Pada edisi lalu, kita telah melihat Saulus dilahirkan kembali menjadi Paulus, manusia baru dengan tugas yang baru yang merupakan misi Tuhan sendiri bagi dia. Tidak ada yang bisa membantah perubahan hidup Saulus. Kini sebagai Paulus, kesaksiannya hanya satu, yaitu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Anak Allah. Paulus tidak membuang-buang waktu dan kesempatan yang dimiliki untuk bersaksi tentang Tuhan Yesus. Lukas menuliskannya, “Ketika itu juga dia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah,” (Kis. 9:20).
Mengapa Paulus seberani itu dan setegas itu menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Anak Allah? Karena Yesus sendiri menemui Paulus di tengah jalan ke Damsyik dalam bentuk cahaya yang lebih terang dari cahaya matahari sehingga dia buta. Dari pengalaman itulah Paulus tahu Yesus bukan sekadar nabi yang diidolakan orang, melainkan Dia adalah Tuhan dan Anak Allah.
Setelah perjumpaan pribadinya dengan Yesus, Paulus memberitakan Yesus sebentar di Damsyik, tetapi dia harus mengalami berbagai kesukaran. Paulus dibenci dan dicurigai para pengikut Yesus karena perbuatannya di masa lalu. Kemudian, dia pergi ke Arab sebelum lalu kembali lagi ke Damsyik. Usaha Paulus untuk kembali melayani di Damsyik yang kedua ini pun masih tidak berhasil. Orang-orang bingung oleh kontrasnya kesaksian Paulus dengan riwayat masa lalunya. Mereka masih mengingat jelas hal-hal jahat yang telah diperbuat oleh Paulus sebelum bertobat, tetapi justru sekarang Paulus memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias. Orang-orang Yahudi jadi membenci Paulus dan ingin membunuhnya. Syukurlah, sudah ada juga orang-orang percaya yang menerima Paulus dan mau bersekutu dengan dia. Paulus diberi tahu tentang rencana pembunuhan tersebut dan dia ditolong untuk melarikan diri, “Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang,” (Kis. 9:25).
Paulus lolos dari usaha pembunuhan lalu berangkat ke Yerusalem. Namun, sesampainya di Yerusalem dia dicurigai oleh murid-murid Yesus di sana, “Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa dia juga seorang murid,” (Kis. 9:26). Tuhan Yesus memang bertemu Paulus di tengah jalan, tetapi itu bukan jaminan proses yang mulus bagi Paulus.
Dalam keadaan demikian, Paulus tetap tegar mempertahankan imannya. Dia sadar semuanya itu adalah proses yang harus dia jalani dan Tuhan mempunyai cara yang tepat agar visi Tuhan tergenapi dengan sempurna. Tuhan memakai Barnabas menjadi alat-Nya bagi Paulus, “Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus,” (Kis. 9:27). Agar tujuan-Nya tergenapi, Tuhan mengendalikan segala sesuatu, termasuk mendorong Barnabas untuk menerima Paulus dan membawanya kepada para rasul. Barnabaslah yang kemudian meyakinkan para rasul bagaimana Tuhan menampakkan diri kepada Paulus sehingga hidupnya berubah dan kini Paulus perlu diterima dalam komunitas mereka. Akhirnya Paulus diterima oleh para murid.
Di Yerusalem ini, Paulus bersama dengan para rasul mengajar dan memberitakan injil dengan berani. Kuatnya pengajaran Paulus tentang Yesus sebagai Tuhan dan Anak Allah membawa pengaruhnya makin besar, bukan hanya di lingkungan orang-orang Yahudi saja, melainkan makin tersebar luas. Dengan semangat yang berkobar-kobar dan tidak bisa dipadamkan, Paulus terus bersoal jawab dengan orang-orang pintar dari Yunani. Paulus membungkam mulut mereka dengan kebenaran Firman Tuhan dan mereka tidak dapat membantahnya.
Tragisnya, karena merasa dikalahkan secara intelektual, orang-orang cerdas itu menggunakan cara fisik yang kasar untuk melawan dan menyingkirkan Paulus. Mereka berusaha untuk membunuh Paulus, agar supaya Paulus jangan mempermalukan mereka lebih jauh lagi. Namun Allah memiliki segala cara untuk meloloskan Paulus. Tuhan menyediakan jalan keluar, sehingga Paulus dapat luput dari usaha pembunuhan itu meski sekali lagi Paulus harus melarikan diri. Lukas mencatatnya, “Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus,” (Kis. 9:30). Dia yang sudah berjanji kepada Paulus untuk memakainya memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain, Dia jugalah yang menyediakan jutaan cara untuk meloloskan Paulus dari ancaman pembunuhan. Paulus mengasingkan diri selama beberapa tahun dan dalam pengasingan dirinya tersebut, imannya semakin bertumbuh dan dewasa. Lagi-lagi, proses belum selesai, tetapi terus membentuk Paulus menjadi manusia Kristen yang dewasa dalam imannya.
Perjalanan awal pelayanan Paulus tidaklah mudah sebelum dia menjadi pemimpin yang efektif dipakai Tuhan. Paulus mengalami berbagai proses pembentukan untuk menjadi Kristen dewasa, tetapi semua itu tidak mematahkan semangatnya. Justru, proses itu terbukti makin mematangkan pendirian dan kualitas rohaninya untuk tetap melaksanakan visi yang telah Tuhan taruh dalam hidupnya: memberitakan Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa. Nantikan kelanjutan perjalanan Paulus pada edisi e-Build! mendatang, yaitu perjalanan misi Paulus yang pertama bersama rekan pelayanannya, Barnabas.