Dilatih untuk Menaklukkan Gentar
Pada artikel bagian pertama di edisi yang lalu, kita melihat bahwa oleh karena iman, Yosua melihat bahwa negeri yang dijanjikan Tuhan untuk bangsa Israel adalah baik. Meskipun mata jasmaninya melihat beratnya tantangan untuk merebut negeri perjanjian itu, dia menggunakan mata imannya untuk melihat jaminan kemenangan dari Tuhan. Namun, tentu rasa gentar dan tawar hati masih ada di hati Yosua, sebagai manusia biasa. Kali ini, kita dapat mengamati bahwa iman Yosua dilatih Tuhan untuk menaklukkan perasaan-perasaan itu.
Sejak sebelum kisah hebat tentang penaklukan bangsa Israel atas kota Yerikho, Tuhan telah berfirman kepada Yosua demi menguatkan hatinya, “Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu… Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan…,” (Yos. 1:5-6). Perhatikan bahwa Tuhan mengulang-ulang perintah sekaligus janji-Nya ini. Mengapa demikian? Karena Tuhan mengerti isi hati Yosua sebagai manusia. Yosua memang tahu janji kemenangan dari Tuhan, tetapi Yosua tentu juga paham bahwa saudara-saudara sebangsanya yang banyak itu tengah dirundung kegentaran. Sebagai pemimpin baru, Yosua berhadapan dengan tantangan kepemimpinan yang mengerikan. Mampukah dia bukan hanya menerima kemenangan dari Tuhan, tetapi sekaligus membawa bangsanya menerima kemenangan itu pula? Itulah sebabnya, perkataan Firman Tuhan yang disampaikan-Nya berulang-ulang itu merupakan latihan iman yang menempa hati Yosua, agar imannya tumbuh lebih besar menaklukkan perasaan gentar dan tawar. Tuhan tidak bosan-bosannya mengingatkan dan melatih Yosua, karena karena Dia adalah Allah yang baik. Dia tidak hanya berjanji, tetapi juga melatih dan menguatkan kita agar iman kita tidak gugur karena rasa takut dan gentar.
Demikian pula, Tuhan menguatkan Yosua agar tidak tawar hati dalam menghadapi tantangan, melalui bukti-bukti pekerjaan tangan-Nya yang nyata. Firman yang menguatkan hati Yosua membuatnya bertindak dengan iman, dan Tuhan pun selalu siap untuk mengerjakan buah-buah ajaib dari iman itu, terutama ketika bangsa Israel berhadapan dengan bangsa-bangsa lain. Yosua bertindak dengan iman hingga dia bukan hanya menerima visi, tetapi bahkan merebut visi itu menjadi kenyataan hidupnya. Yosua bukan hanya mendengar tentang visi, tetapi memiliki visi itu. Dia mengutus pengintai-pengintai lain untuk mengintai Yerikho, lalu memimpin Israel menyeberangi sungai Yordan yang sebenarnya airnya sedang meluap dan berarus deras. Apa yang terjadi saat itu? Pekerjaan tangan Tuhan mendatangkan keajaiban: sungai Yordan terbelah menjadi kering ketika Tuhan memimpin mereka menyeberanginya. Peristiwa ini tentu menjadi peneguhan tersendiri bagi Yosua, bahwa Tuhan yang pernah memimpin Musa dan bangsa Israel menyeberangi Laut Merah yang dibelah-Nya menjadi kering adalah Tuhan yang sama pula yang akan terus memimpin dia dan bangsa Israel di masa penaklukan tanah Kanaan yang telah dijanjikan-Nya itu.
Dipimpin untuk Meruntuhkan Penghalang
Setibanya bangsa Israel di seberang sungai Yordan, Tuhan berfirman kepada Yosua bahwa Yosua bersama para imam harus mengelilingi tembok kota Yerikho selama tujuh hari berturut-turut. Instruksi-Nya jelas. Setiap hari mereka harus mengelilingi tembok sebanyak satu kali dan pada hari ketujuh mereka harus mengelilingi tembok sebanyak tujuh kali sambil para imam meniup sangkakala. Apabila terdengar bunyi sangkakala, haruslah seluruh bangsa bersorak sorai, dan tembok kota Yerikho akan runtuh seketika itu juga. Menurut nalar manusia, instruksi Tuhan ini terkesan aneh dan tidak masuk akal, karena bagaimana mungkin orang bisa meraih kemenangan melawan musuh tanpa berperang? Namun, pelatihan iman Yosua oleh Tuhan sejak lama sebelumnya telah menjadikan hati Yosua teguh dalam kepercayaannya kepada suara Tuhan.
Tugas ini dilakukan oleh Yosua tanpa sedikit pun keraguan akan Firman Tuhan. Dia memimpin bangsa Israel dan para imam melakukan seluruh instruksi itu oleh imannya. Ibrani 11:30 mencatat buahnya, “Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya.” Kota Yerikho sebelumnya dikelilingi oleh tembok-tembok setinggi kira-kira 14 meter dan setebal 6 meter, dan menjadi kota simbol kekuatan yang tak terkalahkan oleh karena perlindungan banyaknya dewa-dewa orang Kanaan. Penyembahan berhala dan dosa memenuhi Yerikho, di tengah-tengah keangkuhan mereka di dalam rasa aman yang palsu itu. Itulah sebabnya, Tuhan menunjukkan kepada Yosua dan seluruh umat-Nya, bahwa Dia adalah satu-satunya Allah yang sejati dan yang tidak terkalahkan. Tuhan tidak menyuruh bangsa Israel berperang dengan cara yang biasa dalam merebut kemenangan awal atas Kanaan itu, tetapi memimpin mereka untuk berperang secara rohani dan meruntuhkan keangkuhan Yerikho sendiri di hadapan mata Israel. Sebegitu kokoh dan megahnya tembok Yerikho, tetapi dapat dihancurkan oleh ketaatan dan tindakan iman Israel dengan pimpinan Yosua. Yerikho hancur, temboknya runtuh, seluruh penduduknya binasa, binatang-binatangnya dibantai, dan selama beratus-ratus tahun kotanya tidak pernah dibangun kembali. “Mereka menumpaskan dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai,” (Yos. 6:21). Melalui iman Yosua, Tuhan menjatuhkan hukuman atas Yerikho sekaligus menggenapi janji-Nya bagi umat-Nya.
Jangan pernah meremehkan iman. Yesus berkata bahwa iman sebiji sesawi pun dapat memindahkan gunung. Setialah di dalam pelatihan iman yang Tuhan sedang kerjakan bagi kita masing-masing, seperti Yosua. Iman yang Yosua miliki hasil pelatihan Tuhan dapat menghancurkan tembok Yerikho yang megah. Tembok atau penghalang sebesar apa yang kini ada di hadapan Anda? Apakah tembok tersebut membuat Anda tidak dapat menerima anugerah Tuhan atas hidup Anda? Milikilah iman yang teguh kepada Allah, bahwa Allah sanggup menghancurkan tembok yang menjadi penghalang di dalam hidup kita. Saat kita menerima janji Tuhan melalui Firman-Nya, kita butuh iman yang kuat dan teguh agar kita sanggup melakukan tindakan iman sesuai instruksi Tuhan dan akhirnya menerima penggenapan janji Tuhan itu.
Kesimpulan yang Tepat
Kiprah Yosua sebagai pemimpin Israel menggantikan Musa tercatat sebagai kisah keberhasilan yang gemilang. Di masa kepemimpinannyalah, bangsa Israel menerima janji Tuhan berupa tanah perjanjian di Kanaan. Bahkan, Yosua memimpin mereka membagi-bagi wilayah Kanaan menjadi milik setiap suku Israel, menurut keputusan Tuhan melalui undian (Bil. 34:1-29). Selanjutnya, Yosua membuat kesimpulan yang tepat atas perjalanan kiprahnya itu, yang diteruskannya menjadi arahan yang amat penting bagi bangsa Israel, “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN,” (Yos. 24:14). Yosua dan keluarganya tetap menyembah Tuhan seumur hidup mereka.
Yosua lahir di tanah Gosyen, Mesir, saat Israel masih diperbudak Mesir. Setelah misi Tuhan baginya selesai, dia meninggal pada usia 110 tahun di tanah Kanaan pada tahun 1245 SM, lalu dikuburkan di daerah milik pusakanya, di Timnat-Serah yang di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas. Akhir hidupnya tercatat berdampak baik, “Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang mengenal segenap perbuatan yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel,” (Yos. 24:31).
Bagaimana dengan Anda dan saya? Relakah kita menjalani pelatihan iman dari Tuhan dan dibawa-Nya menaklukkan berbagai penghalang dalam perjalanan iman kita? Mari pastikan bahwa kita masing-masing mengikuti proses Tuhan bagi iman kita dan tiba pada kesimpulan akhir yang indah pula.