///Ukuran Kelimpahan

Ukuran Kelimpahan

Beberapa waktu lalu dalam sebuah diskusi di kantor tentang proyeksi bisnis beberapa bulan berikutnya, kami menganalisis bidang industri apa saja yang masih akan mengalami krisis dalam bulan-bulan ke depan dan bidang industri apa saja yang telah atau akan mulai pulih. Industri pariwisata, termasuk hotel dan jasa perjalanan, ialah salah satu dari beberapa industri yang paling terdampak. Saat itu, beberapa parameter asumsi pemulihan kami bahas, salah satunya yang sangat penting adalah rencana program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Dalam analisis ekonomi makro, keberhasilan vaksinasi dinilai menjadi faktor ukuran penting pemulihan ekonomi. Vaksinasi yang berhasil pada setidaknya 70% dari jumpah penduduk akan membentuk kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap Covid-19, sehingga mobilitas masyarakat pun kembali aman untuk terjadi kegiatan ekonomi yang aktif. Tingkat permintaan konsumsi akan meningkat, dan dengan sendirinya mendorong peningkatan aktivitas produksi sehingga mempercepat kembali gerak roda perekonomian. Logikanya demikian.

 

Sayang, bagaimana pun analisis yang logis ini menggambarkan situasi yang ideal, realitas praktis masih menunjukkan bahwa kondisi perekonomian kita belum sepenuhnya pulih.

 

Saya sempat mengobrol dengan seorang teman yang usahanya bergerak di bidang konsultasi dan pelatihan manajemen. “Survive” adalah kata yang diucapkannya ketika saya menanyakan kabarnya. Ternyata, kata survive ini menggambarkan bahwa kondisi keuangannya sedang kurang baik. Dia bercerita bahwa bidang industrinya sangat terdampak pandemi, padahal sampai saat awal pandemi tahun 2020 lalu, semuanya masih berjalan dengan baik, bahkan bisnisnya berkelimpahan karena dibanjiri beberapa permintaan proyek dan program. Namun, memasuki awal tahun 2021 ini, usahanya makin tersendat sampai saat ini. Situasi mungkin sudah berubah, sehingga usahanya tidak lagi mendapatkan banyak permintaan proyek dan program. Mengakhiri percakapan kami, dia meminta dukungan doa atas situasinya itu.

 

Merenungkan situasi krisis di berbagai bidang di tengah-tengah ketidakpastian tentang titik akhir pandemi, saya teringat akan salah satu prinsip kebenaran di dalam Firman Tuhan, tentang Allah yang sanggup memenuhi setiap kebutuhan kita sebagai anak-anak-Nya. Tentu, prinsip ini adalah kebenaran yang berlaku untuk kita semua tanpa dibatasi oleh masa sulit apa pun atau bidang industri mana pun. Kuasa Allah tidak terbatas oleh apa pun dan berlaku dalam situasi apa pun setiap waktu. Mungkin, berdasarkan analisis ekonomi yang logis maupun dilihat dari realitas yang ada, usaha kita saat ini termasuk dalam kelompok sektor industri yang sedang mengalami krisis, atau kesulitan kita termasuk sangat pelik dan tidak dapat diprediksi solusinya. Justru, kita perlu mengingat kembali dan mengakui kebenaran Firman Tuhan ini: Allah kita berkuasa memenuhi segala kebutuhan kita setiap waktu, termasuk dalam krisis seperti saat ini.

 

Mari kembali berfokus kepada ukuran yang benar. Ukuran kecukupan, kelimpahan, dan keberhasilan kita bukanlah bidang industri tertentu, situasi tertentu, modal atau bantuan sejumlah tertentu, kesuksesan program pemerintah tertentu, atau faktor-faktor manusiawi lainnya. Siapa Allah yang kita sembah dan apa Firman-Nya atas kita, itulah yang menentukan. Kita berkecukupan dan berhasil, bahkan berkelimpahan, karena ukuran ini. Tuhan Yesus Kristus, Allah kita, sanggup memberkati kita secara berkelimpahan dalam segala hal dan setiap saat, sesuai kebutuhan kita. Kembalilah berfokus pada Dia dan Firman-Nya.

And God is able to bless you abundantly, so that in all things at all times, having all that you need, you will abound in every good work.” – 2 Corinthians 9:8, NIV

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” – 2 Korintus 9:8, TB

2021-04-28T10:31:58+07:00