Business To Business atau Business To Consumen
Distribusi atau Direct Selling? Pertanyaan ini kerap kali timbul bagi para pelaku bisnis. Masing- masing memiliki kelebihan dan juga kelemahan. B2B lebih sedikit berhadapan dengan konsumen, dan hanya berususan dengan dealer. Otomatis B2B harus menyisihkan dana untuk profit dealer selain biaya promosi produk.
Kesuksesan B2B akan tergantung pada banyaknya network anda, kedekatan network anda, dan support dari network anda. Jadi di sini ada factor hubungan yang harus dijaga, kemudian ada faktor merebut hati dealer anda untuk full konsentrasi ke produk anda. Bila ada pelaku bisnis lain yang memiliki produk yang sama / sejenis dengan anda, maka akan terjadi perang kampanye mencari dukungan dealer dan sering kali akhirnya akan berakhir dengan perang harga, perang fasilitas kredit, dan perang entertainment. Akan semakin rumit lagi jika dealer anda berkarakter Bunglon atau sana OK, sini OK.
B2C langsung berhadapan dengan konsumen, sehingga interaksi dengan konsumen menjadi faktor penting. Pelaku bisnis tidak tergantung kepada network distribusi sehingga profitnya tidak harus dibagi. Uang yang didapat langsung cash keras, sehingga resiko lebih kecil. Faktor promosi / iklan produk atau bisnis anda menjadi faktor yang sangat berperan. Dengan strategi eCommerce, B2B dan B2C dapat dijalankan sekaligus sehingga bisa menutupi kelemahan masing-masing. Contoh dari perusahaan yang sukses menerapkan kedua metode ini adalah www.apple.com. Apple dengan produknya menjalankan B2B dengan eCommerce dengan menyediakan Apple Training untuk retailer secara Online, Authorized Reseller harus melaporkan stocknya tiap akhir minggu, Apple Certification Program untuk Apple Trainer dan lainnya. B2C dijalankan Apple dengan membuat Apple Store Online bahkan sudah tersedia di Indonesia, selain itu Promo dari Apple Store Online sering kali sangat menggiurkan daripada berbelanja lewat dealer Apple.
Sudahkah anda menjalankan B2B dan B2C ini sekaligus?