Sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris menyatakan, “You are what you eat,” (Anda adalah apa yang Anda konsumsi). Ini adalah ungkapan yang sering kita dengar atau baca dalam topik mengenai kesehatan dan umur panjang, yang bertujuan agar si pendengar/pembaca serius merenungkan apa saja yang ia konsumsi lalu belajar untuk mengubah/mengendalikannya menjadi lebih baik. Tubuh yang mengkonsumsi asupan seimbang dan diisi dengan hal-hal baik, tentu kehidupannya pun menjadi berkualitas, penuh energi, dan caranya memandang hidup pun menjadi lebih positif. Sebaliknya, apa yang terjadi jika tubuh terus mengkonsumsi zat-zat racun, makanan yang sudah rusak/basi, dengan banyak kandungan bahan kimia buatan dan bahan-bahan berbahaya lainnya? Tentu hasilnya adalah hidup yang juga penuh kelemahan, sakit-penyakit, bahkan bisa berisiko mati lebih cepat.
Hal ini seperti asupan informasi yang masuk ke dalam akal budi dan hati kita. Jika kita ingat, beberapa waktu lalu pemerintah mengambil tindakan yang tidak biasa dalam menghadapi iklim politik yang memanas setelah Pemilihan Umum. Beberapa aplikasi bertukar pesan, gambar, dan informasi diblokir dan dibatasi arus datanya secara khusus, sehingga orang-orang kesulitan saling membagikan berita dan informasi. Langkah ini rupanya dilakukan pemerintah untuk mencegah berita-berita hoaks tersebar luas dan cepat, supaya tidak terjadi risiko menyulut emosi rakyat ataupun menambah ketakutan akan situasi setelah Pemilihan Umum tersebut. Memang, dalam beberapa peristiwa yang sebelumnya hal ini terbukti terjadi; semakin banyak rakyat terpapar pada pemberitaan palsu, semakin besar dan panas pula perpecahan di bangsa ini. Ternyata sebegitu mudahnya manusia menerima informasi yang salah dan menerimanya sebagai kebenaran, dan sebegitu besarnya efek dari mengonsumsi informasi yang salah.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Ams. 4:23)
Situasi bangsa kita ini mengingatkan kita pada kisah Yosua dan Kaleb. Sebagai utusan dari masing-masing suku untuk mengintai tanah Kanaan dan membawa pulang laporan mengenai musuhnya, Yosua dan Kaleb melihat hal yang sama dengan kesepuluh pengintai lainnya. Namun dalam Kitab Bilangan 14, mereka tidak meneruskan informasi yang sama dengan kesepuluh pengintai tersebut. Sementara sepuluh pengintai memberitakan kabar buruk dan membumbuinya dengan berlebihan sehingga fakta berbaur dengan hoaks, Yosua dan Kaleb menyatakan fakta sambil menaklukkan fakta itu kepada kebenaran Allah, “…Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka,” (Bil. 14:9b).
Yang dialami bangsa Israel ini mirip dengan yang masyarakat kita alami hari-hari ini. Saat situasi memang banyak menunjukkan fakta negatif, banyak sekali kabar buruk dan hoaks menghantui masyarakat. Seolah-oleh, wajar bahwa yang kita lihat hanyalah ketakutan dan kegentaran. Sepertinya logis untuk kita berhenti berharap kepada Tuhan dan menyerah pada keadaan, bukan?
Namun, tidak demikian halnya bagi Yosua dan Kaleb. Pengenalan mereka terhadap Allah yang besar, penuh kasih, dan tak akan ingkar janji itu begitu kuat. Iman mereka teguh percaya bahwa bangsa Israel aman di dalam rencana Tuhan, lebih teguh daripada laporan saksi mata yang dibawa dari tanah Kanaan oleh sepuluh pengintai lainnya. Pengenalan Yosua dan Kaleb akan Allah ini lebih dari sekadar percaya, tetapi diiringi dengan pengertian akal budi yang sadar bahwa Allah memang benar-benar lebih besar daripada musuh-musuh mereka.
Bukankah ini yang kita butuhkan sebagai orang-orang yang menerima janji Tuhan dan hidup di zaman ini? Pengenalan akan Allah yang dibarengi dengan pengetahuan, menghasilkan sebuah keyakinan iman bahwa kita punya Allah yang tidak perlu diragukan lagi janjinya. Bahkan ketika situasi semakin keruh dan serba tidak pasti, pengenalan kita yang sejati akan Tuhan membangkitkan iman yang benar. Lalu, bagaimana caranya kita dapat mempertahankan iman meskipun apa yang kita lihat dengan mata jasmani tidak sesuai pengharapan? Bagaimana bisa kita tetap mengikuti Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan?
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” (Yoh 10:27)
Tidak ada cara lain, kita harus mengkonsumsi Firman dan kebenaran-Nya sebanyak mungkin! Kita harus kembali mempelajari kebenaran dan kasih-Nya setiap hari, lebih daripada berita yang dibaca dan didengar di media, apalagi yang diteruskan melalui grup-grup WhatsApp tanpa dasar kebenaran. Yang membuat Yosua dan Kaleb kuat berpegang pada perkataan Allah bahkan ketika seluruh bangsa menolak mereka adalah Firman Kebenaran yang mereka telah kenali dan genggam dengan iman mereka.
Hidup dalam Firman melatih dan membiasakan diri kita untuk mendengar suara-Nya dan mengenal hati-Nya. Dengan begitu banyaknya ajakan dunia ini untuk hidup dalan kekhawatiran dan ketakutan, Allah tetap mengajak kita untuk hidup dalam perlindungan-Nya yang ajaib dan penyediaan-Nya yang sempurna. Ketika kita membangun kehidupan yang berdasar pada Firman, kita bukan sedang menjadi ahli teologi atau penghafal ayat Alkitab yang ulung, tetapi kita sedang melatih hati kita untuk mengenal kasih Allah dan jalan-jalan-Nya dan mendeskripsikan situasi dan kondisi kita dengan bahasa-Nya, sehingga dalam segala situasi bahkan yang tidak enak sekalipun, hati kita dengan yakin menyatakan bahwa Allah sedang bekerja. Kebenaran menjadi sesuatu yang kita yakini, kita tahu, pasti terjadi.
You are what you eat, what you read, what you listen to. Jika Allah telah memilih kita sejak semula untuk berjalan dalam perjanjian-Nya, apakah yang selama ini kita konsumsi dan kita asupkan ke dalam diri kita? Apakah porsinya lebih banyak media informasi di TV/situs berita, pernyataan-pernyataan orang lain, ataukah Firman Kebenaran? Apa pun itu, itulah yang menjadi “kebenaran” yang kita percayai, kita yakini, dan kita tahu. Pilihan ada di tangan kita sendiri.
Mari kita bersama-sama kembali kepada satu-satunya kabar kebenaran yang layak didalami, diselidiki, dan dipelajari, yaitu Firman Allah. Pakailah waktu-waktu yang ada untuk mempelajari hati-Nya, sehingga informasi atau berita apa pun yang mungkin mampir dalam pikiran kita tidak akan mempengaruhi keteguhan iman kita dalam Kristus.