Setujukah Anda bahwa kecantikan wanita sejatinya bersumber dari keindahan hati yang kemudian terpancar melalui sikap-sikapnya? Di sepanjang sejarah, hal ini terbukti berulang kali, termasuk di dalam kisah-kisah Alkitab. Sayangnya, keindahan hati sering kali tak mudah didapatkan. Ada kalanya, tekanan kehidupan datang silih berganti menghampiri dan menguji seorang wanita. Pada masa-masa seperti ini, wanita bisa menjadi terpuruk dan hatinya menjadi semakin terluka serta rusak, atau sebaliknya, wanita bisa mengalami proses pembelajaran yang berharga dan keindahan hatinya pun makin bersinar serta menghangatkan orang-orang di sekitarnya. Mari kita belajar dari sosok-sosok wanita di dalam Alkitab.
Wanita-wanita yang tertulis di dalam Alkitab seperti Maria, Hawa, Sarah, Miriam, Ester, Rut, Naomi, dan banyak lagi lainnya hanyalah deretan wanita yang memiliki sekelumit peran kecil di dalam Alkitab. Tak banyak ayat yang memaparkan kehidupan mereka. Namun, Alkitab menceritakan bahwa keindahan hati mereka menciptakan indahnya dan sempurnanya kehidupan. Mereka memenuhi rencana sempurna Allah lewat kesetiaan dan setiap tindakan yang mereka ambil.
Tak hanya mereka, Tuhan pun dapat memakai masing-masing dari kita – para wanita-Nya – untuk menjadi kuat dan memenuhi panggilan-Nya. Kita masing-masing dapat meneladani tindakan para wanita yang Allah catat namanya di dalam sejarah Kekristenan untuk menginspirasi dan mengajar kita yang hidup di zaman sekarang.
Sifra dan Pua
Sifra dan Pua adalah wanita Mesir, yang secara tradisi dan budaya sebetulnya menganut keyakinan kafir dan bukanlah pengikut Allah Yahweh. Namun mereka juga merupakan para bidan yang takut akan Allah Yahweh yang kepada-Nya umat Ibrani beribadah. Mereka berani mengambil risiko menentang apa yang diperintahkan raja mereka. Tindakan “pembangkangan” ini menyelamatkan banyak anak-anak Ibrani kala itu. Mereka menjadi contoh hebat tentang bagaimana kita bisa tetap bertindak benar meski ditekan oleh otoritas atau kekuasaan yang jahat. Keberanian yang dimiliki Sifra dan Pua didasari oleh pengenalan yang kuat akan Allah Israel, sehingga mereka tahu apa yang mereka lakukan adalah benar. Hasilnya, mereka berpegang teguh pada apa yang mereka yakini dan menolak untuk membunuh anak-anak Ibrani. Tanpa semua ini, Musa si sosok terpenting dalam kisah pembebasan Israel dari Mesir melintasi padang gurun menuju tanah perjanjian di Kanaan mungkin tak akan pernah bertumbuh besar.
Tamar
Suramnya kehidupan tak membuat Tamar menyerah. Ia seorang wanita yang tidak memiliki anak dan hanya bergantung pada pengharapan yang ditawarkan ayah mertuanya – Yehuda. Tampaknya, Yehuda tak cukup yakin sehingga janjinya untuk memberinya seorang putra untuk melanjutkan garis keluarga tidak pernah ditepatinya. Namun, Tamar tetap teguh dalam keyakinannya. Dengan keberanian penuh, Tamar berpakaian sebagai pelacur, tidur dengan ayah mertuanya (yang tidak mengenali si menantu nekat ini), lalu mengandung seorang putra olehnya. Perkara ini pastinya kedengaran aneh bagi kita di era ini, tetapi dalam budaya Israel pada saat itu Tamar lebih dihormati daripada Yehuda, karena ia melakukan apa yang diperlukan untuk melanjutkan garis keturunan. Alih-alih mendapat cibiran, Tamar mendapatkan rasa hormat dari ayah mertuanya dan berhasil melanjutkan garis keturunan Yehuda. Kekuatan hatinya menghadapi ujian demi ujian membawa namanya kepada garis keturunan yang mengarah kepada kelahiran Yesus Sang Mesias, yang disebutkan dalam Matius 1:3.
Lidia
Dalam Kisah Para Rasul 16:14-15, Lidia digambarkan sebagai penyembah Allah dan seorang wanita pengusaha. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia dan seluruh keluarganya dibaptis. Tak berhenti sampai di situ, Lidia kemudian membuka rumahnya untuk Paulus dan rekan-rekannya, ia menawarkan keramahan kepada para misionaris. Sebagai penjual kain ungu, Lidia jelas memiliki status sosial terhormat di tengah-tengah masyarakat, karena sudah pasti ia wanita yang kaya. Namun, status sosial dan kekayaan yang dimilikinya tak menghalagi hasratnya untuk melayani Tuhan. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Lidia rendah hati menawarkan keramahtamahan kepada orang lain. Kelembutan hatinya menjadi teladan bagi kita hari ini, yang mudah terjebak oleh gemerlap dan kenyamanan status atau prestasi. Lukas menyebutkan nama Lidia dan mencatat pentingnya peran Lidia dalam sejarah awal kekristenan.
Pada akhirnya, setiap orang, termasuk setiap wanita, tentu terus-menerus berhadapan dengan ujian kehidupan. Yang membedakan mereka hanyalah bagaimana mereka menghadapi ujian kehidupan itu: oleh kekuatan sendiri sehingga hati mereka semakin terluka dan rusak, ataukah oleh kekuatan Tuhan sehingga hati mereka terproses menjadi lebih indah. Nama-nama wanita yang kita telusuri sebelumnya hanyalah beberapa contoh dari banyak wanita kuat dalam Alkitab yang lebih mengandalkan Tuhan daripada mengandalkan diri mereka sendiri dalam menghadapi ujian kehidupan. Segala tindakan yang diambil lahir dari keindahan hati yang dipenuhi dengan kasih Tuhan, dan ujian kehidupan itu memproses hati mereka menjadi lebih indah lagi, sehingga segala perbuatan mereka mengilhami setiap kita untuk memiliki kehidupan yang indah di dalam Tuhan. Beautiful heart, beautiful life…
Sumber:
– Ia Dinamai Perempuan, Gien Karssen
– Women in the Bible Who Exceeded Expectations, Kate Edwards