///Tak Ada yang Sanggup Berjalan Sendirian

Tak Ada yang Sanggup Berjalan Sendirian

Violet bukan perempuan yang biasa-biasa saja. Ia merupakan sosok yang memiliki pengaruh sangat besar di komunitas kami. Bukan satu dua kawan saja, sejak ia menerima Yesus secara pribadi dalam hidupnya, banyak sekali kawan di lingkungannya yang diajaknya juga untuk mengenal Kristus. Violet datang dari latar belakang keluarga yang rusak, kehidupannya telah lama terbiasa liar sekehendak dirinya, narkoba menjadi sahabatnya sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, sejak perjumpaannya dengan Kristus secara pribadi, segalanya menjadi berubah. Violet menjadi sosok yang begitu giat memperkenalkan Kristus kepada kawan-kawannya yang datang dari berbagai kalangan itu: mulai dari preman pasar, pengedar narkoba, ibu rumah tangga, tukang parkir, bahkan para orang tua kawan-kawannya sendiri yang dulu sering melarang anaknya untuk bergaul dengan Violet! Violet pun mulai membangun komunitas sel di rumah kosnya yang sempit itu. Kelompok yang bermula dari lima orang kawan dekatnya itu kemudian bertumbuh menjadi banyak, bahkan bermultiplikasi hingga terbentuk sebuah gereja kecil di lingkungan itu. Violet memang sosok yang sungguh berdampak. Kehadiran Yesus dalam hidupnya membuat ia tak henti bergiat membagikan kabar keselamatan kepada orang-orang yang dijumpainya.

Violet yang dahulu dikenal liar dan pengguna narkoba, kini menjadi pemimpin yang dipandang, dikagumi, dan diteladani orang-orang di komunitasnya. Sayang, segalanya berubah ketika godaan kecil itu datang. Suatu hari saat ia pulang dari bekerja, Violet yang sangat lelah dengan berbagai aktivitas pelayanan dan pekerjaan bertemu dengan Anthony, kawan lamanya. Tawaran kecil dan rayuan manis Anthony saat itu menjadi titik awal kehancuran Violet. Mencoba sedikit barang haram yang telah lama ditinggalkannya dan berpacaran dengan Anthony membuat Violet perlahan-lahan melupakan kasih mula-mulanya dengan Kristus. Ia menjadi sosok yang kembali temperamental dan tak lagi hidup di dalam komunitas yang dibangunnya. Kali ini, hidupnya menjadi lebih kelam daripada sebelumnya. Kejatuhan Violet pun segera tersebar di lingkungan orang-orang yang telah menjadi pengikut Kristus oleh pengaruhnya. Satu per satu dari orang-orang yang pernah dilayaninya ikut meninggalkan komunitas rohani yang dibangunnya. Ada yang kembali ke kehidupan dosa lamanya; ada pula yang beralih ke kepercayaan lain. Mereka semua kecewa melihat perubahan Violet.

Tak terasa, sepuluh tahun berlalu, dan aku sendiri akhirnya bertemu kembali dengan Violet. Ia menceritakan kehidupannya kini; prosesnya untuk kembali bangkit dan menemukan kasih mula-mula yang sempat dilupakannya. Tak mudah baginya untuk kembali. Hantaman terbesar adalah penghakiman dan rasa tertuduh yang begitu besar di hatinya sendiri. Betapa tidak, Violet sadar betul ia telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Kristus demi cinta yang semu dalam kehidupan liar yang penuh dengan dosa. Rupanya, pada suatu titik terendah yang bahkan tak mampu diceritakannya karena begitu memalukan, Violet menyadari betapa dalamnya ia telah jatuh dan bahwa ia sungguh tak sanggup bangkit dan berjalan kembali sendirian. Ia butuh orang lain untuk menolongnya. Ia ingat, sejak awal kekristenannya dulu, ia tidak pernah memberi diri untuk dimuridkan secara khusus. Dulu ia berdiri sendiri, merasa dirinya sanggup karena ‘toh hatinya menyala-nyala dengan cinta untuk Kristus, berusaha dengan kekuatannya untuk tetap menjadi pribadi yang “rohani”. Padahal, jauh di dalam nuraninya, ia merasa sendiri dan tak berdaya mengatasi segala godaan kelemahan-kelemahan diri. Dalam proses bangkitnya kali ini, Violet tak sendiri. Sudah hampir setahun terakhir ini, ia dimuridkan dan dibimbing untuk menemukan kekristenan yang sejati dalam wadah komunitas jemaat lokal yang kecil di daerah lokasi pekerjaannya sekarang. Bahkan, baru minggu lalu Violet menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang baru: memuridkan seorang rekan kerja yang mengenal Kristus lewat waktu-waktu bersama dengan Violet dan pemuridnya.

Status pengikut Kristus memang tidak menjamin segalanya akan menjadi lebih mudah. Pelayanan yang kita lakukan tak menjamin akan membuat kita bertumbuh secara rohani. Violet bukan satu-satunya yang pernah mengalami kegagalan, para pengikut Kristus yang ternama pun tak sedikit yang memilih untuk berhenti dan berbalik arah; padahal pengajaran mereka pernah turut mengubah hidup kita, lagu-lagu rohani yang mereka ciptakan masih sering kita nyanyikan saat menyembah Tuhan, dan orang-orang yang mereka pernah layani pun banyak yang telah bertumbuh menjadi tokoh atau pemimpin di tempatnya masing-masing. Mengapa demikian?

Jauh melampaui segala status dan aktivitas, kualitas hubungan dengan Kristuslah yang sesungguhnya menjadi penentu kualitas kekristenan kita, dan ini perlu dibangun setiap saat. Padahal, siapa yang kuat untuk berdiri dan berjalan sendirian sementara godaan dan tekanan setiap detik menghampiri?  Tak hanya Violet, kita semua pun tak sanggup. Kita semua membutuhkan orang lain untuk menolong kita; memuridkan dan membimbing kita dalam perjalanan hubungan dengan Kristus. Kunci kebangkitan Violet untuk bangkit yaitu melalui pemuridan. Tidak ada yang dapat bertahan dan berjalan sendirian; kita membutuhkan orang lain untuk dapat terus bertumbuh di dalam iman. Apakah hari ini Anda pun masih hidup di dalam pemuridan?

Tujuan utama pemuridan ialah untuk bertumbuh semakin serupa dengan Kristus.  Selama berada di bumi, Kristus menanggung semua cobaan, rasa sakit, dan penderitaan yang sama dengan yang dialami manusia, untuk membuktikan diri-Nya sebagai teladan yang sempurna bagi kita. Karena itu, salah satu tujuan utama dari pemuridan Kristen adalah untuk meneladani karakter Kristus sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:21, “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”

Selain bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus, pemuridan Kristen juga pasti membawa kita semakin mengenal pribadi Allah Bapa. Dalam tiga tahun pelayanan Yesus di bumi, Dia sering menyatakan bahwa tujuan pelayanan-Nya ialah untuk mengajar murid-murid-Nya tentang Bapa-Nya. Kristus ingin kita tahu bahwa Allah itu hidup, nyata, berdaulat, pengasih, dan sedang mempersiapkan tempat bagi orang-orang percaya di surga (Yoh. 14:1-14).

Selanjutnya, dalam proses pertumbuhan dan pengenalan itu, melalui pemuridan kita didorong untuk berbuah bagi Kerajaan Allah (Yoh. 15:8, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu,”).

Di awal tahun yang baru ini, mari kita mengambil komitmen untuk tinggal di dalam pemuridan. Inilah perjalanan kekristenan yang sesungguhnya. Di dalam pemuridanlah, kita bertumbuh, berakar, dan berbuah bagi Kerajaan Allah.

 

“Kekristenan tanpa pemuridan adalah kekristenan tanpa Kristus.” (Dietrich Bonhoeffer)

 

Refleksi pribadi:

  1. Apakah pertumbuhan kerohanian telah menjadi proritas hidup Anda?
  2. Apa saja yang masih menghambat Anda untuk berkomitmen hidup dalam pemuridan? Maukah Anda menyerahkan segala penghambat itu kepada Tuhan dan mengizinkan-Nya membawa Anda ke dalam pemuridan?
  3. Mintalah kepada Tuhan agar Ia menujukkan pemurid (bapak/ibu rohani) yang dapat membimbing Anda di dalam pemuridan; lalu, mintalah orang yang Tuhan tunjukkan itu untuk memuridkan Anda.
2019-12-18T15:26:54+07:00