Kelompok pemuridan Santi, Tina, dan Bella sudah terbentuk sejak bulan Mei 2019, tetapi sampai hari ini di tahun 2020, mereka baru bertemu tiga kali untuk melakukan pemuridan bersama-sama. Awalnya mereka sepakat bertemu dua minggu sekali dan berhasil, tetapi kemudian karena setiap orang mempunyai kesibukannya masing-masing, akhirnya mereka bertemu sebulan sekali sebanyak dua kali, sampai akhirnya tidak pernah lagi ada waktu yang berhasil disepakati.
“Maaf, saya tidak bisa di Sabtu ini, karena sudah ada janji.”
“Kalau hari Rabu, saya ada jadwal fitness, jadi tidak bisa ikutan.”
“Minggu depan jadwal saya sudah full.”
Itulah sebagian dari kalimat-kalimat khas yang muncul dalam percakapan grup WhatsApp mereka ketika mereka sedang berusaha menyepakati jadwal pertemuan. Percakapan biasa berakhir tanpa pernah mencapai kesepakatan kecuali keputusan untuk membahas jadwal kembali pada bulan berikutnya… Dan, demikianlah seterusnya berulang-ulang.
Sebenarnya, begitu sulitkah menentukan waktu untuk mempraktikkan “saling” dalam kelompok pemuridan? Mengapa aktivitas-aktivitas kita setiap hari sepertinya sudah menghabiskan seluruh waktu kita dalam sehari sehingga tidak ada lagi waktu untuk bertumbuh bersama teman-teman seiman dalam satu atau dua jam saja? Apakah kita, seperti Santi, Tina, dan Bella, kekurangan waktu dalam sehari? Ke mana perginya sang waktu yang 24 jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu itu? Harus berlari selelah apa kita untuk memburu dia?
Kalau kita renungkan, setiap hari memang waktu terasanya makin cepat berlalu, sedangkan kesibukan terus meningkat. Seolah, 24 jam dalam sehari tidak cukup untuk segudang aktivitas dalam satu hari. Mulai dari bangun pagi (tidak boleh terlambat!), bersaat teduh (wajib!), persiapan kerja (pakai baju apa, ya?), meeting dengan si A, diskusi dengan si B, mengerjakan tugas-tugas rutin di tempat kerja, sampai kegiatan mendadak (atau yang terjadwal) pada malam hari, semua dikerjakan terburu-buru sambil berkejaran dengan waktu, hingga tidak ada lagi waktu sisa untuk benar-benar merawat kondisi kerohanian kita. Bertemu dalam kelompok pemuridan bersama pun nyaris mustahil. Inilah realitas keseharian kita dan inilah kesimpulan dalam pemikiran kita. Namun, benarkah ini semua harus diterima begitu saja, padahal Tuhan sudah menyediakan 24 jam sehari kepada semua ciptaan-Nya untuk dipergunakan sebaik mungkin?
——————
Kunang-kunang diciptakan Tuhan sebagai hewan yang masa hidupnya singkat. Saat kunang-kunang dewasa, dia hanya mempunyai waktu 21 hari untuk bereproduksi, lalu setelahnya dia mati. Kunang-kunang mempergunakan waktunya yang singkat itu untuk segiat-giatnya melakukan tujuan hidupnya, yaitu berkembang biak. Pada malam hari, kunang-kunang akan memancarkan sinar untuk saling mengenali antara jantan dan betina sekaligus untuk memberi sinyal tanda siap kawin. Dalam masa hidup yang sedemikian singkatnya, kunang-kunang mengusahakan dan mencapai tujuan hidupnya.
Bagaimana dengan kita, manusia? Dalam waktu sebanyak 24 jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dalam masa hidup yang rata-rata 70-80 tahun, apakah kita juga bergiat mengusahakan untuk menggenapi tujuan/rencana Allah dalam hidup kita, atau apakah kita justru terlalu sibuk dengan rencana-rencana kita sendiri? Firman Tuhan dalam Mazmur 90:12 berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Ini jelas mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu 24 jam setiap hari yang Tuhan berikan dengan bijak. Bijak yang dimaksud di sini adalah mengelola waktu dengan baik agar rencana Allah dalam hidup kita digenapi. Sayangnya, sering kali kita mempergunakan waktu yang ada untuk kepentingan dan rencana kita sendiri, dan melalaikan dengan tujuan/rencana Tuhan. Kita tergesa-gesa dengan segala agenda kita sendiri dan lupa dengan misi kita di dunia ini sebagai umat tebusan-Nya. Hal-hal dan kegiatan dari/di gereja pun menjadi tambahan pemenuh jadwal saja, termasuk pemuridan, bukan lagi prioritas utama kita sebagai murid Kristus. Kita tidak lagi menyadari bahwa Yesus pun sudah memberi teladan dalam melakukan pemuridan selama hidup-Nya di dunia dan kita serta segala suku di berbagai pelosok bisa mendengar berita Injil karena dampak dari pemuridan yang berhasil.
Kembali ke soal pemuridan, mengapa kita sulit untuk melakukan pemuridan bersama? Menuruti keinginan daging; kadang-kadang itulah yang kita lakukan dalam menggunakan waktu yang kita miliki, bukan melakukan keinginan Tuhan. Memang benarlah apa yang Paulus tuliskan di Roma 7:19, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Dalam ayat ini Paulus melukiskan pengalamannya sebelum bertobat. Dosalah yang menjadi tuan dalam hidupnya, sekalipun ia berusaha untuk melawannya.
Hari ini, mari kita kembali mengingat bahwa sebenarnya Allah yang telah memberikan Yesus untuk menebus kita supaya kita jangan lagi hidup dalam keinginan daging. “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh,” (Roma 8:2-4). Mari kita sekarang hidup menurut Roh, bukan menurut daging lagi, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,” (Gal. 5:25). Apa yang dilakukan oleh Roh adalah seturut dengan kehendak Allah dan melakukan misi Allah di dunia ini, yaitu memperluas Kerajaan Allah di bumi ini. Kita yang sudah ditebus-Nya sudah selayaknya mempersembahkan hati yang bijaksana kepada Allah dalam memanfaatkan waktu yang diberikan-Nya untuk kita pergunakan bagi Kerajaan Allah.
Refleksi pribadi:
- Apa saja yang menjadi prioritas hidup Anda selama ini?
- Apakah Anda sudah berada dalam kelompok pemuridan?
- Jika belum, apa yang menjadi kendala Anda untuk bergabung dalam kelompok pemuridan?
- Jika sudah, evaluasilah dalam kelompok pemuridan Anda apakah sudah berjalan dengan efektif sehingga Anda dapat menjalankan misi Tuhan dalam hidup Anda. Jika belum efektif, mulailah lakukan perbaikan.