Memang, kondisi keuangan keluarga sebenarnya tidak memungkinkan Tita untuk berkuliah. Syukurlah, Tuhan mengutus beberapa orang yang bermurah hati untuk menjadi donatur setia demi membiayai kuliah Tita. Karena merenungkan kebaikan Tuhan inilah, akhirnya saat menjelang akhir semester 7 ini Tita memutuskan untuk melayani Tuhan dengan serius sejak masa mudanya. Sayang, keputusan ini membuat Tita terpaksa mempertimbangkan ulang semua rencana yang telah disusunnya, karena waktu dan konsentrasinya akan sangat tersita untuk berbagai aktivitas pelayanan. Apalagi, jurusan kuliah dan topik skripsi Tita memang terkenal sulit. Pertanyaan yang menggantung di otak Tita hanya satu: “Lebih baik aku tetap lanjut menulis skripsi atau aku pindah ke jalur non-skripsi supaya bisa konsen pelayanan, yah?”
Kisah Ayana:
Sejak lahir baru 6,5 tahun lalu, Ayana sudah langsung aktif dalam berbagai pelayanan di gereja lokalnya. Kesehariannya sebagai seorang mahasiswi di kampus swasta beken di Jakarta diwarnai dengan berbagai jadwal aktivitas gereja: kebaktian, mengajar Sekolah Minggu, doa syafaat malam, memimpin kelompok kecil, retret sahabat baru, training pekerja, dan macam-macam lainnya. Tidak ada hari di mana Ayana bisa cukup waktu untuk beristirahat, apalagi memikirkan kelanjutan kuliahnya.
2 semester terakhir ini, Ayana memang mengambil cuti dari kuliahnya. Juga, skripsi yang seharusnya mulai ditulis sejak semester 8 lalu pun belum disentuhnya sama sekali. Nilainya setiap semester pun terus menurun.. Tak heran, bukan hanya orang tuanya yang selama ini membiayai kuliahnya, tetapi kakak-kakak pembinanya di gereja pun mulai “gerah” dan mendorong-dorong Ayana untuk segera menyelesaikan studinya. Kalau perlu, “cuti” dulu dari pelayanan di gereja. Apalagi kampus Ayana menetapkan aturan “maksimal 7 tahun atau 14 semester” untuk setiap peserta didiknya. Artinya, kalau tidak segera mengejar ketertinggalannya, Ayana terancam drop-out kuliah. Ayana pun bingung dan kalut. “Bukankah aku harus mengutamakan pelayanan dulu yah? Kan, kita harus mencari Kerajaan Allah dahulu, baru yang lain-lain akan ditambahkan?”
Dua kisah di atas mungkin tidak jarang kita dengar dari orang-orang di sekitar kita. Bahkan mungkin, ini serupa dengan kisah hidup kita sendiri. Bingung dan pusing dengan beragam pilihan hidup, takut salah memutuskan, dan kuatir menghadapi berbagai resiko serta konsekuensinya. Itulah sebabnya, kita perlu bijak memilih. Kisah di atas diceritakan bukan untuk membandingkan mana yang lebih baik: pelayanan atau prestasi studi. Namun, kisah di atas diceritakan untuk kita belajar berefleksi: mana yang merupakan kehendak Tuhan yang sempurna bagi kita. Pelayanan maupun prestasi studi, dua-duanya baik. Atau pilihan-pilihan lainnya: memilih calon pasangan yang tepat, memilih jurusan kuliah, memilih perangkat teknologi yang akan dibeli, dll. Tetapi, kita sedang berusaha memilih untuk mendapatkan yang terbaik, bahkan yang sempurna, bukan sekedar yang baik. Kita tahu dari Firman Tuhan bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik dan yang sempurna bagi kita. Banyak tokoh penting di dunia pun berkata, “Musuh dari yang terbaik adalah yang baik.” Karena itu, terutama sebagai orang-orang muda yang menghadapi pilihan-pilihan yang (mungkin) semuanya tampak baik, bijaklah dalam membuat keputusan. Carilah kehendak Tuhan bagi diri kamu secara pribadi. Jika Tuhan sudah menyediakan yang terbaik dan yang sempurna bagi hidup kita, jangan puas dengan yang “sekedar” baik. Pastikan diri kamu menerima yang terbaik dan yang sempurna itu.
Oh ya, ngomong-ngomong, di akhir dari kisah di atas, setelah mencari kehendak Tuhan lewat doa, perenungan Firman dan nasihat dari orang-orang yang tepat di sekitar mereka, Tita akhirnya memutuskan untuk membuang ambisi pribadinya dan memilih jalur non-skripsi supaya bisa berfokus untuk melayani Tuhan, sementara Ayana memutuskan untuk “cuti” dari aktivitas pelayanan di gereja dan konsentrasi mengulang mata kuliah yang belum lulus sambil menyelesaikan skripsinya supaya kekristenannya nampak lewat studinya juga. Ujungnya, Tuhan dimuliakan lewat pengalaman hidup mereka masing-masing, dan kesaksian mereka menginspirasi banyak orang muda lainnya untuk memilih yang terbaik dari Tuhan bagi hidup mereka juga. Bagaimana dengan kamu? ?
(my)