/The Essence of Church Life
The Essence of Church Life2020-01-21T15:29:59+07:00

MASA DEPAN ABBALOVE 2010

Sejak awal Abad ke-21, Gereja Tuhan di seluruh dunia berusaha menemukan relevensi di dalam dunia yang berubah dengan cepat. Tekanan-tekanan global seperti terorisme, pemanasan global, bencana alam dan perubahan peta politik dunia menuntut agar Tubuh Kristus sanggup melayani menurut visi, kasih dan kuasa Tuhan dan mampu menawarkan jawaban-jawaban yang benar-benar mengekspresikan Hati Bapa.

Jikalau Abbalove akan berjalan ke arah yang benar di masa depan, maka kita harus menjaga agar kita tidak menjadi kantong kulit yang tua dan keras, yang tidak sanggup untuk menerima air anggur yang baru (Mk.2:22). Sebaliknya, Abbalove harus terus-menerus membaharui kantong kulit agar selalu baru dan fleksibel, serta sanggup menerima air anggur baru. Untuk mengungkapkan hal ini, kita akan belajar lewat seri empat topik yang akan dimuat di setiap edisi AbbaNews agar kita membaca, merenungkan, melakukan dan membagikannya, yaitu:
1.Belajar dari Gereja Mula-Mula
2.Jemaat sebagai Imamat Rajani
3.Multiplikasi Para Penatua di Area-area
4.Pelayanan 5 Jawatan sebagai Apostolik Team Ministry

Belajar dari Gereja Mula-Mula
Dalam Gereja mula-mula, mereka selalu siap menghadapi perkembangan baru. Para rasul tidak dilatih untuk menjadi pemimpin Mega-church, melainkan menjadi perintis dan peletak dasar suatu kegerakan yang akan di bawa ke seluruh dunia. Oleh karena itu, mereka harus belajar menghadapi perubahan dan bersiap menyesuaikan diri dengan keadaan sesaat.
Perubahan pertama terjadi setelah Yesus disalibkan dan Yudas Iskariot membunuh diri, maka harus terjadi penggantian posisinya sebagai pemimpin agar jumlah mereka lengkap (Kis.1:14-26). Setelah berdoa dan dipimpin oleh Firman Tuhan, maka para rasul mengangkat Matias sebagai rasul ke-12 untuk menggantikan Yudas Iskariot.
Kedua, pada hari Pentakosta dan Roh Kudus dicurahkan, ada 3.000 jiwa yang bertobat dan dibaptis, maka mentoring dan persekutuan harus dilaksanakan dari rumah ke rumah agar komsel-komsel atau Gereja Rumah mulai dibuka di berbagai tempat di Yerusalem (Kis.2:36-47; 5:28,42).
Ketiga, tekanan karena pertumbuhan jumlah orang percaya yang begitu cepat justru telah mengakibatkan janda-janda berbahasa Yunani dilalaikan. Para rasul menanggapi masalah itu dengan mengangkat tujuh pemimpin untuk menangani urusan itu. Hasilnya, pertumbuhan lebih cepat lagi terjadi. Perhatikan Kis.6:1-7, “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah (ay.1) … (- PARA RASUL MENGATASI MASALAH LALU -) … Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”
Keempat, terjadi aniaya terhadap jemaat Yerusalem. Sekitar 2.000 orang Kristen dibunuh setelah Stefanus dirajam dengan batu, lalu seluruh jemaat mengungsi ke Yudea, Samaria, Galilea, Damsyik, Fenisia, Siprus dan Antiokhia sambil memberitakan Injil, banyak jiwa-jiwa bertobat dan menjadi percaya. Oleh karena itu, penatua-penatua ditetapkan di tiap-tiap kota supaya menangani pelayanan jiwa-jiwa di kota-kota itu (Kis.8:1-4; 9:27-31; 11:29-30; 14:23).
Kelima, dengan Gereja, Tubuh Kristus tersebar di berbagai kota dan bangsa, maka ada keperluan untuk pelayanan 5 Jawatan (Ef.4:11-13) sebagai equipper yang dapat melengkapi dan membangun persatuan Tubuh Kristus. Hasilnya adalah muncul pemberita Injil (Filipus, Timotius – Kis.8:12; 21:8; 2Tim.4:5), nabi-nabi (Agabus, Silas Yudas, Barnabas – Kis.11:27-28; 13:1; 15:32) pengajar-pengajar (Saulus, Menahem – Kis.13:1), agar bukan hanya jemaat-jemaat lokal dilayani dan dipersatukan, tetapi seluruh Tubuh Kristus dilayani dan bersatu. Selain itu, multiplikasi para rasul terjadi (Ef.4:8-11), sehingga selain 12 rasul pertama, tertambah sekitar 11 rasul lain lagi dalam Perjanjian Baru. Rasul-rasul awal adalah para rasul untuk melayani bangsa Israel secara khusus (Mat.19:28; Why.21:14), sedangkan rasul-rasul baru, seperti Paulus, adalah bagian 5 Jawatan yang melayani Tubuh Kristus di semua bangsa (Gal.2:7).
Keenam, karena banyak orang non-Yahudi bertobat dan menerima Yesus, maka kelompok Yahudi berkata, orang Kristen non-Yahudi tidak selamat karena tidak disunat dan tidak ikut hukum Taurat. Oleh karena itu, ada Konsili Yerusalem (Kis.15) untuk mengatasi tekanan baru itu. Dengan mengatasi masalah itu, maka terjadi percepatan pemberitaan Injil di seluruh dunia. Injil di bawa ke lima Propinsi Turki (Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia – 1Pet.1:1), Roma, Malta, Yunani (Korintus, Atena, Filipi dll – Kis.16-28) dan berbagai bangsa lainnya.
Hanya dengan Gereja, Tubuh Kristus bergerak maju dengan zamannya, mengatasi masalah dan tekanan yang dihadapi dengan hikmat Tuhan agar berhasil. Oleh karena mereka selalu bersedia berubah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, pimpinan Roh Kudus dan hati Bapa, maka mereka sanggup membawa Injil ke mana-mana. Mereka tidak mau menjadi kantong kulit yang tua, maka mereka mampu mengubah sejarah dan menjungkir-balikkan keadaan dunia, sehingga nama Yesus dikenal di keempat penjuru dunia.
Sejarah Tubuh Kristus masih berjalan dan Abbalove harus bersedia berkembang sesuai keperluan zaman. Kita harus membangun menurut gambar atau blueprint yang diberikan Tuhan kepada kita, agar kita melihat kemuliaan Kerajaan Allah dinyatakan di seluruh Indonesia, bahkan sampai “kemuliaan Tuhan menutupi bumi seperti air menutupi lautan,” (Habak.2:14).

Dr. Jeff Hammond

JEMAAT sebagai IMAMAT RAJANI

Dalam artikel yang lalu tentang “Belajar dari Gereja Mula-mula” kita telah melihat fleksibilitas para pemimpin untuk berkembang sesuai dengan pimpinan dan hikmat yang diberikan oleh Roh Kudus. Setiap pertumbuhan membawa tekanan baru. Setiap tekanan baru membawa tantangan dan pilihan. Apakah kita mau berubah sesuai dengan pergerakan Allah dan tetap menjadi kantong kulit baru, yang sanggup diisi dengan air anggur baru? Atau … apakah kita mau mempertahankan apa yang sudah ada dan membangun perlindungan, agar supaya yang lalu tidak akan hilang walau akibatnya kita kehilangan fleksibilitas dan menjadi kantong kulit yang keras? Ingatlah bahwa kantong kulit yang keras tidak mampu menerima air anggur yang baru. Apa pilihan kita?

Sayang sekali, bukti sejarah menunjukkan kecenderungan manusia adalah menjadi kantong kulit yang keras. Ini dikarenakan manusia pada umumnya takut terhadap hal-hal yang baru dan merasa lebih aman dengan yang lama. Kecenderungan itu telah melanda Gereja mula-mula sehingga Rasul Paulus berkata kepada jemaat-jemaat Galatia:
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Gal.3:1-3.

Dua jenis pelayanan
Masalah yang dihadapi Paulus adalah apakah jemaat akan ikut pola lama, yaitu Hukum Taurat yang berdasarkan kuasa daging atau apakah jemaat akan berjalan menurut pola baru, yaitu kasih karunia yang berdasarkan kuasa Roh Kudus? Ternyata jemaat-jemaat Galatia, setelah mulai dengan kuasa Roh sudah kembali kepada pola lama yang berdasarkan kuasa daging manusia.

Imamat dalam Hukum Taurat adalah SUKU IMAM, yaitu suku Lewi. Semua orang lain adalah awam. Hanya satu suku yang melayani dan orang lain menonton saja. Padahal, imamat dalam Perjanjian Baru adalah KERAJAAN IMAM atau IMAMAT RAJANI di mana setiap orang melayani menurut kasih karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada tiap-tiap orang.

Baca Roma 8:1-8 yang mengungkapkan bahwa Hukum Taurat “tak berdaya oleh daging” dan gaya pelayanan itu adalah “perseuruan terhadap Allah” dan “tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Pola pelayanan lama itu sudah batal. Kita bukan di bawah Hukum Taurat yang tidak mampu membawa pengampunan, kemenangan atau kesempurnaan, Ibr.10:1-14, tetapi sekarang kita di dalam Tubuh Kristus yang adalah IMAMAT RAJANI.

Imamat Rajani
Konsep Alkitab tentang Tubuh Kristus adalah bahwa kita bukan orang awam (bodoh) yang dilayani suku imam atau suku pendeta tetapi setiap orang percaya adalah imam dan raja yang melayani. Seorang imam adalah orang yang memiliki akses langsung kepada Tuhan, seorang saksi Yesus yang mengantar orang agar mereka mengenal Yesus, seorang penyembah. Seorang raja adalah seorang yang memiliki kuasa dan otoritas atas dosa, penyakit dan kuasa kegelapan. Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani! Perhatikan pernyataan Rasul Petrus:
“Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” 1Petrus 2:9

Siapa harus berfungsi?
Tidak ada panggilan atau karunia sebagai penonton atau pemanas kursi. Kita semua diberikan fungsi khusus sebagai anggota-anggota Tubuh Kristus. Jemaat hanya sehat dan bertumbuh dalam kemenangan kalau semua melayanai – termasuk Anda!
1Kor. 12:7, “kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
1Kor. 12:11, “semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
1Kor. 14:26, “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu.
Efesus 4:16, “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.
Perhatikan pula ayat-ayat ini tentang peranan kita sebagai imamat rajani – Matius 5:9; Roma 12: 1-11; 2Kor.5:17-20; Fil.4:18; Ibr.13:15-16; 1Pet.2:5; Wahyu 1:6; 5:10; 20:6.
Siapa harus berfungsi? Tiap-tiap orang! Jadi, siapa tidak berfungsi? Yang bukan orang!

Prinsip Kasih
Imamat Rajani adalah prinsip kasih yang berfungsi. Setiap kita memiliki sesuatu khusus yang diperlukan untuk orang lain. Yang Tuhan berikan ke kita bukan untuk kita pribadi tetapi untuk dibagikan kepada yang lain. Yang ada pada kita adalah kunci kemenangan bagi orang yang lain dan hanya dengan kita berfungsi orang lain itu akan mendapat kunci kemenangan.
Kalau kita tidak mau melayani atau berfungsi, hal itu menandakan kasih Kristus belum benar-benar berakar dalam kita dan kita masih terliput oleh kesombongan, ketakutan dan keterikatan. Kasih yang sejati akan mengalahkan segala ketakutan (1Yoh.4:18) dan urapan Roh Kudus akan memberi keberanian (Kis.4:31; 2Tim.1:7).

Kami tidak mau jemaat hidup dalam kekalahan atau jatuh bangun terus tetapi kami rindu agar jemaat bertumbuh menjadi seperti Kristus, penuh urapan Roh Kudus dan sanggup mengalahkan Satan, dosa dan penyakit. Hal ini hanya dicapai kalau kita tidak tergantung kepada “suku pelayan” yang melakukan semua pelayanan tetapi kita semua menjadi “imamat rajani” yang melayani menurut talenta, karunia atau jawatan khusus yang diberikan Tuhan kepada TIAP-TIAP ORANG – termasuk Anda! Perhatikan Matius 25:14-46 dan panggilan untuk kita semua menjadi setia dengan apa yang Tuhan berikan dan untuk melayani dengan prinsip kasih itu.

Kita semua harus siap melayani di tiap ibadah raya, di tiap komsel bahkan di setiap waktu di manapun kita berada supaya kita membawa orang keluar dari kegelapan ke dalam terangnya yang ajaib itu. Jangan Anda berkata ”Saya tidak mampu!” Itu adalah bohong dari neraka. Kristus ada di dalam Anda! Urapan Roh Kudus ada di dalam Anda! Kasih Bapa ada di dalam Anda! Di dalam Kristus kita sanggup melakukan segala sesuatu, Fil.4:13.

Marilah jemaat yang saya kasihi, jangan puas dengan menjadi penonton tetapi jadilah anggota Tubuh Kristus yang berguna, yang berbuah, yang berfungsi dan yang akan menghasilkan buah 30 kali ganda, 60 kali ganda dan 100 kali ganda! Jadilah Imamat Rajani!

Masa Depan Abbalove

Dalam dua artikel yang lalu, kita melihat tentang “Belajar dari Gereja Mula-mula” dan “Jemaat sebagai Imamat Rajani.” Sekarang kita membahas keperluan multiplikasi para penatua, supaya ada penatua-penatua di tiap area. Sebab, area-area tersebut menjadi jemaat-jemaat mandiri, namun tetap interdependen dalam satu kesatuan Abbalove sebagai bagian dari Tubuh Kristus. Apa sebabnya Abbalove menggunakan istilah “penatua”? Meski menjadi kebiasaan dari kebanyakan Gereja untuk menggunakan istilah “gembala” sebagai pemimpin jemaat, sebenarnya tak sesuai dengan Firman Tuhan. Kata Yesus, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku”(Mat.16:18). Gambaran yang diberikan di dalam Perjanjian Baru adalah pelayanan para pemimpin secara jamak di dalam kepemimpinan Jemaat yang disebut “Penatua”.

Seorang “Gembala” adalah salah satu dari 5 Jawatan dalam (Efesus 4:11), yaitu: Rasul, Nabi, Pengajar, Penginjil dan Gembala, yang melayani dan melengkapi seluruh Tubuh Kristus. Seorang “Penatua” adalah salah satu dari beberapa pemimpin yang menggembalakan dan memimpin jemaat lokal. Definisi “Penatua” dalam kamus Alkitab di belakang Alkitab adalah: “Dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat para rasul, penatua-penatua (kadang-kadang juga disebut: tua-tua jemaat) merupakan para pemimpin yang bertanggung jawab atas kehidupan jemaat. Tugas mereka ialah “menggembalakan kawanan domba Allah … sebagai teladan bagi kawanan domba itu”, dalam tanggung jawab kepada “Gembala Agung” (1Petrus 5:1-4)”.
Kamus Alkitab mengungkapkan bahwa para penatua memimpin dan menggembalakan jemaat lokal dalam tanggung jawab kepada Yesus sebagai Gembala Agung. Yesus adalah Kepala Gereja. Para penatua adalah para pemimpin yang dewasa rohani, yang tunduk kepada misi dan kehendak Yesus dalam pelaksanaan tugas penggembalaan, pendewasaan dan persatuan jemaat lokal. Pertumbuhan jemaat Abbalove sangat cepat, hingga kita memerlukan lebih dari enam penatua yang ada sekarang. Setiap area memerlukan para penatua agar jemaat bisa bertumbuh dengan sehat.

Siapakah seorang Penatua?
Dua kata Yunani yang dipakai adalah : (1). Presbuteros, diterjemahkan ‘penatua’ menjelaskan kedewasaannya. (2). Episkopos, diterjemahkan ‘penilik’ untuk menjelaskan tugasnya. Seorang penatua bukanlah orang yang baru bertobat, (1Timotius 3:6), tetapi orang yang karakter, panggilan dan kemampuannya sudah tahan uji dan sanggup menjadi teladan kepada jemaat dengan hati Bapa, hati gembala, hati misi dan hati persatuan Tubuh Kristus. Karena itu, penatua adalah orang yang dewasa rohani dan sanggup memimpin, membina, mengajar, mengispirasi dan mempersatukan jemaat agar memaksimalkan potensi setiap anggota.

Setiap jemaat Perjanjian Baru dipimpin oleh Para Penatua
Allah Tritunggal adalah Ketigaan dalam Keesaan dan menjadi contoh asli kepenatuaan majemuk. Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Kepenatuaan majemuk atas alam semesta. Pola kepemimpinan Allah dalam jemaat adalah cerminan kepemimpinan Allah dan gaya hidup Allah. Jadi, setiap jemaat memerlukan para penatua, seperti yang sudah dipraktekkan dalam Gereja Perjanjian Baru.
– Yudea – Kis.11:29-30, “mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. … kepada penatua-penatua.”
– Yerusalem – Kis.15:2, “rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem.”
– Efesus – Kis.20:17, “Karena itu [Paulus] menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus.”
– Seluruh Turki – 1Pet.1:1, “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia.”
– 1Pet.5:1, “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu.”
– Tiap Kota – Titus 1:5, “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu.”
– Tiap Jemaat – Kis.14:23, “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat.”
– Gambar Yesus – Why.4:4, “Sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.”

Apa persyaratan menjadi seorang “Penatua”?
Selain karakter dan kemampuan yang dijelaskan dalam 1Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-9, ada beberapa sifat yang harus ada dalam kehidupan seorang, sebelum disebut sebagai seorang penatua.
1.Seorang penatua harus memiliki hati Bapa dan hati gembala. Seorang penatua sangat mencintai domba-domba dalam jemaat lokal dan siap menyerahkan hidupnya. Yohanes 10:10-15
2.Seorang penatua harus memiliki hati persatuan Tubuh Kristus di kotanya. Seorang penatua ditetapkan untuk kotanya, Titus 1:5, sehingga dia ingin mengumpulkan domba-domba ke dalam satu kandang di bawah pimpinan satu gembala, yaitu, Yesus, Yohanes 10:16.
3.Seorang penatua harus memiliki hati Misi. Seorang penatua mempunyai hati Amanat Agung dan ingin membawa Injil kepada setiap suku, kaum, bangsa dan bahasa, Wahyu 5:8-9.
4.Seorang penatua harus memiliki kesanggupan yang ditetapkan oleh Roh Kudus. Seseorang menjadi penatua bukan karena populer, pintar bicara, kaya atau berpendidikan, tapi karena dewasa rohani, mengenal Bapa dan maksud abadi-Nya “yang ada dari mulanya” dan dilengkapi kesanggupan dan panggilan Roh Kudus, 1Yohanes 2:13-14; Kisah Para Rasul 20:28.
Inilah kualitas sifat, karakter dan pelayanan yang dicari untuk menjadi penatua-penatua masa depan. Mereka yang kita inginkan di tengah-tengah jemaat Abbalove untuk ditetapkan menjadi penatua, sehingga area menjadi jemaat mandiri dalam konteks persatuan Tubuh Kristus. Mari kita berdoa agar Tuhan mempersiapkan mereka. Jika Anda terpanggil menjadi penatua, kejarlah sifat-sifat ini, agar Anda menjadi teladan bagi jemaat soal misi, visi, kasih dan gaya hidup Allah!
Oleh Penatua DR. Jeff Hammond

MEMBANGUN TUBUH KRISTUS DENGAN 5 PEKERJAAN

Kehidupan bergereja atau berjemaat berawal dari ribuan tahun lalu. Namun, jika kita mengamati keadaan jemaat mula-mula dan membandingkannya dengan keadaan jemaat sekarang, kita akan terkejut mendapati betapa jauhnya perbedaan di antara keduanya. Apa saja perbedaan itu?

Pada jemaat mula-mula, semua anggotanya takut akan Tuhan (Kis. 2:43a); mereka mengalami mujizat dan tanda-tanda heran (Kis. 2:43b); semua orang percaya tetap bersatu (Kis. 2:44a); kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (Kis. 2:44b-45); setiap hari mereka bertekun dalam ibadah raya dan dalam komunitas sel sambil melakukan perjamuan kudus (Kis. 2:46-47a); dan akibatnya, mereka disukai oleh semua orang dan jumlah mereka bertambah setiap hari (Kis. 2:47).

Bagaimana dengan keadaan jemaat pada zaman ini? Sayangnya, saat ini tidak banyak anggota jemaat yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Kita melihat betapa banyaknya perbuatan dosa yang mereka lakukan, bahkan di antara mereka yang disebut para pemimpin jemaat. Itulah bukti tidak adanya takut akan Tuhan. Dalam hal penyataan kuasa Allah, jemaat mula-mula juga mengalami banyak mujizat dan tanda-tanda heran. Ada keseimbangan antara takut akan Tuhan dan kuasa Allah. Sedangkan sekarang, banyak kelompok gereja yang tidak seimbang. Ada gereja yang menekankan takut akan Tuhan tetapi tidak percaya mujizat. Ada pula gereja yang menekankan mujizat tetapi tidak takut akan Tuhan.

Dalam area kesatuan, gereja masa kini juga sangat mengecewakan. Gereja-gereja masa kini begitu mudah terpecah-pecah oleh denominasi, ambisi, visi sektarian, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi dan kedagingan. Tubuh Kristus saat ini tidak lagi memiliki kesadaran akan tubuh (body consciousness). Tubuh Kristus telah terjangkit oleh sejenis “penyakit kusta rohani”, yang menyebabkan hilangnya kesadaran akan tubuh Kristus. Banyak anggota tubuh Kristus tidak lagi sadar akan hadirat Kristus Sang Kepala dan tidak lagi sadar akan keadaan anggota-anggota tubuh lainnya. Mereka kelihatannya tidak lagi mempunyai kesadaran bahwa “jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita” (1 Kor. 12:26).

Adakah gereja masa kini yang saling mengasihi begitu rupa sehingga rela menjual harta bendanya dan membagi-bagikannya kepada sesama jemaat? Kesadaran akan tubuh yang rusak membuat gereja masa kini kurang rindu untuk bertemu seperti jemaat mula-mula. Memang keadaan dan ukuran kota pada masa itu berbeda dengan masa kini, namun kelihatannya faktor itu bukanlah penghalang utama bagi orang-orang yang tinggal di kota besar untuk sering bertemu. Faktor penghalang yang utama adalah tidak adanya kerinduan untuk bersekutu dalam gereja masa kini. Inilah yang saya sebut dengan “penyakit kusta rohani”.

Mengenai jumlah, kita seringkali beralasan bahwa saat ini di berbagai bangsa masih ada pertambahan orang-orang percaya, namun pertambahan jumlah tidak menjadi bukti bahwa gereja itu Alkitabiah. Ajaran sesat pun bertambah jumlah pengikutnya. Begitu juga dengan jumlah orang yang dikuburkan. Ingat, tidak semua gereja yang mengalami pertambahan adalah gereja yang Alkitabiah, tetapi gereja yang Alkitabiah pasti mengalami pertambahan.

TEKUN MELAKUKAN 5 PEKERJAAN

Mengapa jemaat mula-mula bertumbuh begitu hebat dalam hal kualitas maupun kuantitas? Bila kita memperhatikan apa yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 2:43, ayat tersebut dimulai dengan kata “maka.” Artinya, Kisah Para Rasul 2:43-47 adalah akibat dari sebuah sebab. Penyebabnya adalah apa yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 2:42. Mari kita memperhatikan bunyi ayat 42 dan 47:

42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Jadi dari 2 ayat di atas kita dapat melihat bahwa jemaat mula-mula mempraktekkan prinsip-prinsip roda kehidupan yang telah kita pelajari sebelumnya. Ayat 42 merupakan penyebabnya, dan ayat 47 merupakan hasil atau konsekuensinya. Mari kita pelajari apa saja yang mereka praktekkan ini:

1. Pekerjaan Kerasulan
“Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul”
Pengajaran rasul-rasul meletakkan dasar bahwa Yesus adalah dasar, kepala, atau pusat kehidupan gereja. Karena bertekun dalam pengajaran rasul-rasul maka Kristus menjadi kepala atau pusat kehidupan dalam tubuh Kristus.
Pada ilustrasi roda kehidupan, hal ini digambarkan dengan Kristus sebagai poros.

2. Pekerjaan Pengajaran
“Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul”
Ajaran rasul-rasul haruslah diajarkan dalam bentuk “saling mengajar” dalam tubuh Kristus (Kol. 3:16). Inilah proses saling memberi dan membagikan makanan rohani (firman Tuhan) dalam tubuh Kristus.
Pada ilustrasi roda kehidupan, hal ini digambarkan dengan jari-jari firman.

3. Pekerjaan Penggembalaan
“Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”
Jemaat mula-mula saling bersekutu, saling memperhatikan, dan saling memelihara. Mereka mempraktekkan perjamuan kudus pada setiap persekutuan mereka. Perjamuan kudus adalah seperti fungsi hati (lever) dan ginjal pada tubuh, yang terus-menerus membuang racun-racun pada tubuh, sehingga tubuh menjadi sehat dan bertumbuh. Racun-racun atau ragi-ragi dosa dalam tubuh Kristus harus selalu dibersihkan melalui perjamuan kudus, agar tubuh Kristus terhindar dari “penyakit kusta rohani.”
Pada ilustrasi roda kehidupan, hal ini digambarkan dengan jari-jari hidup dalam tubuh Kristus (body life).

4. Pekerjaan Profetik
“Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”
Jemaat mula-mula bukan sekedar berdoa, tetapi mereka berdoa secara profetik. Artinya, mereka mendengar suara Tuhan kemudian mereka mendoakan apa yang mereka terima dari Tuhan. Dari mana kita tahu hal ini? Saya percaya hal itu dicontohkan oleh rasul-rasul yang berdoa secara profetik dalam Kisah Para Rasul 4:24-31.
Berdoa adalah seperti anggota-anggota tubuh yang terhubung melalui syaraf-syaraf untuk mendapatkan perintah dari kepala, untuk melakukan sesuatu. Tanpa ada hubungan dengan Kepala (doa profetik) maka pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tubuh Kristus adalah pekerjaan-pekerjaan yang sia-sia.
Pada ilustrasi roda kehidupan, hal ini digambarkan dengan jari-jari doa.

5. Pekerjaan Penginjilan
“mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”
Jika tubuh Kristus telah menjadi sehat karena 4 pekerjaan lainnya, maka anggota-anggota tubuh Kristus pasti akan bergerak mencari anggota-anggota baru untuk dicangkokkan ke dalam tubuh Kristus. Penginjilan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula adalah penginjilan tubuh.
Pada ilustrasi roda kehidupan, hal ini digambarkan dengan jari-jari bersaksi.

Apakah Anda rindu mengalami apa yang dialami oleh gereja mula-mula? Kuncinya adalah mempraktekkan kelima pekerjaan di atas. Ingat, kita sebagai gereja adalah tubuh Kristus, karena itu sudah seharusnyalah hidup kita sehari-hari menjadi cerminan/refleksi dari Kristus dan Bapa. Itu sebabnya, pada bulan ini, saat teduh kita akan lebih banyak berfokus pada bagaimana kita melakukan 5 pekerjaan tersebut dalam pernikahan, keluarga, komsel, ibadah raya, dan dalam seluruh aktivitas kita sehari-hari.

Jadilah SAKSI SEJATI

Pada waktu Yesus berbicara dengan Rasul Yohanes di Pulau Patmos, Yesus menyebut seorang yang bernama Antipas sebagai “saksi-Ku” (Why. 2:13). Siapakah Antipas sehingga Tuhan memberi dia sebutan “saksi-Ku”?

Hanya sedikit informasi yang kita kenal tentang Antipas, namun informasi itu sangat berharga. Pertama, dia adalah seorang Kristen di Gereja mula-mula dan dia sangat setia sebagai seorang saksi Yesus. Antipas tinggal di kota Pergamus, sebuah kota di Turki Selatan (Asia Kecil).

Pergamus adalah kota yang terkenal penuh kuasa kegelapan, bahkan disebut sebagai tempat “di mana Iblis berdiam.” Pada zaman itu, pemerintah Roma sangat membenci orang-orang Kristen dan telah terjadi banyak penganiayaan. Jalan yang aman adalah bersembunyi dan jangan bersaksi! Tetapi Antipas sudah tahu bahwa Yesus sudah memanggilnya menjadi saksi sebagaimana juga Paulus dipanggil menjadi saksi Yesus pada waktu Tuhan menyatakan diri kepadanya di jalan ke Damsyik. Itulah Yesus yang berkata, “Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi”

Menjadi saksi berarti kita akan menjadi terang kepada orang lain. Mereka hidup di dalam kegelapan dan tidak tahu jalan keluar, tetapi seorang saksi dipanggil menjadi terang bagi orang lain. Mengapa? Karena kita dulu di dalam kegelapan juga tetapi rahasia untuk keluar kita sudah temui! Rahasia itu adalah mengenal Yesus dan kuasa keselamatanNya. Karena kita sudah mengalami Yesus, maka terang itu ada di dalam kita. Terang itu harus dibagikan kepada orang lain supaya mereka juga boleh keluar dari kegelapan. Itulah tugas seorang saksi. Kita tidak harus melakukan mujizat dan keajaiban, tidak! Kita hanya memperkenalkan Yesus kepada orang lain, supaya mereka menemui terangNya lalu mereka pun keluar dari kegelapan.

Rasul Petrus berkata bahwa Tuhan telah memanggil kita menjadi saksiNya dengan “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Pet. 2:9). Apa yang kita alami, apa yang Yesus lakukan bagi kita, ceritakan ini kepada orang lain. Ini akan menjadi terang bagi mereka supaya mereka menemui Yesus, jalan keluar dari kegelapan dan masalah yang mereka hadapi.

Antipas adalah saksi Yesus yang setia sampai saat terakhir. Walaupun berhadapan dengan banyak kesulitan dan aniaya dalam hidupnya, ia begitu mencintai Yesus dan ia tidak mau menyangkal namaNya. Bagi dia, nama Yesus adalah nama terindah dan sampai nafas terakhir ia setia kepada Yesus. Oleh karena itu, Yesus menyebutnya, “saksi-Ku.” Apa Anda juga mau Yesus mencatat nama Anda di sorga dan menyebut Anda, “saksi-Ku”?

Apa Saja yang Dapat Kita Saksikan?

Perhatikan kesaksian Raja Daud dalam Mazmur 103:2-5, dan ingatlah segala kebaikanNya yang Anda alami. Itulah kesaksianmu.

“Janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.”

Dalam ayat-ayat ini kita melihat apa menjadi inti kesaksian Raja Daud. Seorang saksi tidak akan melupakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Apa kebaikan Tuhan dalam hidup Anda? Saksikanlah itu! Anda tidak perlu berkhotbah, atau menguraikan rahasia Firman. Yang Anda harus lakukan adalah jadi saksi sejati dengan menceritakan kebaikan Tuhan kepada orang lain. Anda adalah terang bagi mereka. Anda adalah petunjuk jalan bagi mereka. Apa dosa Anda sudah diampuni? Ceritakanlah! Apa Anda sudah disembuhkan? Ceritakanlah? Apa Anda sudah mengalami kasih Yesus dalam hidup Anda? Ceritakanlah dan jadilah saksi Yesus!

Kuasa untuk Menjadi Saksi Yesus

Apa Anda mau menjadi saksi yang dinamis? Yesus yang memanggil kita menjadi saksiNya juga menyediakan kuasa ajaibNya supaya kita sanggup menjadi saksi yang berdampak dan efektif.

Pada saat kita lahir baru, kita lahir dari Roh Kudus, seperti murid-murid Yesus di kamar loteng pada hari kebangkitan Yesus. Waktu itu, Yesus menghembusi murid-muridNya dan berkata “terimalah Roh Kudus!” (Yoh. 20:22). Namun, lahir baru yang membawa keselamatan hanyalah bagian pertama untuk menjadi saksi Yesus. Memang, setelah terima Yesus kita perlu menjadi saksi. Bukankah Ia sudah melakukan sesuatu ajaib dalam kita? Bukankah Ia telah menarik nyawa kita dari api neraka dan memberi kita jalan pasti ke sorga? Bukankah Ia telah mengangkat kita dari kebinasaan, kesunyian dan keputusasaan untuk memberi kita hidup yang penuh sukacita, damai sejahtera dan hidup yang berarti? Tentu! Ceritakanlah semua ini kepada orang lain. Kalau kita sudah lahir baru, hal itu akan terbukti dengan kita menjadi saksi seperti dijelaskan oleh Rasul Paulus,

Roma 10:9-10: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Jadi keselamatan dan menjadi saksi sangat erat terkait! Mungkin Anda berkata, “Saya rindu menjadi saksi yang paling efektif. Saya mau menjadi pemenang jiwa. Bagaimana caranya? Bagaimana permulaannya?” Ternyata lahir baru hanya permulaannya. Selanjutnya, kita juga perlu dibaptis dengan Roh Kudus, karena Ia adalah kuasa dinamis dari Allah untuk menjadikan kita saksi dinamis pula.

Yesus telah berpesan kepada murid-murid-Nya dalam Kisah 1:8: “Kamu akan menerima kuasa (dunamos = kemampuan dinamik), kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.” Apakah Anda murid Yesus? Apakah Anda saksi Yesus? Apakah Anda mau Yesus menyebut Anda, “saksi-Ku”?

Kesaksian Pribadi sebagai seorang Saksi

Seorang kenalan saya yang kelahiran Medan yang kini pelayan di Hong Kong, namanya Ben Wong, pernah menjadi mahasiswa di Australia. Waktu itu Ben bukanlah seorang percaya. Ia tinggal homestay bersama sebuah keluarga Kristen di Australia, dan melalui kesaksian hidup mereka ia menjadi percaya kepada Yesus. Mengapa? Apakah ia melihat keluarga itu banyak berdoa dan belajar Firman Tuhan? Tidak! Justru ia melihat cara mereka konflik, berkelahi, lalu setelahnya  mereka melakukan rekonsiliasi. Ben menyaksikan cara mereka menang atas konflik dan perkelahian, bagaimana mereka saling mengampuni dan saling mengasihi. Kesaksian itu meyakinkan Ben bahwa Yesus adalah jawaban hidup yang ia juga perlukan. Ingatlah, orang-orang lain sedang mengevaluasi Kristus dari apa yang mereka lihat dalam hidupmu. Suka atau tidak, Anda adalah saksi. Pastikan kesaksian itu baik dan hidup.

Waktu saya masih ikut kuliah, saya harus bekerja part-time sebagai sopir taksi untuk membiayai hidup saya. Selama menjadi sopir taksi, ada banyak sekali pengalaman – baik dan jahat! Ada pemabuk yang mengotori seluruh tempat duduk taksi sehingga saya harus kembali ke markas dan membersihkan taksi dari baunya. Ada pelacur yang waktu mau turun berkata tidak punya uang jadi mau membayar saya dengan pelayanannya di kamarnya!!! Ada tukang sihir mau mengutuki saya, bahkan menjadi begitu marah dan melempari saya dengan uangnya (tetapi ternyata banyak sekali uang keluar dari dompetnya lalu ia lari pergi, dan itu adalah tip terbesar yang pernah saya dapat)!! Namun, kepada semua penumpang saya siap bersaksi. Saya menceritakan kisah kasih Yesus, pengampunan dan keselamatan. Saya menceritakan bagaimana dulu saya adalah pengedar materi pornografi, pemimpin kelompok judi, tukang berkelahi, bahkan pernah coba membunuh orang. Lalu saya menceritakan bahwa hanya Yesus yang dapat menolong saya dan ternyata Ia sungguh mengubah hidup saya secara total. Lewat bersaksi di taksi, orang-orang yang dimenangkan dan ada puluhan jiwa baru yang menjadi percaya kepada Yesus.

Anda tidak harus menjadi pemimpin, penatua, pendeta atau pelayan lain untuk menjadi saksi Yesus dan pemenang jiwa. Lihat sekelilingmu! Ada banyak jiwa yang memerlukan Yesus dan Anda adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi saksi bagi mereka. Mungkin Anda adalah satu-satunya harapan bagi mereka. Jangan bersembunyi, tetapi bercahayalah agar hidup dan perkataan Anda menjadi kesaksian yang mengubah hidup banyak orang lain.

Apa Kesaksianmu?

Setiap orang percaya adalah saksi. Apakah kita saksi yang baik atau saksi yang jahat, itu tergantung kepada kehidupan kita. Kesaksian dapat saja merupakan apa yang kita ceritakan kepada orang lain, tetapi kesaksian kita juga adalah apa yang orang lain baca dalam kehidupan kita. Paulus menyatakan kebenaran ini dalam suratnya kepada jemaat Korintus.

2 Korintus 3:2-3: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”

Orang lain memperhatikan hidup kita. Apa yang mereka lihat? Apa mereka melihat seorang pemarah, pembenci, penipu, orang yang kurang ajar, ataukah mereka melihat seorang yang memiliki damai, sukacita, kasih dan tujuan hidup? Jangan tertipu, banyak orang memperhatikan hidupmu. Pastikan bahwa mereka melihat Yesus di dalammu. Alamilah Yesus, ikutilah Yesus, dan izinkanlah orang lain melihat kasih Yesus di dalammu dan Anda akan menjadi saksi Yesus yang sejati.

Yesus telah memberi perintah baru bagi kita dalam Yohanes 13:34-35, yang menyatakan bahwa kesaksian kita harus nyata, harus dilihat orang. Kesaksian hidup kita tidak boleh dirahasiakan karena tujuan hidup kita adalah menjadi saksi-Nya.

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Kalau semua orang akan tahu, apa yang akan mereka ketahui tentang Anda? Pastikan bahwa Yesus di dalammu-lah yang mereka lihat!

Awan Saksi di Sekeliling Kita

Ibrani 12:1-2: “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.”

Awan saksi ini adalah semua orang percaya dari segala zaman yang sudah mendahului kita. Mereka di stadion sedang menonton kita. Kita adalah para pemain di lapangan main. Mereka mendukung kita dan berkata, “Ayo! Ayo! Maju dan menang!” Mereka tahu bahwa kemenangan mereka tergantung kepada kemenangan kita. Satu bagian penting untuk menjadi pemenang adalah menjadi saksi Yesus, dan awan saksi itu sudah tahu hal itu. Mereka mau kita menjadi saksi Yesus supaya bukan hanya kita yang menang tetapi supaya mereka juga boleh menjadi pemenang bersama kita.

Ibrani 11:39-40: “Mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.”

Saudara-saudara, jangan kita mengecewakan mereka. Siapakah mereka? Musa, Abraham, Daud, para nabi, Petrus, Paulus dan para rasul dan semua orang percaya yang sebelum kita. Mereka menantikan kita. Kita semua mau menjadi pemenang, tetapi untuk menjadi pemenang kita harus menjadi saksi Yesus yang sejati. Mari kita bertekun dan mencerminkan kasih Yesus sampai kita masing-masing mendengar Yesus menyebut kita, “saksi-Ku”! (Jeff Hammond)