“Duhhh, stressss!! Kenapa sih hidup aku banyak masalah gini! Mama kena Covid, temen ngajak berantem aja bawaanya, tugas banyak banget dan mepet semua… Yang satu belum selesai, ada aja yang baru datang lagi. Hhhh… lelah! Orang-orang lain kok hidupnya seru sih, bisa jalan-jalan sama keluarganya, bisa makan enak-enak, bisa posting yang keren-keren di Instagram; Tuhan gak adil!”, ujar Mikha. Memang, akhir-akhir ini Mikha merasa ujian hidupnya sangatlah berat dibandingkan yang dialami teman-teman di sekitarnya.
Siapa di antara kita yang pernah mengalami hal serupa dengan yang dialami Mikha? Rasanya lelah, dihujani oleh masalah yang tak ada habisnya. Hidup bukannya bahagia, justru sengsara. Poor me…
Sebenarnya, hidup tidak akan pernah lepas dari masalah. Bahkan, ada alasan dan tujuan khusus dalam masalah itu bagi kita yang sudah menjadi anak-anak Tuhan. Tentu, yang kita bahas di sini adalah masalah-masalah yang terjadi bukan karena dosa kita, melainkan karena berbagai penyebab lain seperti dosa orang lain, situasi yang tidak ideal, dan lain-lain semacamnya. Mungkin kita sering mempertanyakan mengapa masalah terus-menerus datang, atau mengapa harus diri kita yang tertimpa masalah seberat itu, atau mengapa masalah itu muncul tepat di saat kita sungguh tak siap menghadapinya. Kita bahkan mungkin pernah menebak-nebak jawabannya: karena Tuhan itu tak adil dan Dia pilih kasih. Padahal, jawaban aslinya singkat dan simpel: karena Tuhan tahu yang terbaik untuk kita dan Dia ingin memurnikan hidup kita!
Ups. Ternyata, Tuhan bukan tak adil. Dia juga bukan iseng-iseng. Dia justru sedang mengerjakan kebaikan untuk kita melalui setiap masalah itu. Tuhan mengizinkan masalah untuk datang pada kita, demi menguji dan memproses hidup kita jadi makin murni sesuai dengan standarnya: kita jadi makin murni dan akhirnya seperti Kristus.
Lalu, mengapa kita seolah tertimpa masalah bertubi-tubi sedangkan banyak orang lain sepertinya tak kunjung tertimpa masalah? 1 Petrus 4:17-18 menjawabnya, “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?” Jelaslah, kita sebagai orang-orang yang hidup di dalam rumah Allah memang lebih dahulu diuji dan diproses. Untuk mereka yang berada di luar rumah Allah, giliran akan tiba juga pada akhirnya. Sekali lagi, giliran ini bukan ditentukan karena Tuhan tak adil, melainkan justru karena Tuhan sangat sayang kepada kita, anak-anak-Nya.
Hidup yang kita jalani sekarang ini hanyalah “permulaan” dari kekekalan. Kelak, kita akan hidup bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya. Kalau sekarang kita hidup diproses dengan ujian yang berat dan kita bertahan dengan baik, kita lulus sehingga menjadi makin kudus dan makin serupa dengan Kristus, kita akan memasuki kehidupan kekal yang indah dan penuh sukacita bersama Tuhan di surga. Melalui semua masalah yang menguji itu, kita nantinya sudah menjadi sepadan dengan Dia! Coba bayangkan kalau kita sekarang hidup bermain-main atau bersenang-senang dengan dosa, tanpa ada masalah yang memurnikan kita sama sekali, betapa tak cocok dan tak pantasnya kita kelak untuk hidup selama-lamanya bersama dengan Tuhan yang sempurna.
Di dalam setiap masalah, ada pesan kasih Tuhan bagi kita, anak-anak-Nya. Ibrani 12:6-8 berkata, “…karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Dari mana kita bisa melihat kasih Tuhan di tengah-tengah masalah yang sedang menimpa hidup kita? Ingat, Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita, dan Dia selalu menyertai kita, bahkan memberikan jalan keluar. Coba baca lagi 1 Korintus 10:13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Allah itu setia dan adil. Dia tidak akan mengizinkan masalah yang melampaui kekuatan kita, dan Dia akan selalu ada untuk menolong kita melewati setiap masalah yang kita alami.
Kita hidup di akhir zaman, saat kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Tuhan akan segera datang untuk yang kedua kalinya untuk menjemput orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Dia rindu untuk menikmati keindahan yang kekal dalam kehidupan bersama kita, dan hal ini hanya mungkin terwujud kalau kita menjadi kudus seperti Dia. Sekarang ini, Tuhan rela memurnikan kita melewati proses masalah yang berat, dan kita pun harus rela menjalaninya. Proses pemurnian ini seperti yang dilakukan oleh pengrajin terhadap emas. Untuk memperoleh emas yang murni, ada proses pemurnian yang menghilangkan unsur-unsur lain yang menempel pada bongkahan emas itu. Proses ini dimulai dari pengrajin membakar bongkahan emas di dalam nyala api yang bersuhu 1.000°C. Panas sekali! Selanjutnya, dilakukan serangkaian proses kimia yang panjang hingga sisa-sisa unsur ketidakmurnian luruh dan yang tersisa hanyalah emas yang murni. Bayangkan diri kita sebagai bongkahan emas itu. Proses yang perlu dijalani pasti berat, menyakitkan, dan panjang. Namun, hasil akhirnya sangat memuaskan. Kita menjadi murni dan nilai kita makin berharga. Bertahanlah sampai akhir dalam proses pemurnian kita masing-masing, demi kemurnian yang sempurna!
Kamu sedang dilanda banyak masalah seperti Mikha yang tadi menggerutu bahwa Tuhan tak adil? Relakan diri untuk dimurnikan. Rela dimurnikan berarti tetap bersabar dan berjuang, sambil percaya pada hati Tuhan bagi kita. Di tengah-tengah segala masalah, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian dan Tuhan pasti menyediakan jalan keluarnya. Bersukacitalah dan ucapkan syukur karena Tuhan memperlakukan kita sebagai anak-anak-Nya yang Dia kasihi! Pada akhirnya, kita akan mencapai kualitas hidup kudus dan kesempurnaan seperti Dia.