///Bukan Dia yang Menjauh, Akulah yang Menjauh

Bukan Dia yang Menjauh, Akulah yang Menjauh

Lebih dari dua bulan kita telah menjalani karantina di rumah saja, demi penyebaran virus mereda lalu selesai. Dalam masa dua bulan lebih ini, tak sedikit golongan masyarakat atau aspek kehidupan yang babak belur akibat pandemi virus Corona baru ini. Bukan saja perkara ekonomi dan kondisi bangsa yang menjadi rumit, urusan menjadi ibu rumah tangga pun tak kalah peliknya. Virus Corona baru membuat para ibu pontang-panting dengan segala urusan di rumah. Mulai dari urusan perut seluruh anggota keluarga tiap pagi, siang, dan malam, urusan menjadi guru yang mengajar anak saat bersekolah di rumah, sampai beragam urusan pekerjaan dari kantor yang tetap harus diselesaikan selama kebijakan bekerja di rumah diterapkan… Rasa-rasanya, waktu 24 jam tak cukup untuk menyelesaikan semua tugas seorang ibu rumah tangga.

Sebagai ibu rumah tangga, aku pun mengalami semua itu. Lelah? Sudah pasti! Jenuh? Jangan ditanya! Ingin rasanya waktu berhenti sejenak. Namun apa daya, waktu dan kehidupan tak akan menunggu; semua harus dikerjakan tepat waktu agar tak ada yang terlewat. Rutinitas yang sangat melelahkan selama dua bulan ini bahkan tanpa terasa telah membuat aku merasa jauh dari Allah…

Siang tadi, alunan lagu lawas yang kudengar ketika mencuci piring siang tadi, “From a distance…”, mewakili perasaan di hatiku. “Tuhan, mengapa Engkau terasa jauh?” jeritku dalam hati. Sejurus kemudian, sebersit suara yang lembut berkata dalam hatiku, “Emmanuel!” Aku tersentak mendengarnya. Ya, bukan Tuhan yang menjauh. Dia Imanuel, Allah yang selalu besertaku. Rupanya, akulah yang telah menjauh. Aku disibukkan dengan rutinitasku setiap hari, sehingga lupa bahwa Dia senantiasa berada di dekatku, memperhatikanku, dan memberikan segala yang aku perlukan agar aku bisa menjalani hari-hariku.

Segera, kuputuskan untuk berhenti sejenak dari semua tugas-tugasku. Kuambil Alkitab dan kubaca perlahan perikop yang berisi puji-pujian untuk istri yang cakap dalam Amsal 30:10-31, “...Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua …

Kini aku mengerti. Seorang istri atau ibu adalah jantung dari sebuah rumah. Tanpa kehadirannya, sebuah rumah menjadi sepi dan dingin. Itulah sebabnya, kita yang ibu rumah tangga memiliki julukan homemaker.

Jika hari-hari ini terasa sangat sulit bagi kita untuk berperan sebagai ibu/istri dengan maksimal, mari kita lihat teladan Allah sebagai homemaker semesta yang kita jadikan sebagai rumah/tempat tinggal ini. Mazmur 19:1-4 menyatakan, “Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar.” Meskipun pandemi terjadi, Allah tetap menetapkan mentari bersinar di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat, setiap pagi dan setiap senja. Juga di tengah-tengah pandemi, Dia menyediakan makanan untuk kita nikmati setiap hari dan rumah untuk kita bernaung. Allah merupakan Sang Homemaker yang paling ulung. Segala yang ada di bumi ini menceritakan kemuliaan, kasih, dan penyediaan-Nya bagi kita.

Dengan cara yang sama, kita pun dapat menjadi homemaker; segala hal yang kita hadapi sehari-hari dapat menceritakan kemuliaan-Nya. Jangan biarkan rutinitas menghalangi pandangan kita daripada-Nya. Mari mulai mengambil berbagai tindakan kecil untuk menyadari kehadiran dan penyertaan-Nya sepanjang hari, misalnya dengan mengucap, “Selamat pagi, Tuhan,” atau “Terima kasih, Tuhan,” atau bahkan, “Tolong aku Tuhan!” Kita juga mungkin hanya ingin berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” Jika kita menyadari Tuhan senantiasa beserta dengan kita, tentu kita akan mengetahui bahwa iman kita kepada Dia tak akan pernah sia-sia. Dengan demikian, ada kekuatan baru bagi kita setiap hari.

 

Refleksi Diri:

  1. Sudahkah Anda menyapa Tuhan setiap pagi? Sudahkah Anda biasa merenungkan perkataan-Nya dan menjadikan perkataan Tuhan itu kekuatan Anda sepanjang hari ini?
  2. Apakah Anda menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan itu jauh lebih dekat daripada orang-orang terdekat Anda?
2020-05-25T12:47:09+07:00