Bukan waktu yang singkat Lestari meluangkan hampir setiap harinya dengan setia mengirimkan pesan-pesan singkat berisi kata-kata yang menguatkan dan meneguhkan saya. Bahkan, kadang saya mendapatkan peneguhan akan apa yang sedang saya cari dalam kehidupan ini lewat pesan-pesan dari Lestari. Semuanya seolah menyemangati saya untuk mengambil sebuah keputusan yang penting… Setelah berbulan-bulan lamanya saya menerima pesan-pesan itu, akhirnya menyampaikan kabar sukacita kepada Lestari: bahwa saya sudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat dan Tuhan bagi saya secara pribadi. Seperti biasanya, Lestari pun menyambut kabar gembira itu dengan ketulusan dan sukacita. Dia memberi saya sebuah hadiah yang sangat berharga, Alkitab pertama saya, sambil mengucapkan pesan yang saya selalu ingat, “Kamu akan semakin mengenal Allah dan bertumbuh dewasa kalau kamu bertemu dengan Dia setiap hari.” Ya, kata-kata ini menjadi penyemangat bagi saya untuk setiap hari bertemu dengan Kristus. Seiring waktu berjalan, tanpa saya sadari ada banyak hal yang telah berubah pada diri saya sejak saya mengenal Allah secara pribadi. Betapa indahnya kehidupan saya yang baru ini!
Ketika saya renungkan, apa yang dilakukan Lestari kepada saya sesungguhnya merupakan investasi iman yang sangat berharga. Saya teringat akan kisah Filipus di dalam Alkitab, bagaimana ketika Yesus mengajak Filipus untuk menjadi pengikut-Nya. “Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” (Yoh. 1:43). Tak lama sejak Filipus menerima ajakan itu, ia pun segera memberi tahu teman dekatnya, Natanael, “Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret,” (Yoh. 1:45). Ajakan Filipus ini tidak serta-merta diterima oleh Natanael; dia meragukan apa yang disampaikan oleh teman terdekatnya ini. Namun, hal ini tidak membuat Filipus menjadi kecewa atau meninggalkan sahabatnya itu. Sebaliknya, Filipus mengajak Natanael untuk bertemu secara pribadi dengan Yesus, “Mari dan lihatlah!” (Yoh. 1:47). Kita tahu, saat itu perjumpaan Natanael secara pribadi dengan Yesus mengubah segala yang semula dipikirkannya. Natanael pun akhirnya mengakui Yesus sebagai Anak Allah (Yoh. 1:49).
Saya bisa membayangkan, saat itu tentu bukan hanya Natanael yang bersukacita, tetapi Filipus pun pasti mengalami lonjakan sukacita berkali-kali lipat banyaknya. Seperti Lestari bersukacita saat saya menerima Yesus Kristus. Pada akhirnya, orang terdekat yang kita kasihi memiliki kepastian dan kepercayaan yang sama bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahkan dia kelak akan melihat segala janji Yesus menjadi nyata bagi dirinya. Sungguh, tidak ada sukacita yang lebih besar daripada saat kita bisa melihat orang-orang terdekat yang kita kasihi menjadi percaya kepada Kristus.
Selanjutnya, perenungan pun membawa saya mengingat kembali apa yang Lestari lakukan kepada saya sebelum saya menjadi orang percaya. Pesan-pesan singkat dan segala interaksi kami rupanya merupakan sebuah bentuk pemuridan yang tidak saya sadari. Saya dimuridkan untuk menjadi percaya kepada Kristus. Bahkan pemuridan ini tak berhenti di situ saja, setelah menjadi orang percaya pun saya tetap dimuridkan sampai saya makin mengenal pribadi Kristus dalam hidup saya sehari-hari. Betapa saya patut bersyukur untuk hal ini…
Pemuridan mempunyai tujuan yang besar yaitu memberitakan Injil Allah, tetapi hal ini tidak akan terjadi dengan hanya pemberitaan Firman. Dibutuhkan suatu kerelaan untuk pemurid memberikan diri menjadi teladan yang hidupnya dipelajari oleh orang lain. Siapkah kita menjadi pemurid? 1 Timotius 2:8 berkata, “Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” Rasul Paulus mengetahui bahwa keteladanan hidup akan ditangkap lebih banyak dibandingkan ribuan nasihat kehidupan, dan itu sebabnya selain mengajarkan injil Kristus, dia juga membagi hidupnya dengan murid-muridnya. Ini sama dengan apa yang dilakukan Lestari. Dia bukan hanya membagikan ayat-ayat Firman ketika saya masih belum mempercayai Kristus, dia juga membagi hidupnya. Memang, hidup Lestari yang banyak kali mengalami penyertaan Tuhan itulah yang membuat saya tertarik untuk mengenal Kristus lebih dan lebih lagi.
Ajakan untuk mengenal Yesus merupakan sebuah hadiah terbaik yang bisa kita terima dan berikan kepada orang lain. Investasi yang amat sangat berharga. Itulah sebabnya, kita perlu mengambil bagian di dalamnya. Mari menjadi pemurid yang tak pernah jemu membagikan hidup kepada sesama agar mereka dapat menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Mari kita jalankan bersama mandat yang Tuhan telah beri, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” (Mat. 28:19). Setiap pengikut Kristus harus membantu orang yang belum percaya kepada Kristus menjadi percaya, dengan cara menunjukkan kepada mereka siapa Kristus itu. Demikian pula selanjutnya, setiap pengikut Kristus juga harus membantu orang percaya lainnya untuk bertumbuh semakin dewasa. Inilah yang disebut dengan pemuridan. Mari terlibat di dalamnya.
Pertanyaan Refleksi:
- Pernahkah Anda memiliki teman atau orang terdekat yang memuridkan Anda sehingga iman Anda bertumbuh kepada Kristus?
- Siapa yang akan Anda ajak untuk mengenal Yesus secara pribadi, dan siapa yang akan Anda berikan teladan hidup?