///Tertanam dalam Gereja Lokal

Tertanam dalam Gereja Lokal

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa yang sangat memengaruhi kehidupan warga dunia, termasuk orang-orang percaya. Setelah pandemi mereda, dalam diri banyak orang Kristen telanjur terbentuk gaya hidup baru yang semakin bersifat individualis. Banyak sekali, mungkin jutaan jumlahnya, orang Kristen sekarang telah meninggalkan persekutuan di gereja lokal. Mereka merasa lebih nyaman beribadah secara online melalui tayangan langsung di YouTube dan saluran-saluran lainnya daripada mengikuti pertemuan secara on site dengan kehadiran fisik. Tentu tidak ada salahnya kita beribadah secara online; ibadah online banyak sekali manfaatnya, apalagi di masa pembatasan aktivitas berkumpul saat pandemi. Tuhan memakai teknologi internet untuk menolong kita untuk dapat mengatasi situasi yang tidak normal tersebut. Bahkan sesudah pandemi mereda pun, penggunaan teknologi internet pun masih kita perlukan untuk menolong kita untuk melakukan pemuridan/pelatihan dari jarak jauh di kota-kota yang sangat sibuk serta ke berbagai lokasi yang jauh. Namun, tak dapat dipungkiri pula bahwa sesudah pandemi mereda banyak orang Kristen yang tidak mengerti pentingnya hidup bersekutu dengan kehadiran fisik karena telanjur menikmati kenyamanan dari teknologi itu, sehingga menjadi malas untuk hadir langsung secara fisik. Sayang sekali, banyak orang Kristen tidak menyadari persekutuan langsung sesama orang percaya dalam gereja lokal sangatlah penting untuk pertumbuhan mereka agar berbuah-buah.

 

Mengapa kita perlu tertanam dalam gereja lokal? Apa saja maksud pentingnya?

  1. Keselamatan berkaitan dengan ketercantuman kita ke dalam Tubuh Kristus/gereja lokal (Efesus 2:1-22)

Menurut Efesus pasal 2, keselamatan bukanlah hanya berarti orang mengalami pengampunan dosa oleh penebusan Kristus, melainkan orang mengalami tiga hal yang esensial: a. dibaptis atau dicantumkan ke dalam Tubuh Kristus (Ef. 2:11-18); b. dilahirkan baru ke dalam keluarga ilahi dengan Allah sebagai Bapa (Ef. 2:18-19); dan c. menjadi batu hidup yang tertanam dan disusun rapi menjadi Bait Roh Kudus. Singkatnya, keselamatan juga berarti ketertanaman ke dalam gereja lokal yang adalah Tubuh Kristus. Kita dapat melihat hal ini terjadi pada gereja mula-mula:

…“sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kis. 2:47, TB)

…“praising God and having favor with all the people. And the Lord added to the church daily those who were being saved.” (Acts 2:47, NKJV)

Menurut ayat ini, orang-orang yang diselamatkan itu ditambahkan kepada gereja lokal (gereja di Yerusalem yang berjumlah sekitar tiga ribu orang). Orang yang diselamatkan pasti menjadi tertanam ke dalam gereja lokal. Selanjutnya kita juga dapat melihat dalam Kisah Para Rasul 5:14, orang-orang yang percaya dalam jumlah yang besar ditambahkan kepada “TUHAN”.

Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.” (Kis. 5:14)

 

Siapakah “TUHAN” di sini? Jelas ini adalah “Kristus korporat”, yaitu Yesus (Kepala) bersama jemaat atau gereja lokal (Tubuh-Nya). Hal ini meneguhkan bahwa setiap orang percaya yang diselamatkan itu tertanam ke dalam gereja lokal. Keselamatan dan kelahiran baru erat berkaitan, bahkan pasti diikuti, dengan ketertanaman seseorang ke dalam gereja lokal. Jika kita membaca Kisah Para Rasul 2:46, selanjutnya kita dapat melihat lebih detail praktik ketertanaman itu, bahwa orang-orang percaya itu bukan hanya bersekutu setiap hari di Bait Allah (serambi Salomo), tetapi juga bersekutu di dalam komunitas kecil di rumah-rumah (Kis. 2:46).

 

  1. Tertanam dalam gereja lokal berarti mendapat tudung rohani yang melindungi jiwa kita (Ibrani 13:17)

Alasan dan maksud penting kedua mengapa kita perlu tertanam di dalam gereja lokal adalah karena Allah menyediakan tudung rohani dalam gereja lokal untuk melindungi kita dari bahaya serangan musuh.

Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” (Ibr. 13:17)

Ternyata, kepada setiap pemimpin (penatua/gembala) di gereja lokal diberikan sebuah tudung rohani untuk melindungi jemaat yang ada di bawah kepemimpinannya. Siapa yang memberikan dan memercayakan tudung rohani ini? Kristus sendiri, Sang Kepala Gereja. Ini berarti jika seseorang tidak bergabung ke dalam gereja lokal, atau dia tidak taat dan tunduk kepada pemimpin gereja lokalnya, dia tidak akan ternaungi oleh tudung perlindungan tersebut. Padahal, tudung perlindungan tersebut sangatlah penting untuk melindungi kita dari serangan “serigala”, dari doktrin-doktrin ekstrem serta ajaran-ajaran sesat yang berusaha menyelewengkan jiwa kita. Karena itu, komunitas lokal barulah disebut sebagai gereja lokal, kalau sudah ditetapkan penatua-penatua sebagai gembala yang berjaga-jaga atas jiwa jemaat yang ada di dalamnya. Tugas penatua ini tidak main-main, dan ini berasal dari Kristus sendiri.

Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.” (Kis. 14:22-23)

Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kis. 20:28)

 

  1. Pertumbuhan dan buah-buah terjadi lewat disiplin rohani dalam gereja lokal (Matius 18:15-20)

Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.(Mat. 18:12, 15-20)

Perikop di atas berbicara dari konteks disiplin rohani yang harus diterapkan oleh gereja lokal. Apabila ada domba yang tersesat (terikat dosa dan meninggalkan gereja lokal), kita masing-masing wajib menasihati domba tersebut. Tindakan menasihati ini bukan hanya dilakukan sekali, tetapi perlu terus-menerus. Bagaimana caranya? Kita harus melakukannya secara empat mata (pribadi). Jika domba tersebut tidak mendengarkan, bawalah dua atau tiga orang (komunitas inti: kompak, pemuridan) sebagai saksi. Keberadaan dua atau tiga orang ini penting karena di dalam komunitas dua atau tiga orang tersebut ada kuasa kesepakatan sehingga mereka dapat menggunakan kunci kerajaan untuk melepaskan jiwa tersebut dari dosa-dosa yang mengikatnya. Namun, jika orang tersebut tetap tidak mau mendengarkan nasihat dengan dua tiga saksi itu, kita perlu melaporkan halnya kepada jemaat (kepada penatua yang bertanggung jawab atas jemaat itu). Jika orang tersebut masih juga tidak mau mendengarkan jemaat, sangatlah mungkin orang tersebut sebenarnya bukanlah “domba” sejati yang sudah lahir baru, melainkan “kambing”, yaitu orang yang belum lahir baru. Oleh sebab itulah kita disuruh untuk menganggap orang tersebut sebagai orang yang belum mengenal Allah, yang berarti menolong dia ke arah kelahiran baru dan pertobatan yang sejati.

Inilah alur dan proses disiplin rohani yang seharusnya diterapkan gereja lokal. Jika diterapkan, jemaat yang terikat dosa dan yang ingin undur dari gereja lokal dapat dibebaskan dan kembali bertumbuh sehat bersama komunitas jemaat. Tujuan ini tidak dapat tercapai jika seseorang tidak bergabung ke dalam gereja lokal; dia tidak mungkin dapat mengalami penyucian/pemulihan lewat disiplin rohani jika hanya beribadah secara online sendirian. Hanya orang yang bersekutu langsung dalam gereja lokallah yang dapat mengalami hasil dari praktik disiplin rohani tersebut (1 Kor. 5:12). Kita dapat melihat dari hal ini bahwa tidak mungkin kita dapat bertumbuh dewasa tanpa tertanam di dalam gereja lokal.

 

Demikianlah, kita patut memahami bahwa setiap orang yang telah lahir baru telah dilahirkan juga menjadi anggota keluarga Allah, yang perlu bersekutu secara langsung dengan saudara-saudari seiman dalam Tubuh Kristus (gereja lokal), sebelum kelak bersekutu secara langsung juga dengan Kristus sendiri setelah kedatangan-Nya kembali. Komitmen berjemaat dengan hadir langsung dan tertanam dalam gereja lokal bermanfaat bagi kehidupan rohani setiap orang percaya, karena memberikan tudung rohani melalui otoritas kepenatuaan gereja lokal serta melatih disiplin rohani dalam komunitas seiman. Dengan tertanam dan berkomitmen untuk bersekutu langsung dalam gereja lokal, kita akan mengalami pertumbuhan dan pengudusan yang membawa kita menuju kesempurnaan. Selamat mengalaminya!

2023-07-28T09:17:28+07:00