu dan biarkan Tuhan bekerja sekehendak-Nya di dalam hidupmu (Mazmur 119:11 – “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”).

Beberapa prinsip ini sangat penting untuk kita pahami, khususnya bagi kita yang sedang jatuh cinta dan sedang bergumul untuk mengambil keputusan dalam hal membangun hubungan atau yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan orang yang tidak tepat. Jangan terus memaksakan diri untuk melanjutkan hubungan yang jelas-jelas salah, tetapi ambillah keputusan yang tepat sesuai dengan kehendak Tuhan yang dinyatakan-Nya kepadamu melalui berbagai hal/cara.

Kesimpulannya, jangan sia-siakan waktu hanya untuk menjalin hubungan dengan orang yang tidak tepat atau jangan pernah tukarkan kehendak Tuhan hanya karena kamu menjalin hubungan dengan orang yang tidak Tuhan kehendaki. Ingatlah, cinta Tuhan jauh lebih besar daripada cinta di antara kamu dan dia. Biarlah kehendak Tuhan terjadi di hidupmu dan berfokuslah untuk melakukan apa yang Tuhan inginkan bagi hidupmu.

 

2019-10-17T11:10:10+07:00