//The Social Media

The Social Media

Sekarang ini, sepertinya nggak ada anak muda yang nggak punya akun di dunia maya: setidaknya Facebook, Twitter, BBM, YM atau Whatsapp. Kecanggihan teknologi terus menelurkan gadget-gadget terbaru dalam hitungan hari dan minggu, yang masing-masingnya berlomba-lomba untuk merayu hasrat kita untuk menjadi yang terdepan. Dan oleh gadget-gadget inilah, kita jadi bisa bergaul diberbagai jejaring sosial setiap saat. Di dunia maya ini, kita jadi “dekat” dengan orang-orang yang tadinya jauh dari kita, lewat berbagai status atau tweet mereka. Segala informasi pun gampang didapat dengan cepat, syukur kepada Google. 😉

 

Sayangnya, berbagai hal positif tadi datang bergandengan tangan dengan hal-hal yang negatif. Berbagai luapan emosi yang memicu reaksi-reaksi tajam, foto-foto profil atau wall dengan pose-pose yang mengundang komentar “miring”, ataupun ratapan-ratapan “curcol” (curhat colongan) yang seolah-olah menampilkan si “pen-curhat” sebagai orang termalang di dunia, sering kita lihat sehari-hari di akun-akun kita di media jejaring sosial. Atau yang lebih simpel, “agenda harian” salah satu teman kita yang senantiasa memenuhi wall atau timeline kita dengan berbagai detil kegiatan dia: “mau mandi dulu nih, mumpung panas cuacanya, pasti seger deh…”, “otw meeting dulu di Hotel The Sultan.. aseekkk, klien gede neehh…”, “ban motor kesayangan bocor nih, dasar paku sialan… jadi telat deh jemput pacar baruqu… maaf ya, sayang…”, dsb…dsb. Atau yang bikin kening berkerut karena bingung mengartikan rangkaian huruf-huruf “dewa” dan ejaan yang nggak wajar: “qw T@k s6k4 qm j4@t gtww…… iIi1hhh swBeLlllLLL……”, “Uwwhhhh bsk dh midtes.. cmunguuuudddhhhhhhhh……!!!”. Gimana? Biasa terganggu dengan hal-hal ini? Hehehe…

Sebenarnya, namanya juga media jejaring sosial, media-media itu diciptakan untuk berjejaring dan bersosialisasi di dunia maya. Bukan untuk memajang foto-foto “syur”, bukan untuk meluapkan emosi negatif, bukan untuk meratapi diri, bukan untuk mencatat jadwal kegiatan, dan tentunya bukan untuk menggantikan keberadaan diri kita di dunia nyata. Jadi, supaya perilaku kita di media-media jejaring sosial ini tetap tidak mengganggu kenyamanan maupun keamanan diri sendiri dan orang lain, berikut adalah beberapa tips buat anak muda seperti kita: (Psst… Tips ini juga berguna buat mereka yang sudah bukan anak muda, kok… 😉 )

Do’s:
Berbagi maupun mencari informasi, tips, atau rekomendasi
Ini salah satu manfaat media jejaring sosial yang asik banget. Kalau dulu kita butuh waktu lama untuk mencari berbagai info, sekarang karena ada media jejaring sosial, semuanya hanya perlu diklik dan diketik. Dalam waktu singkat, informasi yang kita butuhkan sudah tersedia di depan mata, deh..

Berhubungan lagi dengan teman-teman lama
Apa kabar si anu? Eh, ternyata si itu yang dulu teman karib kita semasa SD, sekarang tinggalnya dekat loh.. Nah, kabar-kabar semacam ini, bahkan berbagai undangan reuni, akan kita dapatkan ketika kita berhasil menemukan teman-teman lama di media jejaring sosial. Nikmatilah tersambungnya lagi hubungan-hubungan lama ini, asal jangan jadi mengabaikan hubungan-hubungan lain yang sedang kita jalani juga, ya.. Jangan sampai, media jejaring sosial mendekatkan yang jauh, tapi juga menjauhkan yang dekat.. 🙂

Ketahui dan atur “privacy setting” akun
Jaman sekarang, hampir segala hal bisa terjadi di dunia maya. Foto yang kita “upload” di Facebook, misalnya, bisa aja diambil oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau memang berniat tidak baik, lalu direkayasa menjadi (seolah-olah) foto porno. Atau, informasi data pribadi yang kita cantumkan di profil akun kita, diambil untuk membajak akun kita. Karena itu, sebelum menggunakan sebuah akun, pahami dulu “privacy setting”nya dan atur sesuai kebutuhan kita. “Share” info-info yang betul-betul aman saja.

Berbagi pencerahan/pembelajaran pribadi
Gimana rasanya membaca status atau tweet yang bermutu dan bikin kita mendadak “tercerahkan” tentang suatu hal? Luar biasa, kan? Nah, kalau kita sendiri punya inspirasi atau pencerahan atau pembelajaran pribadi, ayo “share” di akun kita. Tentunya, jangan dengan kata-kata yang menyinggung pihak-pihak tertentu ya..

Meraup penghasilan tambahan
Dengan jejaring yang terhubung di akun kita, kita bisa berjualan barang maupun jasa dan mendapatkan penghasilan tambahan, lho. Hanya, ini harus dilakukan dengan etis yah.. Jangan sampai orang lain terganggu karena kita seenaknya “tag” akun mereka ke foto-foto barang dagangan kita atau kita membombardir akun mereka dengan tawaran-tawaran yang tidak berkesudahan.

Dont’s:
Meluapkan kemarahan, terutama yang spesifik ke pihak tertentu
Percayalah, ini tidak ada gunanya. Pertama-tama, belum tentu si pihak tertuju akan sadar tentang kemarahan kita. Selain itu, bisa jadi yang sadar malah pihak lain. Lagipula, Firman Tuhan kan mengajar kita untuk menyelesaikan konflik secara langsung ke pihak yang bersangkutan, bukan lewat sindiran-sindiran (di media jejaring sosial) seperti ini.

Memberi komentar yang “tidak berguna” di tengah-tengah situasi yang “tidak ok”
Ini namanya memperkeruh suasana. Jangan pernah libatkan diri di tengah-tengah situasi yang terlanjur “panas”, karena semuanya akan menjadi lebih kisruh. Diam saja lebih baik, atau kalau memang harus, hanya berikan komentar yang netral. Jangan beri komentar yang “tidak berguna”, seperti memihak, menyalahkan, memanas-manasi, atau sejenisnya.

Asal cari teman
Jumlah “teman” yang terhubung dengan akun kita tidak serta-merta menentukan tingkat popularitas kita atau menunjukkan seberapa orang-orang menyukai pribadi kita, lho. Salah-salah, ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab di balik akun-akun “teman” itu. Inilah yang biasanya bisa menjadi kasus-kasus penipuan lewat internet atau bahkan pelecehan seksual. Jadi, mulai sekarang jangan asal cari “teman” ya.. Pastikan akun-akun itu memang “layak” untuk terhubung dengan akun kita, baru jadikan dia “teman”.

“Memancing” komentar/reaksi yang bukan-bukan
Memang asik rasanya melihat deretan komentar atau “like” atau “retweet” memenuhi akun kita. Serasa kita sangat popular.. Tapi kadang kita jadi “menghalalkan segala cara” demi hal ini terjadi. Misalnya: memajang foto berdua dengan seseorang dalam pose “mesra” (supaya dikira punya pacar, padahal orang itu adalah kakak/adik kita sendiri), menulis status/tweet bahwa kita sedang membutuhkan info tentang jadwal kelas pembinaan pranikah di gereja (supaya disangka sudah akan menikah, padahal kita sedang mencari info itu untuk teman kita yang memang membutuhkannya), dll. Jangan lakukan hal-hal begini, karena ini hanya akan menimbulkan asumsi-asumsi yang belum tentu benar mengenai diri kita sendiri. Pada akhirnya, kita sendiri yang rugi.

Memindahkan hal-hal pribadi ke forum umum
Yang terakhir dan mungkin terpenting, jangan pertontonkan hal-hal yang terlalu pribadi di forum yang umum. Yang termasuk hal-hal yang terlalu pribadi adalah agenda kegiatan kita jam ke jam dan menit ke menit, perubahan mood/perasaan kita setiap waktu, menu makanan kita dan tempat kita makan selama 3 kali sehari dan 7 hari seminggu, dll yang serupa. Maksudnya, coba pikirkan, tidak seorangpun di antara kita yang menyukai orang yang SELALU membicarakan SEGALA HAL mengenai DIRINYA SENDIRI, bukan? Sederhana saja, ini mengganggu.
Nah, bagaimana sekarang, siap bergaul sehat di media jejaring sosial? Ingat, apa yang keluar lewat akunmu, itu menunjukkan kualitas pribadi dan isi hatimu! 🙂

2019-10-04T11:20:18+07:00