Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1:17)
Ketika pertama kali bertobat, Rasul Paulus menjadi buta. Saya menafsirkan bahwa kebutaan yang terjadi ini ialah karena Rasul Paulus adalah orang yang sangat jenius dan sangat dominan menggunakan logikanya, dan dunia (lawan Tuhan) sebelumnya memanfaatkan kepandaian Rasul Paulus dengan cara menyelewengkan sudut pandangnya. Rasul Paulus hidup hanya dengan sudut pandang yang telah terselewengkan ini, sehingga ia sama sekali tak mengenal sudut pandang Tuhan dan tak mampu melihat (buta) sudut pandang Tuhan itu saat berjumpa dengan-Nya.
Dalam hal ini, yang dimaksud bukanlah seseorang tidak boleh pandai, tetapi kepandaian harus memiliki sudut pandang Kristus, bukan terselewengkan oleh sudut pandang dunia. Ketika Rasul Paulus menjadi buta selama tiga hari, ia dibimbing oleh Imam Ananias. Sudut pandangnya diubah (metanoia) dari filsafat Romawi kepada kebenaran Ilahi. Proses ini seperti yang ditulisnya dalam Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.”
Melalui pengalaman perubahan sudut pandang dan pola pikir Rasul Paulus ini, kita dapat belajar melakukan cara-cara praktis untuk hidup dalam iman.
- Lebih memercayai yang tak terlihat daripada yang terlihat.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Kami tidak memperhatikan hal-hal yang kelihatan, melainkan hal-hal yang tidak kelihatan. (2 Kor. 4:18)
Nasihat Rasul Paulus ini jelas, yaitu agar kita lebih memercayai yang tidak terlihat daripada yang terlihat. Secara manusiawi, emosi kita sering dipengaruhi oleh yang terlihat. Padahal, yang terlihat itu dikendalikan oleh yang tak terlihat. Pada masa sekarang ini, penyebaran virus Covid-19 akan terlihat pada gejala orang-orang yang sakit, tetapi yang tak terlihat adalah ketakutan, kekhawatiran, kepanikan, kegelisahan, stres, depresi, yang semakin memperburuk yang terlihat itu. Bahkan, yang tak terlihat ini telah menjadi lebih besar daripada yang terlihat. Dalam situasi seperti ini, marilah kita melihat kasih karunia Tuhan yang tidah terlihat oleh mata kita pula, tetapi bagaikan cahaya matahari di pagi hari yang tak pernah terlambat bersinar. Kasih karunia Tuhan menyelimuti hidup kita. Marilah kita juga percaya bahwa ada malaikat Tuhan yang menyertai kita dengan membawa pedang untuk menjagai kita.
- Membangun iman sejati melalui Firman Tuhan
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus. (Roma 10:17)
Iman yang sejati datang dari pendengaran, dan pendengaran yang dimaksud ialah pendengaran Firman Kristus. Rasul Paulus ialah pakar/ahli dalam Hukum Taurat dan ilmu filsafat, tetapi ia sebelumnya tidak pernah memiliki iman yang benar. Segala hal yang ia ketahui dan ia perbuat hanyalah bersumber dari pengetahuan. Tanpa ia sadari, apa yang dilakukannya itu didasari bukan oleh iman, tetapi oleh kepercayaan dirinya akan hal-hal yang terlihat. Ketika Rasul Paulus menemukan kebenaran dan melakukannya, terutama ketika Taurat digenapi oleh Yesus Kristus, Rasul Paulus mengatakan “Yureka”, yang bermakna pencerahan atau suatu hal yang betul-betul ditangkap oleh segenap keberadaan diri, bukan hanya pengetahuan atau informasi baru. Rasul Paulus pun memaknai bahwa iman sejati harus dibangun dari Firman Allah dan bukan dari pengalaman.
- Iman sejati berkolaborasi dengan pengharapan dan kasih
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Kor. 13:13)
Selama Rasul Paulus belum mengenal Yesus, ia tidak memiliki ketiga hal ini. Ketika pertobatan terjadi, iman dan pengharapan Rasul Paulus pun bersatu dengan kasih Kristus, dan persatuan ini membuat hidupnya berubah karena memiliki pengharapan. Hidupnya penuh pengampunan karena memiliki kasih. Iman hanya bisa bertumbuh karena Firman yang dilakukan. Iman dilatih dengan melihat yang tak terlihat. Iman sejati selalu berkolaborasi dengan pengharapan dan kasih.
Kiranya Tuhan memberkati pertumbuhan iman kita.