“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)
Salah satu aspek kesuksesan hidup ialah hubungan. Hubungan yang baik dan efektif turut menentukan kualitas hidup seseorang, dan dapat dibangun melalui nilai-nilai persahabatan. Seorang sahabat yang baik menaruh kasih dan perhatian di setiap waktu. Seorang sahabat yang baik membawa kebahagiaan karena memberikan motivasi dan pertolongan pada saat yang dibutuhkan. Kadar kecerdasan emosional (Emotional Quotient, EQ) seseorang dapat diukur dari sahabat-sahabat yang dimilikinya, dan memiliki sahabat memberi banyak manfaat serta keuntungan dalam hidup.
Persahabatan yang kuat dibangun atas dasar suatu keseimbangan hubungan, yang berarti bersikap untuk saling memberi dan menerima serta memiliki tujuan-tujuan bersama. Hal ini membutuhkan proses saling mengenal, termasuk bagaimana memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing sehingga timbul dinamika saling pengertian dan kerja sama yang baik.
Persahabatan yang langgeng membutuhkan sikap respek, komitmen, loyalitas, integritas, dan kesediaan untuk berkorban dari kedua belah pihak. Persahabatan yang sejati teruji melalui proses waktu dan konflik yang dialami. Bersahabat bukan berarti tidak pernah mengalami konflik, dan Firman Tuhan dalam Amsal 27:17 pun menegaskannya, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Justru, ketangguhan dan keberhasilan dalam mengatasi masalah serta melewati masa-masa yang sulit membuat sebuah persahabatan menjadi semakin dewasa, kokoh dan bertahan.
Memahami The Power of Friendship
Kuasa persahabatan (the power of friendship) berarti suatu kekuatan dari hubungan antar pribadi yang terjalin karena adanya posisi yang seimbang, suatu sikap untuk saling memberi dan menerima demi tujuan bersama. Ini termasuk kesediaan untuk berkomitmen dan berkorban untuk saling membantu, kemampuan untuk bersikap tidak mementingkan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan atau kepentingan sahabat. The power of friendship berarti kekuatan sinergi dan kerja sama yang dihasilkan karena hubungan yang berkualitas seperti ini.
Mengapa persahabatan penting?
Mengapa para pemimpin kita sangat menekankan adanya “kompak” (komunitas sepakat) serta agar kita masing-masing berkomitmen terlibat di dalamnya? “Kompak” adalah salah satu unsur bagaimana kita membangun persahabatan, yaitu belajar kehidupan dan kebenaran bersama sebagai sahabat yang setara. Inilah yang akan menumbuhkan the power of friendship.
Seorang sahabat sejati bagaikan saudara dalam senang maupun susah, dalam kesedihan maupun dalam kebahagiaan, dalam kekurangan maupun dalam kelimpahan. Sahabat sejati dapat menjadi motivator dan mitra yang baik, karena tidak saja menunjukkan kekuatan kita tetapi juga menopang dalam kelemahan kita. Sahabat sejati bisa memotivasi kita saat kita lemah dan gagal, tetapi juga mendukung kita saat kita berhasil.
Kita semua membutuhkan seseorang yang dapat menjadi sahabat sejati. Orang yang dengannya kita dapat saling memercayai, memahami, menghargai, dan menolong. Pembentukan karakter dan kebiasaan yang baik dapat dilakukan lewat persahabatan, seperti Firman Tuhan tentang saling menajamkan yang telah dikutip sebelumnya.
Selanjutnya, persahabatan adalah kunci networking dan team work yang solid; persahabatan membawa kebahagiaan dan kegembiraan. Semakin banyak dan semakin berkualitas sahabat, semakin banyak dan semakin berkualitas pula kesempatan atau peluang dapat diraih oleh seseorang.
Apa akibatnya tidak memilki sahabat?
Seorang yang tidak memiliki sahabat akan menjadi pribadi yang cenderung antisosial, dan kemudian akan mengalami kesulitan dalam membangun network dan team work yang solid. Orang yang tidak memiliki sahabat juga cenderung kurang percaya diri dan minder, memiliki kadar EQ yang rendah, kurang berkembang dalam hal kedewasaan dan pembentukan karakter karena cenderung tertutup, serta pada akhirnya sulit mendapat dukungan atau motivasi dari sesama.
Apa penghalang munculnya the power of friendship?
Penghalang dalam membangun persahabatan adalah sikap egois atau mau menang sendiri, sombong dan angkuh, merasa diri lebih baik dari orang lain, manipulatif, suka berprasangka karena kecurigaan dan asumsi, sulit menghargai sesama, memandang remeh, kebiasaan mental negatif dan pesimis, tidak setia, dan pemarah. Ini semua menghalangi dibangunnya persahabatan, sehingga otomatis menghambat munculnya the power of friendship.
Bagaimana cara membangun persahabatan?
Untuk membangun sebuah persahabatan, beberapa hal kunci berikut diperlukan dari kedua belah pihak yang akan bersahabat:
- Keinginan, kesediaan, dan keterbukaan untuk bersahabat
- Membangun komunikasi yang efektif
- Mengenali dan menerima kelemahan dan kekuatan masing-masing
- Motivasi yang benar dan komitmen yang konsisten
- Sikap saling menghargai dan saling pengertian
- Disiplin untuk menyelesaikan setiap konflik dengan solusi terbaik
- Nilai-nilai kepercayaan (yang dibangun melalui integritas; empati (dibentuk oleh kontribusi yang baik); dan pengorbanan (lahir dari kesediaan untuk membayar “harga” atau menolong meski kenyamanan atau kepentingan diri sendiri dikesampingkan)
Words of Wisdom
“Friendship is like the relationship between the hand and the eyes. When the hand gets hurt, the eye cries. And when the eye cries the hand wipe its tears.”
“People don’t care how much you know, until they know how much you care.”